free page hit counter
Opini

Media Sosial sebagai Platform Pengembangan Sikap Toleransi

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali ragam budaya, bahasa dan suku bangsa. Hal ini mengindikasikan sifat heterogen yang memang ada pada masayarakat. Oleh karena itu, toleransi antar kelompok masyarakat menjadi sesuatu hal yang perlu diupayakan guna menjaga kesatuan dan persatuan di setiap lini masyarakat.

Memasuki era globalisasi, lini baru kehidupan masyarakat Indonesia. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi dengan berbagai macam paltform seperti sosial media harus bisa menjadi fasilitator baru bagi kebudayaan yang semakin modern.

Teknologi menjadi akses bagi seluruh masyarakat baik domestik maupun internasional untuk berpartisipasi dalam hal demokrasi dan kebebasan berpendapat. Namun hal ini juga menimbulkan suatu permasalahan genting, perselisihan bahkan konflik akibat pendapat yang terperbaharui pada beranda media sosial seringkali terjadi.

Meskipun banyak sekali dampak negatif dari penggunaan media sosial, tak bisa dipungkiri jika media ini memiliki sejuta manfaat ketika digunakan dengan benar. Sebelumnya, melalui kebijakan yang diberikan oleh pemerintah atas kebebasan mendapatkan akses luas terhadap informasi, tentu saja telah memberikan manfaat tak terbatas bagi pengguna internet.

Tujuan dari hadirnya teknologi ialah memajukan suatu bangsa dan peradaban menuju ke masa yang lebih modern. Oleh karena itu, pengelolaan media sosial sebagai sarana mempererat solidaritas harus bisa menjadikannya media toleransi dalam memajukan bangsa dan negara bersama.

Sebuah penelitian dari Center for Indigeneous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), memeroleh data bahwa konten yang ada di media sosial memengaruhi keharmonisan antarkelompok di dunia maya, termasuk keharmonisan dan solidaritas bersama.

Pada penelitian tersebut juga mencatat, bahwa desain pada media sosial membentuk suatu algoritma pola interaksi konten berbasis rekomendari dari akses pengguna internet terhadap konten tertentu atau yang paling sering ia cari di mesin pencarian. Melalui interaksi yang rutin ini, memungkinkan suatu kelompok untuk menguatkan pendapat yang dianutnya dan ini berkaitan dengan solidaritas serta toleransi dalam komunitas.

Satu fakta lagi yang perlu kita ketahui atau bahkan ingat kembali, kemampuan literasi digital yang rendah seringkali meningkatkan kemungkinan terpaparnya seorang individu terhadap ujaran kebencian dan berita bohong. Hal ini yang dapat melahirkan prasangka dan sikap intoleransi antar kelompok atau menimbulkan konflik internal bahkan eksternal.

Guna memfungsikan media sosial menjadi satu sarana yang dapat menciptakan sikap toleransi di dunia maya, terdapat beberapa hal yang perlu diterapkan dan dijaga konsistensi pelaksanaannya, yaitu :

  1. Pemerintah perlu menggunakan media sosial sebagai sarana peningkatan keharmonisan antar kelompok dengan membuat dan mengaktifkan akun-akun toleransi. Artinya pemerintah mengikuti tren sekarang sebagai pengguna media sosial dengan menebarkan informasi-informasi positif dan anti intoleransi.
  2. Diperlukan banyak advokasi guna meningkatkan harmonisasi antar kelompok dalam menggunakan teknologi agar tidak terjadi penyimpangan yang justru turun temurun hingga terbawa dan menjadi hal yang umum bagi generasi milenian dan dibawahnya.
  3. Menggunakan media sosial atau daring lainnya sebagai sarana berkegiatan bersama untuk menciptakan interaksi yang baik dan memupuk solidaritas.
  4. Melakukan upaya kerjasama dengan platform media sosial untuk dapat merekomendasikan akin-akun toleransi kepada pengguna media sosial. Selain itu, melalui kekuasaan pemerintah juga dapat dilakukakan pemutusan akses pada akun-akun intoleransi di media sosial atau situs serupa di mesin pencarian internet.

A Sofyan NA

Referensi : Berbagai Sumber

Join The Discussion