free page hit counter
Opini

“Lontara: Kebebasan Hati yang Tertulis di Setiap Lembar Warisan Leluhur”

Kita sering mendengar tentang Lontara, sebuah karya tulisan kuno yang menjadi kebanggaan masyarakat Bugis. Tapi, apa sebenarnya Lontara itu, dan mengapa penting bagi kita untuk memahami maknanya? Lebih dari sekadar aksara kuno, Lontara adalah cermin dari jiwa dan pemikiran nenek moyang kita. Di setiap hurufnya, tersimpan kebijaksanaan yang relevan hingga hari ini, terutama soal kebebasan hati dan menjaga kehidupan yang damai.

Lontara dulunya ditulis di atas daun lontar menggunakan alat sederhana, namun makna yang tertulis di sana jauh dari sederhana. Ini adalah catatan kehidupan, nasihat bijak, aturan adat, hingga sejarah perjuangan leluhur.

Di masa lalu, Lontara digunakan untuk mencatat silsilah keluarga, hukum adat, dan nasihat-nasihat moral yang disebut pappaseng semacam pesan dari orang tua terdahulu yang mengajarkan kita tentang cara menjalani hidup dengan benar.

Salah satu ajaran yang sering muncul dalam Lontara adalah tentang kebebasan sejati, yaitu kebebasan yang berasal dari hati yang bersih. Di masa lalu, leluhur Bugis percaya bahwa seseorang baru bisa benar-benar bebas ketika hatinya tidak terikat oleh rasa iri, benci, atau dendam.

Kebebasan ini bukanlah tentang kebebasan fisik semata, melainkan lebih kepada kebebasan batin, sebuah kebebasan yang hanya bisa diraih dengan membersihkan hati dari segala prasangka dan emosi negatif.

Kisah Orang Dulu dan Sakralnya Makna Lontara

Ada banyak kisah dalam Lontara yang menggambarkan betapa sakti dan dalamnya makna tulisan ini di masa lalu. Misalnya, ada cerita tentang seorang pemimpin yang diingat bukan karena kekuasaannya, tetapi karena hatinya yang selalu bersih dari amarah dan penuh pengampunan.

Di Lontara, diceritakan bahwa pemimpin ini selalu memegang prinsip untuk tidak membalas dendam, meskipun disakiti. Melalui sikapnya yang sabar, ia meraih rasa hormat dari banyak orang dan dikenal sebagai orang yang “bebas” bebas dari beban batin yang mengikat.

Lontara mengajarkan bahwa kebebasan itu sejatinya bersumber dari hati yang jernih. Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak dari kita mungkin merasa terjebak oleh berbagai hal—entah itu masalah pribadi, sosial, atau bahkan pekerjaan.

Tetapi jika kita melihat kembali ke ajaran Lontara, kita diingatkan bahwa kebebasan yang sejati tidak bisa dicapai tanpa kedamaian batin. Hanya ketika kita mampu memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain, kita bisa mencapai kebebasan yang sebenarnya.

Lontara dan Kebebasan di Era Modern

Meskipun Lontara lahir berabad-abad lalu, pesan-pesannya masih sangat relevan dengan kehidupan kita hari ini. Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, kita sering kali merasa terperangkap oleh ekspektasi sosial, informasi yang berlebihan, atau masalah emosional yang menumpuk.

Tapi di sinilah nilai-nilai Lontara menjadi lebih penting. Ia mengajak kita untuk kembali pada esensi hidup yang sederhana—bahwa kebebasan tidak hanya soal keluar dari tekanan eksternal, tetapi juga soal melepaskan segala beban di hati kita.

Bayangkan, dengan memahami pesan Lontara, kita sebenarnya memiliki kunci untuk meraih ketenangan hidup. Lontara mengajarkan kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan membersihkan hati. Apa yang kita bawa dalam hati kita? Apakah itu perasaan iri, marah, atau dendam yang menekan? Jika ya, mungkin itulah yang menghalangi kita meraih kebebasan sejati.

Di masa lalu, masyarakat Bugis hidup dengan filosofi ini. Mereka menjaga keharmonisan, baik dengan alam maupun dengan sesama, karena mereka tahu bahwa hati yang bersih adalah fondasi dari kehidupan yang damai. Kebebasan bukanlah kebebasan untuk melakukan apa saja tanpa batas, tetapi kebebasan untuk hidup tanpa dibelenggu oleh pikiran dan perasaan negatif.

Lontara dan Masa Depan

Saat ini, ketika dunia semakin kompleks, kita mungkin merasa sulit untuk menjalani hidup yang tenang dan bebas dari tekanan. Namun, Lontara mengajarkan kita bahwa kebebasan selalu bisa kita raih jika kita menjaga hati kita tetap bersih. Baik melalui sikap memaafkan, menghormati sesama, atau menghindari konflik yang tidak perlu, kita bisa menciptakan kebebasan batin yang akan memengaruhi seluruh aspek kehidupan kita.

Menjaga hati yang bersih mungkin tampak seperti tantangan, tetapi dengan mengingat ajaran Lontara, kita tahu bahwa itu bukan hal yang mustahil. Setiap langkah kecil menuju kedamaian batin adalah bagian dari perjalanan panjang untuk meraih kebebasan sejati.

Di tengah dunia modern yang penuh dengan distraksi, kebebasan ini bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga sesuatu yang menghubungkan kita dengan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur.

Jadi, mari kita jaga kebebasan hati kita, seperti yang diajarkan dalam Lontara. Mari kita terus belajar dan menerapkan pesan-pesan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita tidak hanya mewarisi tradisi nenek moyang kita, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk diri kita sendiri dan generasi selanjutnya.

Lontara mengingatkan kita bahwa kebebasan sejati adalah kebebasan yang datang dari hati yang bersih—dan itulah kekuatan sejati dari ajaran ini yang tak lekang oleh waktu. (ANS)

Join The Discussion