free page hit counter
Opini

Pemuda Dari Negara Kaum Rebahan

Sambil duduk termenung dan menopang dagu, aku bersender ria merebahkan tubuh malasku akan gairah dunia di depan pintu usang berwarna putih. Pintu depan rumah yang menjadi akses utama penduduknya untuk keluar masuk wilayah, kini tengah aku kuasai. Aku akan berlama-lama berpagut jabat dengan gagang pintu yang sudah karatan.

Bukan tanpa alasan aku berperilaku seperti ini, ada hati yang tengah aku obati dan sangat jaga keselamatannya sekarang. Hatiku sendiri yang terluka akibat terlalu lama bersosialisasi dengan segala macam sakit serta mudharat kelakuan para penguasa wilayah.

Kemarin ketika aku sibuk dengan urusan negaraku, di atas kasur nan megah dan penuh dengan rasa nyaman. Tetiba pejabat dari negara sebelah datang sambil membawa segelas penuh es teh manis, berlalri lalu melompat dengan brutalnya ke wilayah terlarang area kekuasaanku. Si manis dengan es batu itu tumpah ruah memenuhi singgasanaku, kasur dan juga kehidupan tenangku terusik. Bencana.

Beberapa hari sebelumnya, terjadi hal yang tak kalah merusak tatanan negaraku. Adik bungsu dalam keluargaku yang juga menjadi pewaris tahta paling berkuasa di kerajaan seberang, mengambil hampir seluruh kekayaan yang negaraku miliki. Sejumlah buku komik yang aku simpan dan tata serta sembunyikan di rak paling atas lemari buku di wilayah kekuasaanku, lenyap akibat kehadirannya. Semua habis dan entah apakah bisa kembali lagi padaku. Seluruh harta yang selama ini aku jaga dan juga rawat dengan baik, akibat kekuasaan yang semena-mena tanpa melihat hak orang lain, hilang.

Pernah juga, ketika penguasa dari planet lain datang dengan maksud dan tujuan tertentu ke planet kami. Dari yang aku ketahui, ia memiliki urusan mendesak dengan pejabat negara bagian atas. Hanya saja, kedatangannya tidaklah sendiri, ia membawa seorang pewaris tahta. Seorang gadis yang kelak akan menjadi ratu atau bahkan penguasa terkuat di planet milik mereka. Sayangnya, akibat kekuasaan yang ia miliki disana, ia malah semena-mena di planet milikku.

Singkat cerita, saat itu seluruh penduduk di berbagai negara telah selesai dengan hidangan makan malam. Tiap malamnya, masing-masing perwakilan negara memiliki tugas khusus dan saat itu aku bertugas sebagai petugas pencuci piring. Di saat aku hampir selesai dengan tugas yang sangat berat itu, sang calon ratu datang, kemudian menangkap kedua kakiku.

Dari bawah, ia merengek membentak dan menyeret-nyeret diriku. Berusaha menghilangkan fokusku. Tetiba, dengan sengaja ia menarik celanaku turun ke bawah dan dengan spontan aku langsung menunduk menaikkan celana milikku. Sayangnya, saat itu aku tengah memegang mangkok hadiah arisan mama yang kemudian terlepas dari genggaman tanganku dan jatuh berhamburan di lantai.

Hidupku nyaris tak terselamatkan waktu itu. Untung saja, si ratu yang datang bersedia untuk mengganti mangkok milik wanita petinggi di planetku dan aku pun bisa melanjutkan hidup dengan tenang. Namun, itu saja tidak cukup. Rasa was-was selalu menghantuiku sejak saat itu dan aku hidup dengan trauma sepanjang hayat.

Semuanya terjadi akibat ketidakmampuanku akan mengendalikan negara dan juga hubungan dengan orang luar. Beberapa wilayah dan juga harta benda milik negara akan dengan mudah dikuasai oleh negara lain. Rasa nyaman yang para pendahulu inginkan saat pendirian negaraku ini, mungkin tak lagi ada dan hanya tinggal harapan.

Yahh, jika memang begitu. Aku harap tak adalagi usik-mengusik antar negara. Aku dengan urusan di hampir seluruh wilayah kekuasaanku dan kamu dengan semua hal yang kamu miliki saja tanpa memaksa untuk merebut apa yang dimiliki oleh orang lain.

Ahhh, pintu usang berwarna putih ini. Kuharap dapat aku kuasai sepenuhnya agar tak ada yang namanya semena-mena masuk ke wilayah orang. Kini saatnya kembali ke singgasanaku, pemuda yang memimpin negaranya dengan penuh rasa santai dan sibuk dengan kegiatan baring-berbaring sambil mengetikkan berbagai macam  cuitan di media sosial. Merdeka. *fyn

Join The Discussion