Perayaan Maulid Nabi secara umum jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal pada penanggalan Hijriah. Berbagai daerah di Indonesia sendiri, perayaan Maulid Nabi memiliki tradisi khas dari daerah tersebut, termasuk salah satunya Sulawesi Selatan yang memiliki kekayaan budaya yang turun temurun. Terdapat dua hal yang masih selalu ada ketika perayaan Maulid Nabi, yakni telur yang dihias warna-warni dan Songkolo (makanan yang terbuat dari beras ketan). Berikut adalah empat tradisi unik yang membuat perayaan Maulid Nabi di Sulawesi Selatan begitu berbeda dan istimewa.
1. Maulid Nabi di Pattene Maros
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki keunikan tersendiri yang menarik perhatian banyak orang di Kabupaten Maros tepatnya Dusun Pattene, Kelurahan Temmappadua, Kecamatan Marusu. Acara maulid ini dilaksanakan oleh para pengikut Tarekat Khalwatiyah Sammang Kabupaten Maros. Perayaan ini juga menjadi ajang silaturahmi antar sesama jamaah Tarekat Khalwatiyah Sammang, yang datang dari berbagai daerah. Bukan hanya dari Kabupaten Maros dan Makassar, tetapi jamaah dari luar Kabupaten seperti Bone, Luwu Utara bahkan ada juga yang datang dari Papua, Kalimantan, Jawa dan dari manca negara pun ada seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Mesir dan Arab Saudi.
2. Maudu Adaka ri Gowa
Tradisi Maulid Nabi dikenal dengan nama “Maudu Adaka” di Kabupaten Gowa. Perayaan ini dimulai dengan pemberian gelar kehormatan kepada perwakilan kerajaan Sulawesi Selatan yang hadir. Acara ini juga ditandai dengan hadirnya “kanre maudu” atau nasi maulid yang dihiasi dengan daun sirih yang merambat, melambangkan semangat kebersamaan. Tradisi Maudu Adaka telah ada sejak sekitar abad ke-16, saat Islam pertama kali masuk ke Gowa. Acara ini bertujuan mempererat silaturahmi antara keluarga kerajaan, pemerintah, dan masyarakat setempat.
3. Maudu Lompoa di Cikoang Takalar
Tradisi Maudu Lompoa di Kabupaten Takalar merupakan salah satu perayaan Maulid Nabi yang unik di Sulawesi Selatan. Keunikan dari tradisi ini terletak pada “Julung-julung,” yaitu kapal kayu yang dihias dengan kain warna-warni. Kapal-kapal ini menjadi simbol masuknya agama Islam ke wilayah Takalar, khususnya Cikoang.
Terdapat berbagai macam bahan pokok terdapat di dalam Julung-julung seperti telur yang diwarnai, hasil bumi dari wilayah sekitar, serta perlengkapan sehari-hari seperti pakaian, celana, dan alat mandi seperti pasta gigi dan sabun. Semua hiasan dalam Julung-julung ini merupakan simbolisasi bahwa ajaran Islam dibawa oleh para pedagang ke Cikoang. Selain itu, Julung-julung juga diisi dengan aneka sesaji, termasuk “Baku Maudu,” yaitu bakul besar dari anyaman daun lontar yang berisi nasi setengah matang dengan lauk ayam kampung.
Julung-julung ini kemudian dikumpulkan di sebuah titik untuk pelaksanaan berbagai prosesi. Setelah prosesi selesai, isi dari Julung-julung akan dibagikan kepada semua orang yang menghadiri acara Maudu Lompoa ini, mencerminkan semangat kebersamaan dan berbagi dalam komunitas.
4. Maulid di Kampung Manippasa Maros.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai “Maudu Tradisi,” di Kampung Manippasa, Desa Damai, Kecamatan Tanralili, Maros, memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan perayaan Maulid pada umumnya yang digelar di masjid, Maudu Tradisi ini dilaksanakan di ruang terbuka dan diselenggarakan secara turun-temurun oleh seorang tokoh masyarakat Desa Damai.
Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sekitar yang datang untuk menonton dan mengikuti prosesi. Salah satu keunikan Maudu Tradisi di Kampung Manippasa adalah penggunaan kapal Phinisi yang dihiasi dengan sarung sutera, sebagai pengganti ember yang biasanya digunakan untuk menyimpan telur dan Songkolo. Kapal Phinisi ini melambangkan kebanggaan budaya Bugis-Makassar dan merepresentasikan semangat kebersamaan dan keberagaman warga Kampung Manippasa.
Kapal Phinisi yang dihiasi dengan indah menjadi pusat perhatian dalam perayaan ini, menunjukkan bagaimana tradisi lokal yang khas masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dan membuat perayaan Maulid di Kampung Manippasa begitu unik dan berbeda dari daerah lainnya di Maros.
*Dikutip dari berbagai sumber
Penulis: Riska