free page hit counter
Opini

Penolakan adalah Sikap

Saat ini masyarakat dihebohkan dengan pencopotan Indonesia dari Piala Dunia U-20. Padahal persiapan tim Indonesia sudah sangatlah matang, bahkan pengeluaran dalam kegiatan ini di taksir 4,1 miliar lebih. Pelaksanaan piala dunia di Indonesia ini rencananya akan dilakukan di beberapa tempat seperti Jakarta, Bali dan Jawa Tengah. Ada enam stadion yang rencananya menjadi venue kegiatan akbar tersebut. Setelah semua perancanaan yang matang ini, tentu saja pencopotan tersebut menuai beragam komentar dari masyarakat, dan disoroti oleh berbagai elemen baik politikus, wartawan hingga suporter bola.

Sampai saat ini belum ada alasan resmi dari FIFA tentang pencopotan Indonesia sebagai tuan rumah dari Piala Dunia ini. Namun masyarakat besrspekulasi bahwa ada hubungan dengan penolakan kedatangan Timnas Israel di Indonesia. Ada beberapa pihak yang menolak dengan tegas kedatangan timnas Israel ke Indonesia seperti Gubernur Jateng, Gubernur Bali, MUI, Waketum PAN, dll. Mereka berpendapat bahwa hal ini sejalan dengan proklamator kita terdahulu yaitu bapak Ir. Soekarno. Tidak mengakui kemerdekaan dari negara Israel diatas negara palestina inipun telah di bahas pada Konfrensi Asia Afrika, hal ini juga tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama “Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusian dan prikeadilan”. Hal ini sesuai dengan sikap negara Israel yang terus menerus menginvasi negara Palestina.

Disamping itu, tidak sedikit juga masyarakat yang mengaitkan peristiwa ini ke dalam agenda politik dan beranggapan bahwa hal ini bagian dari politik. Asumsi ini hadir karena rencana pelaksanaan Piala Dunia ini berdekatan dengan momentum persiapan Pemilihan Umum di tahun 2024 nanti. Penolakan tersebut bukanlah hal yang baru bagi negara Indonesia. Momen pertama yang tercatat dalam sejarah adalah ketika Presiden Sukarno menentang pertandingan Timnas Indonesia melawan Israel pada kualifikasi Piala Dunia 1958. Indonesia seharusnya bertemu dengan Israel di babak playoff. Namun, akhirnya timnas memilih mundur. Hal itu terus berlanjut pada Asian Games 1962, sebagai tuan rumah, Indonesia juga menyatakan penolakan. Pemerintah Indonesia saat itu tidak memberikan visa kepada kontingen Israel. Meskipun akhirnya, kita dijatuhi sanksi oleh Komite Olimpiade Internasional.

Penolakan sebenarnya tidak saja terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia. Pada 2018, Argentina yang hendak melakukan pertandingan persahabatan dengan Israel akhirnya batal setelah terjadi penolakan bahkan ancaman pembunuhan. Alasannya, pertandingan tersebut dipindah dari Haifa ke Yerussalem. Protes besar terjadi karena bagi sebagian besar warga dunia, Yerussalem merupakan tanah suci yang masih jadi sengketa, apakah milik Israel atau Palestina. Terlebih, Israel ingin menjadikan laga uji coba melawan Argentina sebagai perayaan kemerdekaan yang ke-70. Sementara itu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain juga pernah menolak untuk mengirim atlet mereka ke Kejuaraan Dunia Karate pada 2019 yang diselenggarakan di Israel.

Penolakan ini adalah suatu bentuk diplomasi dari sebuah negara dalam menyatakan ketegasanya mendukung perdamaian dan menolak segala bentuk penjajahan di atas dunia. Hal ini adalah komitmen bangsa Indonesia dalam menjalankan pembukaan UUD 1945, menjaga ketertiban dan kedamaian. Walaupun terjadi pro dan kontra dikalangan masyarakat namun keputusan ini juga mampu meradam perpecahan antara umat. Karena dengan kemunculan ini politik identitas kembali lagi bermunculan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu hal ini sangat disayangkan karena hal ini juga menjadi kesempatan Indonesia dalam berlaga di pentas dunia. Oleh karena itu, dalam mengharapkan kedamaian yang berkelanjutan di tengah masyarakat, pemerintah perlu mengklarifikasi isu-isu tersebut melalui kerjasama antara pemuka-pemuka agama dan tokoh-tokoh yang telah dipercayai agar tak menimbulkan kesalahpahaman yang berkelanjutan. (*Ichwan)

Join The Discussion