Kehidupan keluarga merupakan wadah pertumbuhan dan perkembangan awal bagi anak, baik pertumbuhan jasmani, rohani, kognitif, sosial, dan emosi. Tiga sasaran pokok dalam mendidik anak, yaitu, memberikan dasar keimanan sebagai pegangan hidup, bekal ilmu pengetahuan dan membentuk akhlakul karimah.
Ironinya, di zaman modern ini, banyak keluarga yang sulit melakukan pedidikan langsung kepada anak-anaknya karena berbagai sebab, seperti karena kesibukan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, mengejar karir atau untuk mencapai kesenangan hidup sehingga pendidikan anak banyak diserahkan kepada orang lain, seperti pembantu atau sekolah.
Padahal kewajiban mengasuh dan mendidik anak dalam keluarga telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Qs. Al-Tahrîm 66: 6: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Ayat tersebut memiliki makna kewajiban mendidik anak, sehingga bagi yang melaksanakannya akan mendapatkan balasan pahala/surga, dan sebaliknya bagi yang tidak melaksanakan akan mendapat siksa.
Rasulullah SAW dengan tegas menjelaskan: ”Suami bertanggung jawab memelihara keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai hal itu. Istri bertanggungjawab dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibn „Umar).
Sahabat damai, hadirnya Ramadhan menjadi momentum yang tepat sebagai sarana untuk memaksimalkan pendidikan dalam keluarga dan membangun komunikasi intensif antara anggota keluarga sebab saat bulan Ramadhan, anggota keluarga bisa lebih banyak waktu berinteraksi langsung di rumah saat berbuka puasa atau sahur bersama sehingga dapat membangun komunikasi yang lebih intens.
Pendidikan keluarga saat berpuasa dapat diberikan dengan keteladanan dan kebersamaan. Melatih anakanak dengan berpuasa disertai penjelasan tentang mengapa manusia perlu berpuasa dan bagaimana tata cara puasa yang utama, sehingga dapat tertanam keimanan dan pengetahuan tentang puasa kepada seluruh anggota keluarga.
Contoh ketaatan dalam beragama sambil membangun komunikasi terbuka bisa diterjemahkan dalam bentuk kegiatan shalat subuh, dan maghrib berjamaah seluruh anggota keluarga. Komunikasi dengan lingkungan sekitar dapat dilakukan dalam bentuk shalat tarawih dan sewaktu-waktu mengadakan buka bersama dengan kerabat dan teman.
Akhlakul Karimah dapat ditanamkan melalui pembiasaan anak dalam mengikuti perintah puasa. Filosofi puasa harus ditanamkan kepada anak, diantaranya adalah kedisiplinan, kesetiakawanan sosial dan menghargai proses. Kedisiplinan dapat dihayati dalam jadwal puasa setiap tahun dan saat memulai berpuasa yaitu sejak terbit fajar tidak boleh kurang dan lebih sedikitpun dan mengakhiri puasa setelah terbenam Matahari atau masuk waktu maghrib.
Sahabat damai, hal tersebut menunjukkan bahwa kehidupan harus dilalui dengan disiplin dan konsisten (Istiqomah). Kedisiplinan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti disiplin bekerja, mematuhi undang-undang dan memenuhi tanggungjawab.
Rasa lapar dan haus karena berpuasa dapat mendidik dan mengasah keluarga, khususnya anakanak agar turut merasakan nasib orang yang keadaan ekonominya berkurang. Sehingga dapat menumbuhkan rasa setiakawan, sayang dan peka terhadap penderitaan orang lain. Penanaman kepedulian sosial kepada anakanak untuk membangun solidaritas sosial dalam berbangsa dan bernegara.
Keagamaan yang ditanamkan kepada keluarga menjadi paralel dengan semangat gotong royong. Sebaimamana dijelaskan oleh Allah SWT; “bahwa orang yang tidak punya rasa empati dan peduli kepada anak yatim dan orang miskin adalah pendusta agama.” (Qs. Al-aun107: 1-3).
Proses waktu sebulan lamanya dalam menjalankan ibadah puasa dan dilakukan setiap tahun secara rutin selama Ramadhan dapat memberi makna bahwa hidup membutuhkan perjuangan dan proses waktu. Menjalani proses ini dapat ditanamkan kepada generasi dalam keluarga bahwa untuk mencapai keberhasilan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelaki
Sayyidina Ali ra. mengingatkan: “Ajarilah anak-anakmu dan keluargamu perilaku yang baik dan didikladengan budi pekerti”. Sahabat damai, tidak ada keberhasilan yang terjadi secara instan, sebab yang instan hanya sebentar dan hadirnya Ramadhan menjadi sarana mendidik anak dalam keluarga yang efektif agar tercipta keimanan, keislaman dan ihsan. (Ryn Manist)
Sumber : Berbagai Referensi