free page hit counter
Opini

ISIS : How to End Game?

Akhir permainan dari ISIS dan benteng yang kokoh sangat diperlukan untuk menangkal polemik dunia.

Islamic State Iraq and Syria (ISIS) yang dikabarkan telah kehilangan basis terakhirnya di daerah Suriah Timur. ISIS dianggap telah mengalami keruntuhan dan dipercaya akan menghilang. Namun bagaimana dengan ideologinya yang tumbuh dan telah tertanam di dalam diri penganutnya?
Penganut ISIS telah memiliki cita-citanya sendiri, yaitu membangun Negara Islam namun dengan menggunakan kekerasan. Mereka meyakini bahwa kekerasan adalah hal yang sangat perlu dilakukan untuk memperjuangkan sebuah keingan yang besar, apalagi mereka berfikir keinginan mereka ini pasti akan membentuk suatu tatanan dunia yang baru dan tersistem dengan baik.

Terlepas dari segala kontroversi persoalan warga Negara yang masuk dan berangkat menghampiri ISIS untuk memperjuangkan sebuah ideologi yang keras, kita harus selalu mengingat bahwa kekerasan yang dibawa oleh ISIS untuk sebuah perjuangan mereka itu menimbulkan berbagai problema termasuk masalah aksi terorisme dan penghancuran suatu system secara global.

Seperti halnya sebuah film yang memiliki sekuel, dari masa awal kemunculan paham ISIS yang bermula dari Jamaah Tauhid dan Jihad di Irak sekitar tahun 2004 oleh Abu Mushab Zarqawi dan kemudian ia menjadi perwakilan resmi Al-Qaeda di Iraq. Ketika masa peperangan Irak melawan AS, pada saat itu mereka menunjukkan kekuatan yang sangat besar untuk menyerang AS kala itu.

Kemudian beberapa waktu berlalu dan para jamaah ini menyepakati sebuah keinginan untuk membangun Negara Islam yang berada di bawah pimpinan Abu Umar Al Baghdadi pada tahun 2006. Setelah tewasnya Abu Umar, masa kepemimpina itu dipimpin oleh Abu Bakar Al Baghdadi. Meskipun pada masa kemunculan ISIS mengalami konflik yang begitu besar, namun pada tahun 2014 ISIS berhasil mengalami perkembangan yang begitu pesat.

Sebuah universe baru telah berdiri dengan kokoh pada tahun 2014 silam. Namun sayangnya ideologi kekerasan yang mereka anut menjadi sebuah boomerang bagi mereka. Beberapa Negara telah mewaspadai merajalelanya kekerasan serta aksi terorisme yang mungkin disebabkan oleh ISIS telah menjadikan mereka siap siaga untuk membendung segala paham yang masuk di Negara penolak ISIS.
Seperti halnya babak terakhir ketika seluruh klimaks dan perjuangan telah mencapai titik akhir, sebuah keinginan akan terhenti dan mungkin saja menghilang dari muka bumi. ISIS akhirnya mengalami keruntuhannya. Kabar ini menjadi kabar gembira yang datang dari Suriah pada hari Jumat (20/10/17). Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mengumumkan pembebasan Kota Raqqa yang menjadi basis utama ISIS. End Game.
Namun ini bukan sebuah akhir dari runtuhnya suatu paham. Ideologi yang mereka besar-besarkan selama masa kemunculan hingga runtuhnya ISIS, bisa saja telah tertanam di beberapa pikiran penduduk dunia. Sekarang masyarakat dunia beserta komponen-komponen dari suatu Negara harus bahu membahu untuk menangkal re-generasi paham ISIS maupun masyarakat penganut paham ini. How?

Salah satu langkah yang dapat kita lakukan ialah kerjasama dengan pemerintah Negara. Demi menciptakan lingkungan bernegara yang aman dan nyaman bagi penduduknya, sehingga paham yang menitik beratkan ketidakadilan maupun suatu hal yang mengurangi kesejahteraan masyarakat bisa dapat dihilangkan dan masyarakat akan tetap berada pada ideologi negaranya, karena masyarakat yang memiliki ideologi yang kuat tidak akan mudah terpengaruh oleh paham-paham yang hanya menjanjikan sebuah pembebasan termasuk dengan cara kekerasan seperti yang ISIS lakukan.

Sekuel universe ISIS sangatlah tidak dinantikan. Sebagai masyarakat yang berharap akan baiknya tatanan dunia yang aman serta damai pasti menginginkan hal yang sama, oleh karena itu sebuah aksi memang sangat perlu dilakukan. Mari bersama mengambil langkah untuk ciptakan dunia yang aman serta damai bagi seluruh umat. The End. (*fyn)

Join The Discussion