Apakah sobat Duta Damai pernah menemui teman atau seseorang yang ada di lingkungan terdekat mengadu mengalami kecemasan atau ketakutan yang berlebih akibat mengalami pelecehan sexual?
Jika iya, bisa jadi temanmu tersebut mengalami PTSD. Walaupun kita tidak bisa mendiagnosa secara asal, untuk membuktikan kebenarannya, perlu pemeriksaan kepada ahli atau psikolog. Lantas, PTSD itu sebenarnya apa?
PTSD (post traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan dan mayoritas korban pelecehan sexual mengalami gangguan ini.
Gejala pengidap PTSD yang Bisa Dikenali
Seperti keterangan di atas, diagnosis PTSD tidak bisa diberikan secara asal. Meskipun demikian, gejala-gejala umum yang menimpa pengidap bisa dikenali. Beberapa gejala yang menunjukkan seseorang yang mengalami PTSD antara lainnya.
1. Perubahan perilaku dan emosi
Pengidap PTSD sering kali mudah merasa takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada peristiwa traumatis yang sudah menimpanya. Perubahan perilaku ini juga sering membahayakan dirinya atau orang lain. Pengidap juga sulit tidur dan berkonsentrasi.
PTSD bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Anak dengan PTSD juga sering mengalami mimpi buruk yang bisa terkait secara langsung maupun tidak dengan kejadian traumatis yang dialaminya.
2. Kecenderungan untuk mengelak
Pengidap PTSD enggan memikirkan atau membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma. Hal ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, aktivitas, dan seseorang yang terkait dengan kejadian traumatis tersebut.
Sedikit saja hal yang berhubungan dengan pengalaman buruk masa lalu, bisa membuat dirinya hilang kendali. Jika menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu, rasa takut, merasa kotor dan tertekan bercampur menjadi satu. Itulah kenapa pengidap PTSD terkadang sangat kentara.
3. Memiliki perasaan dan pikiran negatif terus menerus
Pengidap PTSD cenderung menyalahkan dirinya atau orang lain. Selain itu, pengidap juga kehilangan minat pada aktivitas yang dulu pernah disukainya, tidak sedikit yang merasa putus asa untuk melanjutkan hidup. Pengidap juga lebih menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
Mungkin sobat Duta Damai tidak asing dengan kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang mahasiswi yang melakukan bunuh diri di pusara sang ayah. Kabarnya mahasiswa tersebut juga menjadi korban perkosaan, aborsi, dan mendapat tekanan dari orang terdekat.
Tidak sedikit orang yang kebingungan tentang cara menghadapi pengidap PTSD. Mental dan emosi cukup rentan dan riskan, salah sedikit saja ucapan yang menggores hati pengidap, bisa berakibat fatal.
Berikut ini langkah-langkah dan cara mendampingi teman yang mengalami gangguan PTSD akibat pelecehan sexual.
Cara Mendampingi Teman yang Pengidap PTSD Akibat Pelecehan Sexual
Pengidap PTSD korban pelecehan sexual berbeda dengan pengidap yang diakibatkan karena faktor lain. Bahkan masyarakat terkadang masih ada yang memiliki stigma negatif terhadap korban pelecehan sexual pemerkosaan.
“Lagian sama-sama menikmati” dan “kenapa tidak lari atau melawan,” begitulah komentar miring yang sering diutarakan. Korban yang seharusnya membutuhkan perlindungan, alih-alih malah banjir hujatan.
Profesor Paul Dolan, salah satu psikolog perilaku di London School of Economics menyebutkan, akan sangat sulit sekali membayangkan apa yang harus kita lakukan dalam kondisi terdesak.
Perasaan malu dan trauma menjadi dampak yang umum terjadi pada penyintas yang pengakuannya diremehkan oleh pihak berwenang atau orang yang mendengar pengakuannya.
1. Jadilah Pendengar yang Baik
Menjadi pendengar yang baik tidak selalu harus memberikan solusi, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Terkadang pengidap PTSD akibat perkosaan tidak menginginkan berbagi atas pengalaman traumatis yang sudah dialami.
Mayoritas mulai berani bercerita kepada orang yang sangat dipercaya, jadi jangan pernah memaksa orang lain untuk bercerita.
Misalnya, kamu sudah menjadi orang yang dipercaya baginya, maka dengarkanlah dengan baik. Jangan menganggap setiap orang yang bercerita denganmu membutuhkan solusi, berikan solusi jika mereka benar-benar ingin dan memintanya sendiri.
2. Bangun Kepercayaan dan Ruang Aman
Pengidap PTSD atau gangguan stress pasca trauma akibat kekerasan sexual, umumnya menganggap dunia penuh dengan bahaya. Mereka bahkan tidak mempercayai dirinya sendiri atau merasa dirinya sudah ternodai dan kotor.
Sehingga tidak ada lagi ruang yang menurutnya pantas menerimanya. Salah satu momok terbesar pengidap, apakah di masa depan dia bisa diterima oleh pasangan dengan baik atau tidak.
Sebagai orang terdekat, kamu harus membantu untuk membangun rasa percaya serta rasa aman dengan menunjukkan komitmen terhadap janji dan konsisten dalam melakukan apa yang sudah kamu katakan.
3. Rangkul dan Cari Pertolongan
Kalau temanmu menunjukkan tanda-tanda mengalami depresi, dan gejala seperti di atas. Segera ajak ke psikolog dan psikiater. Yakinkan dengan mengabaikan penyakit mental, tidak bisa membuat masalah menjadi membaik.
Selain itu, jika temanmu mengalami tindakan pelecehan sexual, dampingi untuk membuat laporan ke pihak kepolisian. Polisi nantinya akan memberikan Surat Permintaan Visum et Repertum atau surat polisi yang meminta dokter memeriksa tubuh korban.
Kamu tidak akan dikenakan biaya untuk pemeriksaan ini.Selain kantor polisi, kamu juga bisa mengajukan laporan kasus kekerasan seksual lewat call centre Sahabat Perempuan dan Anak milik Kemen PPPA, yakni SAPA129 atau hotline Whatsapp 08211129129.
Pada dasarnya segala hal dilakukan dengan ilmu, termasuk mendampingi teman atau lingkungan sekitar yang menjadi penyintas atau korban pelecehan sexual. Harus hati-hati dalam bertindak atau minimal tidak memperkeruh suasana hati korban dengan menyebarkan aib dan stigma buruh terhadap korban.
Sumber:
https://blog.justika.com/pidana-dan-laporan-polisi/alami-kekerasan-seksual-jangan-takut-ini-cara-lapornya/, diakses pada Kamis, 9 Desember 2021.
https://www.halodoc.com/artikel/cara-mendampingi-teman-yang-alami-gangguan-stres-pascatrauma, diakses pada Kamis, 9 Desember 2021.
https://www.alodokter.com/ptsd, diakses pada Kamis, 9 Desember 2021.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/11/214552623/mengapa-orang-cenderung-diam-saat-mengalami-pelecehan-seksual-sains?page=all, diakses pada Kamis, 9 Desember 2021.