free page hit counter
Uncategorized

Tutup Telinga Ketika Mendengar Suara Musik, Para Santri Kok Disebut Intoleran?

Akhir-akhir ini sedang heboh dan viral tersebar di internet sebuah video, kabarnya para santri penghafal Al-Quran ini dijemput dari lokasi vaksinasi dan di lokasi itu petugas menghidupkan musik. Namun, para santri secara serentak menutup telinganya. Video ini langsung menyebar dan menimbulkan respon komentar negatif dari netizen.

Pro dan kontra pun bermunculan, beragam pendapat serta komentar datang dari netizen. Yang sangat disayangkan beberapa komentar negatif itu datang dari tokoh-tokoh yang mengkampanyekan toleransi seperti Denny Siregar, Abu Janda dan Deddy Corbuzier. Saya melihat disini terdapat ketimpangan di satu sisi mereka memgedepankan toleransi, pada sisi lain  mereka malah tidak menolerir prinsip-prinsip orang lain.

Padahal seperti yang terlihat di video sebagai bentuk toleransi para santri terhadap musik yang diputar, mereka lebih memilih untuk mentolerir dengan menutup telinga dibanding meminta untuk menghentikan musik. Bukankah mereka menghargai panitia vaksin yang memutar musik?, dan memilih mengontrol apa yang bisa mereka kontrol.

Saya membayangkan jika para santri itu meminta panitia mematikan musik, bisa jadi narasinya akan semakin mengerikan. Nah ini yang dinamakan dengan standar ganda, ngomongnya open minded, smart people dengan membela kaum minoritas dan toleransi, namun tidak mentolerir prinsip-prinsip orang lain dan justru mengomentarinya dengan sinis.

Terkait masalah hukum musik di dalam Islam memang ada perbedaan pendapat. Sebagian ulama memperbolehkan dengan beberapa catatan dan sebagian lainnya mengharamkan. Ketika memilih berhati-hati dan mengambil pendapat yang mengharamkan, maka mendengarkan musik adalah hal yang harus dihindari. Terutama jika musik atau lagu yang didengar mengarah ke hal-hal negatif. Sikap yang bisa dilakukan jika mendengar musik tanpa sengaja minimal ya tidak menikmati musik tersebut. Kalau memang masih merasa tidak nyaman bisa pindah tempat atau menutup telinga seperti yang mereka lakukan.

Jadi, terkait masalah musik tadi, sebenarnya tidak ada yang salah dalam pendidikannya. Kalaupun ada orang yang menganggap mereka salah didik, mungkin karena mereka memang belum tahu terkait permasalahan hukum musik tersebut atau memang beda pandangan.

Lagipula, sekelas Bill Gates saja pernah berhenti mendengarkan musik dan menonton film selama 5 tahun demi fokus mendirikan dan mengembangkan Microsoft. Apakah beliau lebay?, salah pendidikan?

Tapi kan ini kasusnya beda yah, satu mendirikan a big company, satunya “hanya” menghafalkan Kitab. Kok dinyinyirin. Duh netizen.

Jadi, apakah esensi dari open minded atau toleransi itu sendiri? Apakah toleransi itu orang lain harus memaksakan pemahaman kita saja dan kita tidak harus menghargai pendapat orang lain? Jadi yang mana yang disebut toleransi? Jika melihat komentar-komentar di sosial media, saya malah geli dan shock ketika mengetahui bahwa akun centang biru yang dulu pernah menjabat sebagai anggota BIN, sekaligus tokoh politis yang terkenal mengomentari video tersebut Diaz Hendropriyono.

Diaz sebagai pelaku peng-upload di video ada dua bagian yaitu pertama santri yang menolak untuk mendengarkan musik lalu bagian kedua menampilkan orang-orang yang bersorban khas arab style sedang joget-joget diiriingi musik. Sebenarnya dia ingin menyampaikan bahwa hey orang-orang arab saja yang mayoritas muslim mereka saja dengar musik dan malah joget tapi di sini kok malah anti musik sih.

Aduh bapak, saya jadi agak malu sekelas politikus tidak mengerti dan tidak logis serta tidak apple to apple kok bisa terjebak dengan kecacatan logika. Sepemahaman saya yang pendek ini tidak semua yang berjubah atau bersorban di arab adalah orang muslim dan tidak semua mereka agamis ada juga yang liberal dan sekuler. Jadi bukan karena hanya pake jubah lantas di anggap sebagai orang soleh, hey gak gitu konsepnya.

Dan yang lebih membagongkannya lagi adalah seorang pelopor jargon smart people bisa begitu sinis dan tidak smart sama sekali dalam menyikapi prinsip orang lain. Pada satu sisi dalam podcastnya pernah menyetujui bahwa seorang muallaf harus belajar agama terlebih dahulu bukan mengkritisi orang lain, namun kenyataannya beliau lebih kerap mengkritisi fenomena keagamaan. Dampaknya netizen mungkin benar-benar muak sehingga mereka membuat petisi untuk unsubscribe channel mas Deddy.

Personally saya lebih suka mengatasi hal-hal seperti ini dengan menutup mata dan masa bodo dengan yang terjadi. Itu namanya belajar hidup individualis dan mind your own business. Jangan suka lebay lah. Terimakasih. *cc

Join The Discussion