Sahabat damai, Kisah peperangan Rasulullah SAW di masa memperjuangkan Islam sangat perlu kita bahas dan kaji lebih mendalam sebagai bekal dan tameng untuk menghindari diri dari berbagai doktrinasi pemikiran kelompok kaum perusak (radikal) yang melenceng dari sejarah yang sebenarnya.
Kisah peperangan yang menjadi bukti nyata kekuasaan Allah SWT dalam sekejap, pengkhianatan keberanian seorang perempuan di medan perang serta ketenangan Rasulullah menghadapi musuh disebut sebagai Perang Khandaq.
Khandaq artinya parit. Parit karena kaum Muslimin menggali parit di depan pintu masuk Madinah untuk menahan serbuan pasukan kafir. Sedangkan Ahzab bentuk jamaah dari Hizb, artinya beberapa partai atau golongan atau sekutu.
Perang ini juga disebut perang Ahzab atau beberapa golongan atau sekutu karena dalam perang ini, orang-orang kafir Quraisy membentuk tentara gabungan atau sekutu dengan sebagian besar kabilah Arab dan juga segolongan bangsa Yahudi untuk menyerbu kaum Muslimin di Madinah.
Kejadian pada bulan Syawwal tahun ke-5 H/627 H dan merupakan perang terberat sepanjang sejarah. Setelah Perang Uhud berlalu, kaum Kafir Quraisy selalu memantau perkembangan apa yang ada pada kaum Muslimin.
Hari demi hari terus berlalu membawa keuntungan bagi kaum Muslimin, pamor dan kekuasaan mereka semakin mantap. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi semakin dibakar amarah. Mereka kembali merancang konspirasi baru untuk menyerang kaum Muslimin.
Selain itu, faktor utama terjadinya Perang Khandaq adalah lebih banyak disebabkan oleh pengaruh-pengaruh tokoh-tokoh Yahudi, seperti Salam bin Abi lHuqaiq, Salam bin Mishkam, Kinanah bin Rabi dll yang telah melihat kemenangan pasukan Musyrik atau kaum Muslimin dalam Perang Uhud.
Dua puluh orang Yahudi Bani Nadzir membentuk koalisi besar. Pasukan gabungan yaitu orang-orang Suku Ghathafan berjumlah 6000 pasukan dan dari kaum Quraisy sendiri 4000 pasukan sehingga pasukan koalisi tersebut berjumlah 10. 000 pasukan. Dalam perang ini, kaum Quraisy melakukan segala rencana agar perlawanan terakhir ini memberikan hasil yang memuaskan dan tujuan mereka semua dapat terwujud.
Kaum Quraisy dengan gigih dan semangat melakukan konspirasi bersama Bani Sulaim, Bani Asad, Ghathafan, Bani Murrah dan Asja. Mata-mata kaum Muslimin selalu memantau pergerakan musuh, sebelum pasukan musuh beranjak dari tempatnya, Rasulullah telah mendengar rencana jahat mereka.
Rasulullah dengan segera menyelenggarakan musyawarah militer bersama sahabat mengenai hal ini. Setelah anggota majlis saling bertukar pikiran, mereka sepakat untuk melaksanakan usulan yang disampaikan sahabat nabi yang cerdik yaitu Salman al-Farisi.
Salman berkata, “Wahai Rasulullah, dulu jika kami orang-orang Persia, sedang di kepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami.” Ini merupakan langkah bijaksana yang sebelumnya tidak pernah dikenal bangsa Arab.Salman al-Farisi adalah orang Persia yang datang kepada nabi untuk meminta nasihat dan bantuan.
Menggali parit untuk benteng pertahanan menjadi kesepakatan bersama dalam musyawarah militer tersebut. Rasulullah segera melaksanakan rencana itu. Parit yang digali kaum Muslimin membentang dari Ummu Syaikhan di pemukiman Bani Haritsah di bagian timur hingga daerah al-Madzadz di bagian barat.
Bani Quraizhah yang pada saat itu menjalin perjanjian bersama kaum Muslimin, mereka meminjamkan alat-alat yang digunakan untuk menggali parit, sebab mereka memiliki semua peralatan yang dibutuhkan. Mereka tidak menolak untuk meminjamkan peralatan yang dimiliki demi menghadapi bahaya bersama.
Maka mereka meminjamkan cangkul, pangkur, dan sekop. Mereka jugamensuplai keranjang-keranjangkurma yang sangat kuat, terbuat dari serat pohon kurma, dan dapat digunakan untuk mengangkut tanah galian.Semangat Rasulullah dan para sahabat akhirnya parit dapat terselesaikan dalam waktu 6 hari menurut pendapat yang masyhur.
Namun dalam Riwayat lain dijelaskan bahwa Ibnu Aqabah berpendapat, penggalian parit memakan waktu hingga 20 hari.Sedangkan menurut Waqidi adalah 24 malam. Adapun di dalam ar-Raudhah karya Imam Nawawi, dikatakan 15 hari.
Selama penggalian parit Rasulullah tidak hanya menjadi penonton belaka yang bisa menyuruh para sahabat untuk bekerja, akan tetapi beliau ikut turun langsung dalam penggalian parit dan beliau juga mengobarkan semangat kepada para sahabat.
Buku Shahih Bukhari disebutkan dari Sahl bin Sa’ad bahwa ia berkata, “Kami bersama Rasulullah di dalam parit. Orang-orang semangat menggalinya kami mengusung tanah di pundak kami.” Beliau bersabda. “Tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. Ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar.” Anas meriwayatkan, “Rasulullah pergi ke parit pada pagi hari yang sangat dingin saat orang-orang Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit.”
Parit selesai digali dalam waktu enam hari, sahabat dan Rasulullah dapat menggali parit sepanjang 5000 hasta, lebarnya 9 hasta, dan dalamnya 9-10 hasta. Setiap 10 orang ditugasi menggali 40 hasta atau 20 meter. Itu berarti satu orang kira-kira menggali 2 meter.
Kaum Muhajirin menggali benteng dari pojok Raj’i di sebelah timur sampai ke Benteng Dzabab. Kaum Anshar dari pojok Dzabab sampai ke Gunung Ubaid di sebelah Barat. Dalam buku lain dijelaskan bahwa parit memiliki panjang 5544 m, dalam 3.34 m, dan lebar 4.62 m.
Setelah penggalian selesai terdengar kabar bahwa pasukan Quraisy telah menuruni lembah Aqiq, tidak jauh di sebelah barat daya Madinah. Sementara itu, pasukan Ghathafan dan suku-suku lain dari Najd tengah bergerak menuju Uhud dari arah timur. Semua rumah dikosongkan dan para penghuninya telah berada di wilayah pertahanan.
Pasukan Quraisy dan para sekutunya itu terkejut melihat padang rumput yang ada di oasis yaitu suatu daerah subur terpencil yang berada di tengah gurun, umumnya mengelilingi suatu mata air atau sumber air lainnya.
Oasis juga dapat menjadi habibat bagi hewan dan bahkan manusia jika memiliki area cukup luas itu telah dipangkas. Unta-unta mereka dapat bertahan dengan memakan pohon-pohon akasia di Lembah Aqiq. Sedangkan unta pasukan Ghathafan sedang makan dua macam pohon tamarisk yang tumbuh lebat di dataran dekat Uhud.
Akan tetapi tidak ada makanan sedikit pun untuk kuda mereka selain rumput kering yang mereka bawa. Itulah yang mendorong mereka untuk menyerang musuh secepat mungkin, dan dengan tujuan yang sama dua pasukan itu bergerak maju untuk menuju kota.
Rasulullah berangkat dengan tiga ribu personil, di belakang mereka terdapat Gunung Sal’un yang dapat dijadikan sebagai pelindung sedangkan di depan mereka terdapat parit yang membatasi mereka dengan musuh. Di samping itu, kaum Quraisy berangkat bersama sepuluh ribu pasukan menuju Madinah, mereka semua terbelalak akan parit yang ada di hadapannya.
Mereka heran dengan strategi yang dibuat kaum Muslimin, karena mereka semua tidak memperhitungkan itu sebelumnya. Kaum Quraisy memutuskan untuk mengepung kaum Muslimin sebab tidak ada cara lain yang dapat mereka lakukan selain pengepungan.
Pasukan Muslimin terus melakukan pengawasan dalam memantau gerakan musuh. Nabi terus memberi semangat kepada kaum Muslimin dan menjanjikan kemenangan jika mereka tetap bersabar. Mereka tetap bersabar, meskipun awalnya mereka tampak lelah karena berjaga terlalu lama.
Sepanjang hari pihak musuh selalu berusaha menyeberangi parit, namun tetap saja gagal. Karena itu, seperti hari-hari sebelumnya pertempuran ini hanya sebatas perang hujan panah. Para penunggang kuda dari Quraisy merasa jengkel karena hanya diam di sekitar parit tanpa ada kejelasan bagaimana kelanjutannya. Cara ini sama sekali bukan kebiasaan mereka.
Lalu muncul sekelompok dari mereka, seperti Amr bin Abdi Wiudd, Ikrimah bin Abu Jahal, Dhirar bin al-Khathab, dan lain lain yang mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati bagian parit ini, lalu memutar kuda mereka ke bagian yang agak lembab, antara parit dan gunung Sal’un.
Alibersama beberapa orang Muslimin segera mengepung daerah yang dilewati Amr beserta kawannya. Amr menantang Ali untuk adu duel bersamanya. Tantangan ini diladeni Ali dan berakhir pada penumbangan Amr oleh Ali bin Abi Thalib. Bahkan Ikrimah bin Abu Jahl lari meninggalkan tombaknya.
Di saat genting-gentingnya peperangan, tokoh penjahat Bani Nadzir yaitu Huyai bin Akhthar datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Bani Quraizhah adalah qabilah Yahudi yang bertempat tinggal di dalam kota Madinah, dan mereka terikat dengan perjanjian damai dengan Rasulullah.
AlImam Ibnul-Qayyim al-Jauziyah mengatakan, bahwa Bani Quraizhah merupakan qabilah Yahudi yang paling keras memusuhi Rasulullah SAW dan paling besar kekufurannya. Dan akhirnya mereka merasakan akibat yang lebih fatal dibanding dua kabilah lain (Bani Nadzir dan Bani Qoinuqo yang diusir dari Madinah).
Dua tokoh Bani Nadzir tersebut menemui pemimpin Bani Quraizhah yaitu Ka’ab bin Asad al- Qurazy untuk mengadakan konspirasi bersama dalam menyerang kaum Musyrikin, Ka’ab menolak karena ia sedang menjalin perjanjian bersama Rasulullah untuk tidak menolong siapa pun yang berniat mencelakai beliau.
Huyai terus menerus membujuk dan bahkan bersumpah atas nama Allah dan berjanji, “Jika orang-orang Quraisy dan Ghathafan mundur, mereka tidak jadi menyerang Rasulullah Muhammad, aku akan bergabung bersamamu di dalam bentengmu dan aku sanggup menanggung akibatnya bersamamu.”
Akhirnya Ka’ab terbujuk dan menerima ajakan Huyai, ia memutuskan perjanjian dan siap bergabung dengan pasukan Quraisy. Di saat itu juga kaum Yahudi bangkit untuk menyerang kaum Muslimin.
Ibnu Ishaq mengisahkan keberanian Shafiyah binti Abdul Muththalib, ia berada pada suatu bilik dimana orang-orang Quraisy mengitari sekitar bilik tersebut dan anehnya tidak ada satu orang dari pasukan Muslimin yang menjaga bilik tersebut.
Shafiyah meminta kepada Hasan untuk menjaga bilik dan membunuh orang Quraisy tersebut, Hasan menolak permintaan Shafiyah karena ia tidak mahir dalam hal membunuh. Shafiyah keluar dari bilik dan mengambil potongan tiang lalu memukulkannya pada orang Quraisy tersebut hingga terbunuh.
Setelah itu Shafiyah kembali ke bilik dan menyuruh Hasan untuk mengikat mayat Quraisy tersebut. Keberanian Shafiyah membawa pengaruh baik kepada kaum wanita yang berada dalam bilik dan orang Yahudi mengira bahwa bilik tempat kaum perempuan itu telah dijaga ketat oleh pasukan Muslimin.
Berita penghianatan Bani Nazhir ini terdengar sampai di telinga Rasulullah saw dan beliau mengutus beberapa orang sahabatnya, yaitu Sa’ad bin Mu’adz, Sa’ad bin Ubadah, Khawat bin Jubair dan, Abdullah bin Rahawah ke Bani Quraizhah untuk mengonfirmasikan kepada mereka tentang kebenaran berita penghianatan tersebut.
Rombongan ini berangkat, namun setelah sampai di tempat Bani Quraizhah mereka terkejut melihat sikap Bani Quraizhah yang secara terang-terangan memaki-maki dan mencela Rasulullah SAW dengan sangat keji di depan mereka serta menyatakan permusuhan terhadap beliau.
Rombongan ini segera kembali dan melaporkan apa yang terjadi kepada Rasulullah SAW.Setelah mendengar penghianatan Bani Quraizhah, Rasulullah menggelar kainnya lalu tidur telentang. Beliau diam sekian lama hingga kaum Muslimin mendapatkan ujian yang cukup berat.
Namun tak lama kemudian,Rasulullah bangkit dan berseru, “Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum Muslimin dengan kemenangan dan pertolongan dari Allah SWT”.
Sikap tenang Rasulullah SAW, ini sangat besar pengaruhnya ke dalam jiwa kaum Muslimin sehingga ketegangan merekapun semakin reda.
Bahkan mereka semakin yakin terhadap pertolongan Allah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur-an:
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”
Rasulullah segera menyusun rencana dalam menghadapi penghianatan Bani Quraizhah itu, strategi yang diambil Rasulullah adalah mengamankan para wanita dan anak-anak dan sebelumnya harus ada upaya untuk mengacaukan pasukan musuh.
Tepat pada malam Sabtu, bulan Syawwal 5 H, orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk menemui orang-orang Yahudi agar menyampaikan pesan: “Kami tidak mungkin berlama-lama di sini. Apabila kondisi unta dan kuda kami sudah banyak melemah, maka bangkitlah pada saat itu bersama kami untuk menghabisi Muhammad.”
Orang-orang Yahudi mengirim utusan kepada kuam Quraisy agar menyampaikan pesan: “Hari ini hari Sabtu. Kalian sudah tahu akibat perang hari ini. selain itu, kami hanya mau berperang setelah kalian memberikan jaminan kepada kami.”
Kaum Muslimin senantiasa memohon kepada Allah SWT , “Ya Allah, tutupilah kelemahan kami dan hilangkanlah kekhawatiran kami.” Rasulullah pun juga berdoa, “Ya Allah yang menurunkan kitab dan yang cepat hisab-Nya, kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.”
Allah SWT mendengarkan doa Rasul-Nya dan kaum Muslimin, maka Allah menurunkan angin taufan kepada musuh dan memporak-porandakan kemahkemah mereka. Tidak ada satu pun yang tegak kecuali telah ambruk. Allah SWT telah mengirimkan malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kocar-kacir.
Allah SWT juga menyusupkan ketakutan ke dalam hati mereka. “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentaratentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.”
Pada saat kejadian itu, Rasulullah mengutus Hudzaifah bin Yaman untuk mematai-matai pasukan sekutu dari jarak dekat dan melaporkannya kepada beliau. Maka Hudzaifah menjumpai mereka dalam keadaan bersiapsiap untuk berangkat meninggalkan tempat mereka.
Hudzaifah melaporkan kepada Rasulullah tentang hal ini dan Keesokan harinya beliau mendapatkan musuh sudah meninggalkan Madinah, mereka semua telah diusir oleh Allah dan henkang dari tempatnya, tanpa membawa keuntungan apa-apa. Masya Allah Sungguh luar biasa kekuasaan Allah SWT.
Orang-orang mengepung kaum Muslimin selama satu bulan penuh atau mendekati itu. Perang Ahzab tidak mendatangkan kerugian, tetapi merupakan perang urat saraf. Dalam sejarah Islam peperangan ini merupakan peristiwa yang sangat menegangkan.
peperangan berakhir dengan pelecehan dipihak kaum Musyrikin dan memberi kesan bahwa kekuatan sebesar apa pun yang ada di Arab tidak akan sanggup melumatkan kekuatan lebih kecil yang sedang mekar di Madinah.
Semua bangsa Arab tidak sanggup menghimpun kekuatan yang lebih besar daripada pasukan Ahzab ini. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, “Ketika Allah sudah mengalahkan pasukan musuh. Sekarang kita yang menyerang mereka, dan mereka tidak akan menyerang kita. Kita yang akan mendatangi mereka.”
Sahabat damai, kisah perang khandaq ini memberikan gambaran kepada kita agar menyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa kekuatan terbesar hanya dari sang pemilik bumi dan langit, selain itu dalam menghadapi konflik tidak boleh mengutamakan amarah dan kekerasan melainkan dengan kecerdikan dan ketenangan.
Ryn Manist
Referensi : Berbagai Sumber