free page hit counter
Opini

Ketahanan Toleransi beragama menciptakan Harmonisasi Sosial dalam mencegah virus radikalisme

Berbagai kasus terorisme yang terjadi sepanjang masa baik di dunia ataupun di Indonesia sering membawa kesan dan justifikasi yang merugikan agama utamanya islam yang pada akhirnya muncul stigma bahwa islamlah yang menimbulkan kekakacaun.

Noam Chamsky (2017:8-12) seorang pemikir tekemuka memberikan sindiran yang cukup realisitis, bahkan berkesan mengkritik atas fenomena yang telah, sedang, atau akan datang. Uraian ini dikisahkan terhadap apa yang telah dialami oleh St. Agustinus tentang penyerangan bajak laut di Samudra lepas.

Penyerangan tersebut menggunakan kapal yang relatif kecil melakukan pembajakan pada kapal lainnya itu berkesan sebagai pemberontak. “berani-beraninya kamu menganggu keamanan diseluruh dunia?” bajak laut pun menjawab “karena hanya menyerang dengan kapal kecil saya disebut pencuri, sementara kamu menyerbu dengan armada laut yang hebat, tetapi disebut kaisar”.

Kemudian St. Agustinus melanjutkan penalarannya terhadapt kasus terorisme yang terjadi dengan ungkapan kisah tersebut menggambarkan hubungan terkini antara Amerika Serikat dan sejumlah aktor pendukung di panggung terorisme internasional.

Permasalahan terorisme sebenarnya tidak bisa dipahami sebagai kejadian yang biasa, maka dari itu menyikapi kasus seprti ini harus di pahami sebagai kasus yang mengancam keharmonisan kerukunan umat beragama secara internasional.

Membuka cakrawala dan pemahaman yang masih tertutup dalam urusan terorisme diperlukan sebuah penalaran yang cukup kritis terhadap sebagai yang nampak secara kasat mata. Pendekatan yang mesti dugunakan dalam berbagai unsur termasuk pendekatan budaya yang erat kaitannya dengam permasalahan identitas.

Salah satu cara mencegah peham intoleran, radikalisme dan Tindakan terorisme itu harus memahami prinsip toleransi, sebagai mana yang di maksud oleh Cak Nur (2009:69) dalam prinsip toleransi adalah penaguhan kesamaan semua derajat manusia dimata Tuhan itu mutlak.

Perlu ditekankan dalam prinsip ini yaitu tidak ada lagi isu superioritas antara pemeluk agama, pecinta budaya, pemilik ras dan etnis yang dapat mengganggu kehidupan sosial sebaga wujud kemanusian yang mendasar.

Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutif M. Dhuha Abdul Jabbar dan N. Burhanudin (2012: 713) memberikan arti yang cukup berarti tentang pemahaman dan karakteristik Islam yang transformative

edukatif. Ia mencoba mengambil jalan tengah bahwa Islam adalah agama yang memiliki karakter Islam moderat atau moderasi. Dalam Bahasa Arab kata moderasi disebut dengan al-wasthiyyah (moderat) atau al-tawazun (keseimbangan).

Maksudnya adalah keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang berlawanan. Al- wasthu atau al-wasalhiyyah dapat diartikan adil (‘adlan) dan bersifat tengah-tengah (khiyaran). Sifat pertengahan ini adalah sifat yang paling mulia dibandingkan dengan ifraath (berlebih-lebihan), tafriith (terlalu mengekang), dan taqshiir (terlalu sempit)

Penjelasan seperti ini setidaknya membawa pemahaman islam yang moderat yang peduli akan isu besar tentang kemanusiaan tanpa mengabaikan tugas dan perenanan internal. Pemikiran Islam seperti ini akan menghadirkan semangat untuk perdamaian dunia.

Dengan begitu pembahasan sebelumnya tentang islam dijustifikasi sebagai ajaran yang menghendaki kekerasan maka bisa dipastikan bahwa stigma tersebut bukan dari ajaran islam itu sendiri.

Hasan Hanafi (2001:89) mengatakan bahwa islam adalah sistem of ideas yang menjunjung tinggi narasi etika, wawasan kemanusian yang mengikat komitmen moral dan perbuatan sosial para pemeluknya.

Definisi ini yang dikatakan oleh Hanafi mengidentifikasi semangat penuh islam sebagai agama yang mempunyai kepedulian besar pada isu kemanusian, termasuk isu perdamaian dunia utamanya di Indonesia.

Maka dari itu semua orang harus paham tentang prinsip toleransi dan juga menggunakan agama sebagai acuan disetiap perbuatan sosial bagi para pemeluknya itu akan terhindar dari paham intoleran, radikalisme dan Tindakan terorisme, dengan memahami prinsip toleransi akan mewujudkan keharmonisan antar manusia.

Amar Nur Ansar

Sumber :

Chomsky, Noam, Pirates and Emperors: Pelaku Terorisme Internasional yang Sesungguhnya.

Penerjemah, Eka Saputra & Khanifah, (Yogyakarta: Bentang, 2017).

Madjid, Nurcholish, Cendikiawan dan Religiusitas Masyarakat (Jakarta: Penerbit Paramadina, Cetakan II 2009).

Hanafi, Hasan, Agama, Kekerasan dan islam Kontemporer [diterjemahkan Ahmad Nadjib] (Yogyakarta: Jendela G)

Join The Discussion