free page hit counter
Opini

Pemuda Harapan Bangsa

Editor: Nur Azizah S

Sejarah adalah suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu yang memiliki peran penting bagi suatu bangsa, seperti yang dikatakan Soekarno bahwa ‘jangan pernah melupakan sejarah, karena sejarah akan membuat dan mengubah siapa kita’. Salah satu sejarah yang dinilai penting adalah peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang hingga saat ini terus diperingati setiap tahunnya.

Peristiwa Sumpah Pemuda ini dilahirkan oleh para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) juga mahasiswa di Batavia (Jakarta) dalam kegiatan Kongres Pemuda II yang berlangsung selama 27-28 Oktober 1928. Dua tahun sebelumnya tepatnya 30 April – 2 Mei 1926, Kongres Pemuda I telah diselenggarakan di Batavia, seperti yang diungkapkan Sudiyo dalam buku Perhimpunan Indonesia sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda (1989). Kongres Pemuda I ini bertujuan untuk memajukan persatuan dan kebangsaan Indonesia serta menguatkan hubungan antarsesama pemuda yang ada di tanah air. Namun, hasil dari Kongres Pemuda I ini dinilai tidak memiliki hasil yang cukup memuaskan bagi seluruh pihak yang terlibat, dikarenakan masih banyaknya perbedaan pandangan.

Terselenggaranya kembali Kongres Pemuda II yang berlangsung selama 27-28 Oktober 1928 ini, Ketua PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) Sugondo Djojopuspito dalam sambutannya menyampaikan ia memiliki harap bahwa Kongres Pemuda ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam nurani para pemuda tanah air. Tujuan diselenggarakannya Kongres Pemuda II ini yaitu; (1) melahirkan cita-cita semua perkumpulan para pemuda Indonesia, (2) membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia, serta (3) memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia. Dari tiga rapat yang telah dilakukan selama kongres, Sumpah Pemuda dicetuskan pada rapat penutup, yang kemudian Rumusan Sumpah Pemuda ini dituliskan oleh Moehammad Yamin dalam sebuah kertas ketika Mr. Sunario sedang menyampaikan pidato untuk sesi terakhir kongres. Rumusan Sumpah Pemuda ini juga kemudian dibacakan oleh Sugondo dan dijelaskan lebih lengkapnya oleh Moehammad Yamin. Menurut Poesponegoro (2008), Naskah Sumpah Pemuda yang dibacakan saat itu merupakan hasil dari Kongres Pemuda II yang dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia.

Naskah Sumpah Pemuda yang telah dirumuskan berbunyi: Pertama: kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia, (Pertama: kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia). Kedoea, kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia (Kedua: kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia). Ketiga: kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia (Ketiga: kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia).

Ketika kongres para pemuda ini berlangsung, tidak begitu banyak media massa yang menyorot kegiatan Sumpah Pemuda ini sebagai salah satu peristiwa penting yang telah terjadi, baik media massa yang ada di Jakarta maupun di berbagai kota-kota lainnya di Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda saat itu bukanlah sebuah peristiwa yang luar biasa. Sastono Kartodirdjo (1996) juga menyebutkan bahwa dibandingkan lahirnya peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, Manifesto Politik Perhimpunan Indonesia (PI) di negara Belanda yang terjadi pada tahun 1925 dinilai sebagai peristiwa yang lebih penting dan signifikan, karena peristiwa ini merupakan dasar dan modal untuk terwujudnya negara Indonesia yang merdeka.

Namun berbagai pernyataan ‘sumpah pemuda’ pada awal masa revolusi kemerdekaan Indonesia seperti yang diungkap Suwirta (2000), ‘saya bersumpah tidak akan pulang ke rumah sebelum Belanda angkat kaki dari Indonesia’ atau berbagai ‘sumpah pemuda’ lainnya, menunjukkan bahwa pemuda merupakan sosok pelopor dan harapan masa depan suatu bangsa. Pentingnya memaknai peristiwa Sumpah Pemuda 1928 yang sesungguhnya baru dimulai pada tahun 1950-1960an sebagaimana yang dituliskan oleh Foulcher (2000) dalam Sumpah Pemuda: the making and meaning of symbol of Indonesian Nationhood, bahwa Soekarno (yang saat itu sebagai Presiden I Republik Indonesia) dan juga Moehammad Yamin (sebagai Menteri Negara) sangat gencar dan bersemangat dalam mempopulerkan makna Sumpah Pemuda, dimana situasi Indonesia saat itu juga berada diambang perpecahan.

Sebagai pemuda Indonesia yang hidup di zaman sekarang, kita harus meneruskan perjuangan para pejuang pemuda terdahulu dalam menyuarakan makna Sumpah Pemuda serta berkontribusi memperingati hari Sumpah Pemuda. Lalu upaya apa yang bisa kita lakukan.

1. Berprestasi dan terus mengembangkan diri

Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, sebagai wujud memperingati serta mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang, kita harus terus meningkatkan kreativitas dan prestasi yang bisa membawa nama harum bangsa Indonesia hingga bisa diperkenalkan secara mendunia guna memajukan negara Indonesia. Mengembangkan diri dan berprestasi juga mendukung tujuan Indonesia dalam mewujudkan mencerdaskan generasi penerus bangsa.

2. Terus menjalin komunikasi dan memperkuat persaudaraan

Hal sesederhana tetap menjalin komunikasi dengan teman dimanapun berada, baik berada di wilayah daerah yang sama ataupun berbeda, bisa menjadi salah satu upaya kamu dalam memperingati hari Sumpah Pemuda. Tetap menjalin komunikasi dengan siapapun secara tidak langsung akan memperkuat tali persaudaraan yang dimiliki dan meminimalisir terjadinya konflik hingga dapat menciptakan perdamaian dan persatuan dalam bangsa. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan diadakannya Kongres Pemuda II 1928, yaitu memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

3. Bangga dan menjunjung Bahasa Indonesia

Menguasai bahasa asing dan mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari tentu tidak ada salahnya, malah hal ini menguatkan kemampuan kita dalam berbahasa. Namun jangan sampai melupakan bahasa ibu kita, Bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dengan terus membudayakan dan melestarikan Bahasa Indonesia, menggunakannya sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi, menjadi salah satu hal yang penting dalam meneruskan perjuangan para pejuang terdahulu dikarenakan hari Sumpah Pemuda juga menjadi peristiwa penting dalam lahirnya Bahasa Indonesia. Menjunjung Bahasa Indonesia juga merupakan bagian dari ikrar Sumpah Pemuda, yaitu kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

4. Saling bekerja sama dan bergotong royong

Salah satu nilai sosial yang bisa kita terapkan di masa kini jika bercermin dari para pemuda terdahulu adalah dengan bekerja sama dan bergotong royong. Karena para pemuda terdahulu tentunya memperjuangkan serta membangun pergerakan nasional dilakukan secara bersama-sama. Jangan mau berpangku tangan dalam melakukan kegiatan yang berdampak positif bagi diri sendiri dan bangsa. Kita bisa melakukan banyak hal dan semuanya bisa dimulai dari hal yang terkecil dan sederhana, tidak melulu dimulai dari hal yang besar, misal membantu masyarakat sekitar saat dilakukan kerja bakti di tiap minggunya.

5. Belajar dari sejarah

Kita bisa mengulas sejarah Sumpah Pemuda yang telah terjadi sebagai upaya memaknai hari Sumpah Pemuda. Kita bisa mengambil dan menerapkan langkah-langkah baik yang dilakukan oleh pemuda terdahulu dalam membangun dan memajukan bangsa guna menginspirasi kita untuk ikut membangun banga Indonesia di masa mendatang. Kita bisa mempelajari apa saja yang belum tepat yang dilakukan para pemuda di masa lalu, sehingga kita mengevaluasi dan menemukan langkah terbaik sebagai upaya perbaikan kesalahan masa lalu.

Kelima poin di atas bisa dengan sederhana kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan sesuai dengan ungkapan Moehammad Yamin dalam Kongres Pemuda II 1928, yang menyebutkan ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Mengambil momentum memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-92, sudah waktunya para pemuda Bangsa Indonesia kembali mengambil peran dalam mendukung dan memajukan Indonesia. Karena pemuda menjadi salah satu faktor penting dalam harapan bangsa yang maju, dan Indonesia yang bersatu dan maju adalah harapan semua anak bangsa. Harapan ini bisa terus dihidupkan dan dikobarkan dengan terus memperingati peristiwa Sumpah Pemuda 1928.

Alfa Reza Dwi Yulistianingsih

Mahasiswa Akuntansi UIN Alauddin Makassar

Join The Discussion