free page hit counter
Opini

Krisis Kreativitas : Dampak dan Solusi Aksi Vandalisme

Tugu sepatu di Sudirman menjadi sasaran aksi vandalisme, terjadi setelah sehari diresmikan oleh wagub DKI Jakarta, Ahmad Riza pada Jumat, 17 September 2021. Tugu yang semula sengaja dibangun untuk menambah keindahan sudut kota, malah dirusak oleh orang tak bertanggung jawab.

Instalasi ini diletakkan persis di depan Stasiun BNI City, Jakarta pusat. Tugu sepatu ini merupakan hasil dari kolaborasi oleh beberapa pihak sebagai bentuk gerakan dari Festival Kolaborasi Jakarta. Selain itu, tugu sepatu dibuat khusus untuk menyambut Tahun Internasional Ekonomi Kreatif 2021 yang diinisiasi United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).

Sayangnya, tujuan keindahan yang ingin diperlihatkan oleh penyelenggara kepada masyarakat  rusak begitu saja. Namun, ternyata hal tersebut tidak menyurutkan warga untuk datang dan melihat tugu sepatu raksasa. Beberapa malah mengabadikan dirinya dengan berfoto di depan tugu.

Aksi vandalisme biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal dan hampir semua pelakunya ada di setiap kalangan usia. Hal ini juga terjadi di kalangan remaja, beberapa aksi vandalisme terjadi banyak dilakukan oleh para remaja yang katanya “sedang berkreativitas”, padahal hanya mencoret-coret dan merusak keindahan suatu benda.

Lingkungan, psikologis dan kehidupan sosial memengaruhi seorang remaja untuk melakukan aksi tak terpuji, termasuk vandalisme. Kemudian, ada beberapa hal yang timbul akibat dari aksi vandalisme. Kerusakan yang ditimbulkan dari vandalisme tidak hanya dapat berdampak pada lingkungan sekitar, tetapi juga pada remaja itu sendiri. Berikut hal yang dapat ditimbulkan dari aksi vandalisme :

  1. Bagi Lingkungan

Dampak nyata vandalisme adalah menimbulkan kerusakan pada sebagian besar fasilitas umum. Aksi vandalisme seperti corat-coret di jalan, dinding bangunan, dan sedang hangat diberitakan yaitu tugu sepatu yang letaknya di depan stasiun BNI City. Kerusakan fasilitas umum dan sampah yang berserakan menjadi pemandangan yang tidak sedap. 

Tidak hanya itu, efek kerusakan yang ditimbulkan juga mengganggu ketertiban, penggunaan ruang publik, hingga menurunkan kualitas kehidupan perkotaan. Hal ini juga berdampak pada biaya perbaikan fasilitas umum yang tidak murah atas aksi yang tidak bertanggung jawab dan pada tempatnya itu.

  • Bagi Remaja

Tidak hanya merugikan lingkungan, vandalisme juga berdampak negatif bagi proses pertumbuhan remaja/pertumbuhan fisik, serta perkembangan intelektual, mental, dan sosial remaja. Akibatnya, ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan dan sosial, serta perilaku negatif hingga tindak kriminal pada remaja.

Mengingat dampaknya yang cukup serius bagi remaja, termasuk juga lingkungan. Penting untuk berusaha mencegah terjadinya tindakan vandalisme pada remaja. Di sini, peran keluarga bisa menjadi cara pertama yang dapat dilakukan. Kenakalan remaja menjadi suatu proses pendewasaan diri bagi remaja. 

Orang tua dan keluarga hendaknya mulai menjadi “rumah” bagi remaja atas segala kegamangan yang mereka alami, agar mereka terhindar dari pergaulan yang salah dan perilaku menyimpang. Komunikasi antara anak dan orang tua harus terbangun dengan baik agar tercipta hubungan yang harmonis dan saling mengerti.

Aksi ini sangat sulit untuk dicegah, namun jika lingkungan rumah dan masyarkat dapat bekerjasama, tindakan seperti ini dapat dikurangi dan tentu saja akan membantu para remaja meletakkan kreativitasnya pada tempat yang tepat. Faktanya, timbulnya suatu masalah akan membentuk peran solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Berikut solusi yang dilakukan untuk mencegah dari perilaku vandalisme.

  1. Peran Keluarga

Peran keluarga merupakan kunci penting dalam menentukan karakteristik psikologi yang akan ditampilkan oleh anak nanti selain dari factor lingkungan yang turut andil dalam pembentukan karakter anak, seperti dengan siapa dia bergaul atau lingkungan sekitar yang sudah tidak sehat.

  • Peran Pemerintah

Peran dari pemerintah setempat hendak nya merangkul para remaja dalam mengembangkat bakat dan seni yang mereka miliki dengan membangun stasiun kreasi seni untuk mewadahi bakat mereka. Tidak selamanya corat-coret dikatakan vandalisme, mengingat pengertian vandalism menurut KBBI adalah bentuk kegiatan yang ‘merusak’, ketika corat-coret ditempat yang tepat dan disediakan akan membentuk karya seni berupa mural.

Mural merupakan seni menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok, atau permukaan luas yang bersifat permanen. Mural akan terlihat indah apabila dilakukan dengan pengerjaan yang baik, didukung oleh tempat yang disediakan sehingga akan terlihat nilai estetiknya bersamaan dengan mural yang lainnya.

Hal ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat kunjungan kreasi seni mural dan menambah nilai seni kota tersebut. Banyak hal positif yang didapat apabila remaja yang berpotensi memiliki tempat ekspresi dirinya dan menekan atau mencegah terjadinya vandalisme.

Menyikaspi aksi vandalisme yang terjadi pada Tugu Sepatu, Ahmad Riza menyatakan bahwa pihaknya akan menyediakan tempat atau lokasi untuk fasilitas mural ataupun grafiti untuk masyarakat. “Teman-teman, adik-adik yang punya kemampuan kreativitas yang baik tentang mural, tentang grafiti agar tidak melangsungkan kegiatannya ditempat-tempat yang umum dipublik yang tidak baik seperti kemarin di Tugu Sepatu,” kata Ahmad Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (20/9/2021). 

Hal itu tentu saja dimaksudkan untuk menghindari adanya aksi vandalisme oleh pihak tidak bertanggung jawab dan menjadi fasilitas kreatifitas masyarakat dalam berekspresi tentang seni lukis dinding tersebut. Kendati begitu Riza belum menentukan lokasi yang tepat untuk membangun ruang seni bagi penggiat seni lukis dinding/mural agar tindakan atau aksi vandalisme ini tidak terjadi lagi. *dn

Join The Discussion