free page hit counter
Opini

Vaksin Inklusif Penangkal Virus Radikalisme

Intoleransi itu akar yang menjelma, mengubah yang dulunya peduli menjadi acuh. Ironis jika memang itu adalah benih yang sengaja dipupuk oleh sekelompok orang tertentu. Sebuah Pemikiran yang menukik tajam untuk mengancam kedaulatan, melenyapkan keberagaman dan kebebasan.

Kita dipaksa bergelut dengan bayang-bayang virus pemikiran yang nyeleneh, yang hadir menyamar sebagai pahlawan, tetapi menyebarkan pemikiran yang tak tau asal usulnya. Sebuah ajakan nuansa kekerasan, kebencian dan perpecahan justru itu yang kutemukan di setiap aksinya, itulah radikalisme.

Sebuah virus yang bisa menyerang otak manusia-manusia tak berdosa, polos, lugu dengan dalih jihad, dimana balasannya adalah surga dibayar tunai. Siapa sih yang nggak pengen masuk surga lewat jalur VIP tanpa harus diwawancarai oleh malaikat Munkar dan Nakir.

Sejatinya paham radikalisme selalu dibalut dengan keimanan, berjuang di jalan Allah SWT, dan sangat intoleran terhadap sesuatu yang berbeda di luar dari paham yang diyakini. Sejauh ini bahaya radikalisme jika dalam bentuk pemikiran mungkin memang tidak dirasakan langsung dampaknya.

Tetapi, sadar nggak sih kalau otak kita sudah dicuci, dipengaruhi, kemudian menjadi sebuah ideologi, inilah yang akan menjadi benih kemudian tumbuh dengan sangat subur sehingga menghasilkan buah terorisme. Apalagi di tangan mereka media internet menjadi salah satu media yang efektif dalam menggencarkan propaganda, pembangunan jaringan hingga melakukan perekrutan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang banyak sekali media sosial yang ‘diperalat’ untuk melancarkan kampanye radikalisme. Radikalisme tidak hanya mengajak kepada kekerasan, tetapi juga kepada narasi kebencian, intoleransi terutama dalam paham keagamaan. Terlebih Indonesia adalah negara yang memiliki beragam agama, baik agama Samawi maupun agama Ardi hingga kepercayaan lokal yang masih ada dan Islam adalah agama mayoritas.

Sehingga dari sini, pemicu untuk menebarkan kebencian dilihat dari agama apa yang paling banyak sebagai penganutnya, yang kemudian dijadikan dalih sebagai agama yang paling benar dengan doktrin perkataan tuhan lewat kitab suci yang mutlak kebenarannya.

Golongan yang memiliki paham ekstrem dengan menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar, tentu akan sangat gampang menebarkan isu kebencian, klaim kebenaran hingga yang paling ekstrem adalah doktrin bahwa orang yang di luar keyakinan mereka halal darahnya untuk dibunuh.

Efeknya, karena di Indonesai penganut agama terbesar adalah Islam maka golongan kaum radikal hingga terorisme sebagian besar adalah orang Islam, tentu ini berdasarkan fakta dan kejadian yang pernah terjadi. Dampaknya akan muncul prasangka, kebencian, ketakutan, dan perpecahan terhadap setiap agama.

Namun, atribut yang selalu melekat pada pelaku radikalisme hingga terorisme adalah jika dia laki-laki biasanya memakai baju muslim, menggunakan celana cingkrang, dan berjenggot, sedangkan jika perempuan selalu identik dengan menggunakan cadar.

Maka celakalah orang-orang yang kesehariannya menggunakan pakaian tersebut, tetapi bukan mereka yang berbuat, namun dituduh sebagai pelaku terorisme dan berpaham radikalsime. Padahal banyak juga kategori orang-orang yang berpakaian seperti demikian, tetapi sama sekali tidak berpaham radikal apalagi memiliki niatan untuk melakukan aksi teror.

Namun, dituduh habis-habisan dan dianggap semua yang bercadar dan bercelana cingkrang atau sejenisnya sudah pasti berpaham radikal. Ilustrasi di atas hanyalah dampak kecil, berarti ada dampak yang sangat besar dong?

Tentu, dampak dari radikalisme dalam skala global adalah terjadinya perpecahan bangsa yang dapat mengancam keutuhan NKRI. Tindakan terorisme ini bukanlah persoalan siapa pelaku atau jaringannya melainkan lahir dari tindakan yang memiliki akar keyakinan, doktrin dan kepercayaan serta ideologi yang menyerang masyarakat.

Berbagai tindakan teror yang tak jarang memakan korban jiwa hingga bom bunuh diri, seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku paham radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka, sebagai upaya untuk mencapai suatu tujuan dan perjuangan mengatas namakan agama dan tuhan.

Tetapi, sebagai anak muda tidak ada kata pesimis meski pada kenyataannya mengobati jauh lebih sulit daripada mencegah. Hal itu bisa kita lakukan dengan menghiasai dunia maya dengan berbagai konten damai untuk meningkatkan daya tahan masyarakat terhada  virus radikalisme ini.

Jika paham radikalisme disebarkan melalui media sosial, maka kita juga harus melawan dengan alat yang sama. Dengan membuat konten yang mengajak pada perdamaian, pro toleransi, dan menghadirkan ruang virtual untuk saling sharing and caring.

Bukan hanya melakukan konten di media sosial seperti instagram, tiktok dan facebook, tetapi bisa juga dengan menghasilkan sebuah film tentang bahaya radikaslime yang sangat bisa menghipnotis masyarakat untuk selalu mawas diri, sebut saja film sayap-sayap patah yang lagi viral saat ini. Tetapi, saya tidak akan membahas itu, hehehe takut spoiler.

Yah mungkin sulit kalau ingin membuat film layar lebar, tetapi buat film documenter atau beragam video, tentu sangat bisa dilakukan oleh anak muda jaman sekarang, dengan kreatifitas dan aplikasi-aplikasi yang mendukung. Jadi nggak ada alasan untuk tidak menjadi agent of change dan agent of peace.

Ibarat pohon yang sudah besar mungkin akar radikalisme susah untuk dicabut, jika ditebang potensi untuk tetap tumbuh masih tetap ada. Tetapi, dengan menanam dan menumbuhkan banyak benih toleransi, pedamaian, saling menghargai, memperbaiki pola pikIr dengan cara belajar, saya yakin kita bisa membendung gerakan-gerakan ataupun paham radikalisme.

Karena kami pemuda ingin menyatukan rasa meski dikelilingi perbedaan, kami pemuda ingin saling menggeggam dalam aksi perdamaian. Mari saling merangkul untuk menciptakan perdamaian, jangan hanya ada niat yang utuh namun semu dalam tindakan. Mari saling menguatkan diri dalam aksi perdamaian. Menjadi agent of change dan menjadi motor penggerak menuju kesuksesan bangsa dan negara.

Menjadikan diri sebagai tongkat pionir melawan radikalisme, menumbuhkan nasionalisme dalam membentengi diri dari berbagai ancaman radikalisme, saling mempererat persaudaraan bukan memecah keragaman. Itulah langkah yang hsarus kita tanamkan untuk menangkal virus radikalisme agar tidak menjangkit Indonesiaku.

Iyan Friyan, Nurfadillah dan Ainun Annisha

Referensi : Berbagai Sumber

Join The Discussion