Marhaban Ya Ramadhan, tak terasa bulan yang penuh berkah kini telah datang menemui umat muslim di seluruh dunia. Kehadirannya menjadi dambaan bagi pengikutnya. Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat dalam menyambutnya. Seperti, di India terdapat tradisi Piknik Iftar, yakni berkumpul dan berbuka bersama di jalanan atau di dekat masjid. Rhaoda Mas di Maldives, menulis puisi tiga baris atau lebih. Bagaimana di Indonesia?
Masyarakat Indonesia juga memiliki ritual khusus dalam menyambut Ramadhan. Selain nyekar ke makam keluarga yang telah mendahului, juga terdapat ritual yang hanya ditemukan saat menjelang Ramadhan. Masyarakat Aceh misalnya, mereka menyembelih hewan ternak yang dikenal dengan istilah, Meugang. Apeman di Jawa Tengah dan Jogjakarta, nyorog bagi orang Betawi.
Ritual menjelang Ramadhan telah menjadi kebanggaan dan selalu dirindukan. Seperti pula bagi orang Makassar, di Sulawesi Selatan. sejak zaman dahulu kala, masyarakat Makassar melakukan Tradisi Assuro Ammaca atau Assuro Maca. Assuro Maca adalah tradisi penyambutan bulan Ramadhan yang dimaksudkan untuk menyucikan diri sebelum memasuki Ramadhan.
Suru Maca merupakan salah satu ritual yang masih dijaga secara turun temurun hingga saat ini. Assuro Maca atau Suru Maca berarti membaca doa bersama yang dimaksudkan untuk leluhur yang telah tiada. Misalnya kepada Nenek moyang yang dulu mendiami rumah atau kampung yang saat ini ditempati
Dalam pelaksanaan Suru Maca akan disajikan berbagi kuliner khas Makassar. seperti Onde-onde, baje, kue lapis, Songkolo Le’leng (Beras Ketan hitam), Songkolo Kebo (Beras Ketan Putih), Pisang Raja beberapa Sisir, Ikan dan ayam kampung yang menjadi lauknya, dan tentunya dupa atau paddupaan. Tetapi, jika tidak dapat memenuhi semua makanna khas tersebut, kita dapat memilih. Apakah menyajikan kue atau cukup lauknya saja. Hal tersebut kembali lagi pada kesanggupan ekonomi.
Penyajian Makanan tersebut diletakkan di atas kappara (baki lebar yang berbentuk bundar) dan dijajar di lantai. Biasanya ditaruh pada bagian tengah rumah atau orang Makassar menyebutkannya Benteng Tangnga (Tiang yang berada tepat ditengah rumah. Konon jaman dahulu rumah orang Makassar adalah rumah panggung). Serta ada juga yang diletakkan di atas ranjang tidur.
Saat semua telah siap, maka Tuan rumah selaku penyelenggara memanggil Tokoh agama, atau Tokoh masyarakat yang dituakan yang dianggap sebagai Sanro yang memiliki kemampuan untuk memimpin doa dengan membacakan beberapa ayat-ayat suci Al-quran. Tak lupa pula memanggil para tetangga untuk turut serta, utnuk membacakan doa dan ayat suci. Tujuan pembacaan doa selain mendoakan leluhur yang telah meninggal, doa juga dimaksudkan sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dan rohani sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
Makanan yang telah dibaca tak lupa dibagikan kepada para tetangga yang tidak sempat hadir pada saat kegiatan assuro maca. Dengan harapan, agar juga mendapatkan kerberkahan dan ampunan sebelum memasuki Ramadhan.