free page hit counter
Opini

Mengenal Forgiveness : Efek Memaafkan terhadap Kesehatan Mental

Dalam berinteraksi dengan seseorang, terkadang seseorang bisa berbuat salah kepada orang lain. Pada sisi lain, ia tentu pernah mengalami perlakuan dan situasi yang mengecewakan atau menyakitkan. Tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain.

Proses memaafkan memerlukan kerja keras, kemauan kuat dan latihan mental karena terkait dengan emosi manusia yang fluktuatif, dinamis dan sangat reaktif terhadap stimulan luar. Karenanya, tidak mengherankan bila ada gerakan dan kelompok ekstrim atau pihak yang melakukan perbuatan anti sosial sebagai akibat dari dendam dan kekecewaan masa lalu yang tidak termaafkan.

Definisi Forgiveness atau Memaafkan

Forgiveness merupakan sebuah pendekatan dimana seseorang memadamkan tanggapan negatif alami mereka terhadap orang yang menyakitinya dan menjadi semakin termotivasi untuk melakukan hal yang positif sebagai gantinya. (Synder & Lopes, 2002). Psikologi positif mengeksplorasi kekuatan manusia yang membantu kita menjalani kehidupan yang lebih memuaskan (Seligman & Csikszentmihaly, 2000) dan forgiveness (memaafkan) adalah salah satu kekuatan itu.

Menurut perspektif psikologi, forgiveness (memaafkan) adalah proses multidimensi yang melibatkan fungsi kognitif, emosional, motivasi, dan sosial. Memaafkan merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang meredakan motivasi untuk balas dendam atau menghindar dan emosi negatif seperti rasa pahit dan ketakutan (Lopez, 2009).

Transformasi dalam memaafkan sering dicapai dengan menumbuhkan pikiran positif dan emosi positif, misalnya rela belas kasih terhadap pelaku. Pikiran positif berfokus pada sifat manusiawi dalam diri pelaku daripada hanya mendefinisikannya sebagai pelanggaran yang dilakukannya saja. Contohnya, kita lebih berfokus bahwa “dia adalah orang yang berbohong” daripada “dia adalah seorang pembohong”.

Dari situ kita jadi tahu bahwa memaafkan tidak berarti melupakan. Justru dalam memaafkan, dibutuhkan proses mengingat dengan cara menganggap serius kesalahan yang telah dilakukan kepada dirinya dengan melibatkan rasa penuh belas kasihan.

Rasa sakit hati dapat menciptakan krisis pemberian maaf. Hal ini terjadi ketika rasa sakit hati tersebut selalu bersifat pribadi, tidak adil dan mendalam. Merupakan hal yang bijaksana untuk tidak mengubah semua rasa sakit hati menjadi krisis pemberian maaf. Ada tiga contoh rasa sakit akibat ketidakadilan yang cukup mendalam sehingga membawa seseorang ke dalam krisis pemberian maaf. Ketiga hal itu meliputi ketidaksetiaan, pengkhianatan, dan kebrutalan.

Seseorang yang tidak memenuhi janji kesetiaan melanggar hubungan yang berdasarkan janji dan kepercayaan, hubungan tidak bisa diteruskan lagi kecuali kalau kesalahan itu diperbaiki. Setiap hubungan antarmanusia yang dijalin berdasarkan kepercayaan juga akan rusak oleh pengkhianatan. Perbuatan brutal seperti penganiayaan, pemerkosaan dengan kekerasan, penghinaan yang kejam, menghadang seseorang pada tahap krisis pemberian maaf yang paling menyakitkan hati.

Memaafkan orang yang melakukan perbuatan brutal mungkin membuat para pelaku itu menjadi manusiawi, tetapi ini hanyalah sebagian dari solusinya. Dalam kehidupan sosial orang-orang yang melakukan tindak kekerasan seperti menyiksa atau membunuh orang lain membutuhkan lebih daripada sekedar maaf agar mereka tidak lagi melakukan tindak kejahatan serupa.

Mengenal efek forgiveness (Memaafkan) terhadap kesehatan mental

Dalam Toussaint, Worthington, dan William (2005), telah memaparkan berbagai hasil penelitian yang berkaitan dengan forgiveness dan kesehatan mental. Efek dari memaafkan terbagi menjadi 2, yaitu : efek pada korban dan efek pada pelaku. Sifat memaafkan dan pemaafan situasional (memaafkan pelanggaran tertentu dan pelakunya) berkaitan erat dengan rendahnya tingkat depresi, kecemasan, stress, sifat marah, neurotisisme, kemurungan, ketakutan, permusuhan, serta gangguan stresspasca-trauma (ptsd).

Orang yang memaafkan karena alasan moral memiliki tingkat stress yang lebih rendah diripada orang yang memaafkan karena tidak punya pilihan lain. Penelitian terus menegaskan pernyataan Toussaint dan Webb (2005) bahwa efek langsung dari memaafkan terhadap kesehatan mental adalah hasil dari berkurangnya emosi negative seperti kepahitan, kemarahan, dan ketakutan.

Efek Pada Pelaku

Orang yang melakukan kesalahan yang kemudian melakukan usaha untuk mencari pemaafan menunjukan proses dimana pelaku tersebut mulai memperbaiki konsekuensi psikologis, sosial, dan spiritual dari sebuah kesalahan. Ketika si korban memaafkan si pelaku, adanya perasaan dimaafkan oleh orang lain berkaitan dengan peningkatan kesehatan mental. Hal ini juga berlaku pada perasaan dimaafkan oleh kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan).

Memaafkan sangatlah penting dalam ruang lingkup kehidupan sosial masyarakat. Dengan sikap ini, seseorang akan menjadi manusia yang berguna dan memiliki manfaat pribadi yang cukup besar bagi orang di sekitar. Hal ini dinilai dapat meningkatkan potensial diri untuk menjalin hubungan dengan orang banyak, serta membuat kita memiliki pandangan hidup yang lebih positif dan lebih membahagiakan. *dn

Sumber Bacaan :

Lopez, Shane J.(2009). The Encyclopedia of positive psychology. New York(US): John Wiley and Sons Inc.

Souders, Beata.(2020). What is Forgiveness and What Are the Benefits?. Retrieved from: https://positivepsychology.com/forgiveness-benefits/

Synder, C.R & Lopez, Shane J.(2002). Handbook of Positive Psychology. New York(US): Oxford University Press Inc.

Toussaint, L., & Webb, J. R. (2005). Theoretical and Empirical Connections Between Forgiveness, Mental Health, and Well-Being. In E. L. Worthington (Ed.), Handbook of Forgiveness. New York(US): Brunner Routledge.

Toussaint, Loren L., Worthington, Everett L., Wiliams, David R. (2015). Forgiveness and Health: Scientific Evidence and Theories Relating Forgiveness to Better Health. New York(US): Springer.

Join The Discussion