Dalam hidup kita tentu merasakan banyak emosi negatif, bisa karena hal yang sepele, rumit ataupun karena ekspektasi kita sendiri. Namun, seluruh kejadian dan emosi yang kita rasakan dapat kita ubah menjadi emosi yang positif lho!
Ada banyak cara untuk mengubah emosi negatif didalam diri kita, contohnya pada saat pertama kali kamu diterima wawancara pada posisi yang kamu idam-idamkan. Tetapi, seminggu kemudian kamu dapat pesan bahwa perusahaan itu menolak kamu.
Tentu kekecewaan yang terjadi tidak bisa terelakkan, posisi perusahaan yang diinginkan, ruangan dan meja kantor yang nyaman, pemandangan yang bagus. Tidak dapat kamu rasakan karena kamu tidak diterima kerja.
Tetapi tenang, pada pembahasan kali ini kita akan mengenali salah satu Filosofi tentang hidup yang dapat kamu terapkan ke kehidupan kamu sehari-hari agar kekecewaan dan kegalauan tidak lagi berlarut-larut.
Filosofi ini bernama filosofi stoicism, stoik, atau seringnya disebut filosofi teras. Filosofi ini dapat mengajarkan bagaimana cara mengendalikan emosi, rasa cemas ataupun rasa takut yang muncul didalam diri kita. Walaupun tidak sepenuhnya hilang, tetapi hal ini bisa mencegah dan mengurangi emosi negatif dalam diri.
Apa itu Stoicism?
Stoic atau stoicism merupakan aliran filosofi Yunani yang dicetus pertamakali oleh Zeno of Citium pada periode Hellenistik. Stoic mengajaran bahwa seseorang harus bebas dari hasrat, tidak mengeluh atas apapun yang terjadi dan tidak bisa dihindari.
Filosofi stoic menjadi populer pada saat itu, aliran filosofi ini dapat dikatakan sebagai filosofi yang berhasil dan berpengaruh dalam aliran filsafat kuno. Filsafat ini juga dianut oleh beberapa filsuf Yunani, seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Bagi para stoik, segala sesuatu yang terjadi pada hidup manusia bersifat netral. Tidak ada yang positif maupun negatif, baik ataupun buruk. Yang membuat hal tersebut menjadi berwarna adalah interpretasi manusia terhadap hal tersebut.
Dalam hidup, terdapat dua hal yang di mana ada sesuatu yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut tergantung pada pertimbangan, perkataan, dan cara kita dalam bersikap.
Penjelasan singkatnya, kita hanya bisa mengendalikan apa yang ada didalam kendali kita, yaitu pikiran dan tindakan kita sendiri, “Speak less, act more”. Dalam kehidupannya, para stoikisme mengharapkan hal-hal yang baik namun menyiapkan skenario terburuk dalam hidupnya.
Beberapa orang mengatakan kalau filosofi stoic adalah filosofi anti-stress. Jauh dari hal kuno dan rumit, ilmu ini mengajarkan bagaimana sebuah kebahagiaan seseorang bersumber pada memfokuskan diri pada apa yang ada didalam kendali mereka.
Stoicism juga mengajarkan pada kita untuk mengurasi reaksi berlebihan ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi.
Secara tidak langsung, filosofi ini juga mengajarkan kepada kita untuk bersikap bijak dalam menghadapi berbagai macam permasalahan kehidupan. Ketika kita cukup mampu untuk menghadapinya, maka kita telah menemukan kebahagiaan dan terhindari dari keresahan, kesedihan, galau, ataupun putus asa.
Cara mempelajari filosofi stoicism
Banyak hal yang dapat dilakukan jika ingin mulai mempelajari filosofi stoik ini, beberapa latihan mudah kalau kamu baru belajar tentang stoicism untuk kehidupan sehari-harimu:
- Melepaskan diri dari emosi negatif
Emosi yang dirasakan menjadi cerminan dari pemikiran kita terhadap sesuatu. Presepsi negatif terkadang muncul dari presepsi negatif itu sendiri. Oleh sebab itu, mengubah emosi tersebut dapat mengubah perasaan kita menjadi lebih baik pula.
- Mengontrol Ekspektasi
Cara ini membuat kita menjadi logis dalam berpikir. Seperti halnya ketika seseorang atau beberapa orang melihat pakaian apa yang kita kenakan, pikiran dan penilaian mereka tidak bisa kita kendalikan.
- Bersyukur untuk hal-hal terjadi di hidup
Ketika kita bersyukur akan sesuatu yang sedang atau telah terjadi. Cara ini dapat menjadi ajang perenungan untuk bersikap positif
Melatih Pola Pikir Filosofi Stoicsm
Tidak mudah untuk membiasakan diri mengatur pola pikir Filosofi ini, karena tidak semudah itu mengubah kebiasaan berpikir yang sudah ada sebelumnya. Tapi ketika kita sudah terbiasa, diri kita akan merasa lebih tentram karena sudah tahu bagaimana mengolahnya.
Karena itu, biasakan untuk melatih pola pikir filosofi ini. Cara yang pertama adalah menyadari bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Filosofi ini melihat sebuah peristiwa memiliki keterkaitan satu sama lain.
Artinya, beberapa hal seperti saat kalian membuka website ini pasti ada sebab akibat yang jadi. Bisa dibilang, bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan.
Berbeda dengan takdir, karena pada dasarnya takdir melibatkan “tangan tuhan” untuk merancang segala sesuatunya. Namun, untuk filosofi ini menekankan adanya keberadaan manusia di alam semesta ini.
Jadi, kita dapat belajar menerima segala sesuatu yang terjadi karena dibalik itu semua akan ada alasan yang mungkin belum kita ketahui dan juga kita akan belajar untuk tidak terlalu menyesali segala sesuatunya.
Yang kedua adalah “Dikotomi Kendali”. Banyak yang membahas soal ini, mungkin beberapa diantara kita pernah membaca atau mendengar sebuah quotes: “ada hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak dibawah kendali kita”.
Nah, kata-kata tersebut berasal dari salah satu filsuf dan prinsip itulah yang disebut sebagai dikotomi kendali. Ada yang dapat dikendalikan dan ada yang tidak.
Beberapa hal yang didalam kendali kita adalah: tindakan, opini, reputasi kita terhadap orang lain, kesehatan, kekayaan, kondisi saat kita lahir, kondisi alam dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk hal yang dibawah kendali kita adalah: pertimbangan, presepsi dan opini kita pada suatu hal, keinginan, tujuan dan segala sesuatu yang ada pada diri dan pikiran kita.
Setelah memahami apa itu filosofi stoikisme atau stoic, sekarang kita bisa mulai menerapkan pada kegiatan sehari-hari sehingga emosi dan ekspektasi dapat kita kendalikan agar hidup jadi bahagia!
atr16_
Referensi :
Belajar mengendalikan ekspektasi dengan filosofi stoicism