Sahabat damai dimanapun berada, tahukah kalian betapa pentingnya pesantren dalam mengembangkan kekuatan Islam di era saat ini, sebab keberadaan pesantren memiliki tanggungjawab besar dan strategis dalam mengembangkan pendidikan Islam berwawasan global-multikultural. Hal ini disebabkan karena pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang banyak mencetak agamawan dan intelektual muslim.
Pesantren merupakan tempat diajarkannya pendidikan yang menjunjung tinggi prinsip saling menghargai perbedaan, kerukunan, perdamaian, kesantunan, dan manifestasi akhlak mulia. Sejatinya pesantren senantiasa mengajarkan para santrinya dengan penuh kesabaran, toleran, sederhana, mandiri dan saling menghormati, suri tauladan yang baik, menghormati para ulama dan berusaha taat terhadap ajaran agama dan patuh terhadap undang-undang Negara.
Keberlangsungan hidup dan keberadaan pesantrenpesantren seperti itu patut diduga karena pesantren telah menjalankan dan menyebarkan syariat Islam sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para penyebar Islam di Indonesia dan cara-cara yang dipraktikkan oleh para wali songo. Pada umumnya dalam berdakwah pesantren senantiasa berpegang pada firman Allah dan hadis Nabi yang selalu mengetengahkan cara-cara hikmah sebagai agama rahmatanlilalamin.
Namun disisi lain, ada sebahagian masyarakat yang menganggap pesantren sebagai momok lahirnya pemahaman garis keras dalam merealisasikan ajaran-ajaran agamanya dan bersikap intoleran. Dengan adanya beberapa kejadian-kejadian kekerasan sampai kepada aksi pengeboman dengan mengatas namakan agama.
Dalam konteks aktor radikalisme, wacana yang berkembang dipahami sebagai kelompok orang yang kebanyakan terdidik dari pendidikan pesantren. Akibatnya tumbuh dalam pemahaman publik bahwa pesantren merupakan tempat pendidikan bagi calon teroris. Isu radikalisme yang mengaitkannya dengan pesantren telah membuat opini publik terhadap pesantren menjadi buruk.
Selain itu, adanya Kemajuan informasi komunikasi telah menembus benteng dunia pesantren. Dinamika sosial ekonomi telah mengharuskan pesantren tampil dalam dunia pasar bebas atau free market. Untuk itu, sahabat damai apabila tidak ingin dicap sebagai sarang munculnya kelompok radikal
Maka pesantren harus dapat memberikan respon yang sebaik-baiknya untuk menghadapi berbagai gempuran perkembangan tersebut, bahkan untuk mengeliminir serta membasmi tindakan- tindakan radikal yang dikomandoi oleh kelompok-kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama.
Transformasi yang tidak bertentangan dengan motto pesantren sejak dahulu yaitu memelihara cara lama yang baik dan mengambil dan mengembangkan cara baru yang lebih baik. banyak yang biasa dilakukan oleh pesantren untuk persoalan ini, diantaranya adalah dengan mentransformasi sistem pendidikan pesantren dengan cara merumuskan kembali tujuan, metode, kurikulum secara komprehensif untuk menanggulangi radikalisme agama.
Sahabat damai, arti dari Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin yakni a littleracecaurse (suatu jarak yang ditempuh dalam pertandingan olah raga), yang kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi circleofinstructionya itu suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata “kurikulum” berasal dari Bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga,yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan.
Dalam Bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sikap serta nilai-nilai.
Al-Khauli dalam Muhaimin menjelaskan bahwa al- Manhaj sebagai seperangkat rencana dan mendia untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum dalam bidang pendidikan dalam arti yang sempit dapat dikemukakan menurut Muhammad Ali Khalil adalah “seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan”.
Sedangkan menurut Crowand Crow adalah “rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat untukmenyelesaikan suatu program pendidikan tertentu”.
Selain itu Menurut K.Soegarda Poerbaka Watjadan H. Harahap, kurikulum berarti:
“suatu kelompok mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk dapat lulus mencapai sertifikat dalam salah satu bidang tertentu dan suatu rencana umum mengenai isi atau bahan-bahan pelajaran khusus, yang oleh suatu sekolah atau pendidikan disajikan kepada pelajar untuk tulus dan mendapat sertifikat atau untuk dapat memasuki suatu jabatan atau bidang tertentu”.
Serta suatu kelompok pelajaran dan pengalaman yang diperoleh oleh si pelajar dibawah bimbingan sekolah. Selain itu ada Langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh pembuat kurikulum yakni; mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi dan fungsi setiap jenjang pendidikan.
Filosofi kurikulum yang profresif seperti humanisme dan rekonstruksi social dapat dijadikan landasan pengembangan kurikulum. Menerapkan teori kurikulum tentang konten haruslah berubah dari teori yang mengartikan konten sebagai aspek substantive yang berisikan fakta, teori, generalisasi kepada pengertian yang mencakup pula nilai, moral, prosedur, dan keterampilan yang harus dimiliki siswa.
Selanjutnya, teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi dan politik tidak boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang bersifat individualistic tetapi sebagai makhluk sosial, budaya, politik dan hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa dan dunia.
mewujudkan Proses belajar yang dikembangkan untuk siswa haruslah pula berdasarkan proses yang memiliki tingkat isomorphism yang tinggi dengan kenyataan sosial. Artinya, proses belajar tidak hanya mengandalkan siswa belajar individualistis, tetapi juga dikembangkan dengan cara belajar berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam situasi positif.
Sahabat damai, kita senantiasa berharap dengan langkah tersebut maka perbedaan antar individu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan siswa agar terbiasa hidup dengan berbagai keragaman budaya, sosial, intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi politik.
Penting melakukan evaluasi yang meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Alat evaluasi yang digunakan haruslah beragam sesuai dengan sifat tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan. Penggunaan alternative assessment (portofolio,catatan, observasi,wawancara) dapat digunakan.
Sikap menghormati orang lain dapat ditumbuh kembangkan dalam diri siswa melalui dimensi-dimensi pendidikan agama dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut: 1. Pendidikan agama seperti fikih,tafsir tidak harus bersifat linier,namun menggunakan pendekatan muqaran (perbandingan). Tentunya, bukan sekadar mengetahui yang berbeda, namun juga diberikan pengetahuan tentang mengapa bisa berbeda.
Untuk mengembangkan kecerdasan sosial, siswa (untuk jenjang tertentu) juga harus diberikan pendidikan lintas agama. Contoh, dialog tentang puasa yang bisa menghadirkan para bikshu atau agamawan dari agama lain sehingga peserta didik diharapkan mempunyai pemahaman tambahan khususnya dalam menilai keyakinan saudarasaudara kita yang berbeda agama.
Sahabat damai, memahami realitas perbedaan dalam beragama, lembaga-lembaga pendidikan Islam bukan hanya sekadar menyelenggarakan dialog antar agama, namun juga menyelenggarakan program road show lintas agama, untuk menanamkan kepedulian dan solidaritas terhadap komunitas agama lain.
Sejatinya menanamkan kesadaran spiritual, pendidikan Islam perlu menyelenggarakan program spiritual workcamp, hal ini bisa dilakukan dengan cara mengirim siswa dalam ikut bermajemuk di keluarga orang lain selama beberapa hari. Siswa harus melebur dalam keluarga tersebut.
Jika keluarga tersebut petani, maka ia harus pula membantu keluarga tersebut bertani dan sebagainya, dengan harapan siswa akan mempunyai kesadaran dan kepekaan untuk menghargai dan menghormati orang lain. Untuk menumbuhkan kepekaan social maka menyelenggarakan program sahur ont he road, misalnya pada bulan Ramadhan. Dirancang sahur bersama antara siswa dengan anak-anak jalanan.
Sehingga pelajaran tidak serta merta dalam ruang lingkup pesantren saja melainkan disetiap tempat dan ruang menjadi tempat belajar dan beradaptasi mengikuti perkembangan global dan menciptakan jiwa pemaklumian atas banyaknya perbedaan yang ada. Artinya semakin sering menemukan sebuah perbedaan maka semakin mudah memahami atas segala sesuatu yang ada.
Ryn Manist
Sumber : Berbagai Referensi