free page hit counter
Opini

Mengenal Suku Kajang, dari Filosofi Warna Hingga Ritual Unik

Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi yang memiliki ragam suku, diantaranya yaitu suku Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Namun, tidak sedikit pula orang yang tau keberadaan salah satu suku yang sudah dikenal hingga ke mancanegara ini, masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan suku Kajang.

Dari arah timur kota Makassar dengan jarak 200km perjalanan darat, suku ini terletak di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Masyarakat dunia juga mengenal suku ini dengan kecintaannya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Hal ini didasari oleh prinsip masyarakat suku Kajang yang menganggap hutan layaknya ibu sendiri dan menjadikan mereka sangat menghormati serta melindungi hutan.

Kawasan Adat dan Ciri Khas Suku Kajang

Pertama-tama perlu diketahui bahwa suku kajang terbagi atas dua wilayah yaitu Kajang Dalam (Suku Kajang, atau biasa disebut sebagai “Tau Kajang” dan Kajang Luar, masyarakat yang berdiam diri disekitar suku Kajang yang cenderung lebih modern atau disebut sebagai “Tau Lembang”.

Daerah Kajang Luar merupakan daerah yang sudah mengalami modernisasi dan dimasuki teknologi seperti listrik. Berbeda dengan masyarakat Kajang Dalam yang tidak mengikuti modernisasi dan hal tersebut membuat kawasan adat mereka tidak dialiri listrik. Hal yang lumrah saat memasuki kawasan ini dan Anda tidak melihat seseorang pun memegang handphone.

Selain itu, jika ingin masuk ke kawasan suku Kajang pengunjung diminta untuk menggunakan pakaian berwarna hitam dan tidak menggunakan alas kaki. Warna hitam sudah menjadi ciri khas masyarakat suku Kajang, bahkan pakaian serba hitam sudah identik dan tidak asing lagi oleh masyarakat luas ketika mendengar suku Kajang.

Menurut masyarakat suku Kajang, warna hitam mempunyai makna persatuan, kesederhanaan dan persamaan. Semua hitam mengartikan sebuah kesamaan, kesetaraan derajat bagi setiap manusia bagi sang pencipta, kesamaan dalam bentuk wujud lahir, keadaan lingkngan serta yang paling utama kelestarian hutan yang harus dijaga sebagai sumber kehidupan.

Kearifan Budaya Suku Kajang

Selain cara berpakaian dan pembagian wilayah geografisnya, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kajang memegang ajaran “pasang ri Kajang”  (ajaran dalam memelihara hutan) dan bahasa yang digunakan merupakan Bahasa Konjo yang hampir mirip dengan bahasa Makassar walapun sedikit dalam pengucapan atau aksennya.  Masyarakat disana juga memiliki pepatah yang dipegang teguh hingga saat ini yaitu ”Kamase-mase” atau kesederhanaan/apa adanya.

Di dalam suku Kajang juga ada yang disebut sebagai Kepala suku atau Ammatoa. Pemilihan ammatoa tidak dapat dipilih secara langsung lalu menduduki jabatan sebagai kepala suku dan harus melewati proses yang panjang. Masyarakat Kajang mempercayai bahwa seorang ammatoa ditunjuk melalui “seleksi gaib” dengan cara yang sakral. Seorang ammatoa dipilih dengan adanya tanda-tanda khusus dan hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

Ritual Unik Suku Kajang

Dari sekian banyak keanekaragaman suku Kajang, suku ini juga memiliki banyak ritual unik dan berbahaya, salah satunya yaitu ”attunu panroli” yang dilakukan ketika ada masalah seperti pada kasus pencurian didalam masyarakat adat. Ritual ini dilakukan dengan memegang linggis yang telah dibakar sebagai wadah untuk mengetes kejujuran masyarakat.

Ammatoa sebagai pemimpin ritual tersebut memberitahukan kepada masyarakat yang hadir jika linggis tersebut  tidak akan terasa panas ketika dipegang bagi orang-orang yang bersikap jujur. Sebaliknya, jika ia tidak jujur maka linggis panas yang membara tersebut akan melalap tangan si pelaku. Jika sang pelaku lari dari ritual tersebut maka sesepuh adat akan berkumpul dan mengucapkan mantra yang akan ditujukan kepada pelaku yang kabur dan akhirnya terkena penyakit hingga berakhir kematian.

Ritual lainnya yaitu “Doti” yang hampir mirip dengan sante digunakan untuk melukai atau membunuh orang. *abd

Sumber Referensi :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/08/02/mengenal-suku-kajang-suku-yang-populer-hingga-mancanegara

Join The Discussion