Aksara adalah simbol kejayaan suku atau bahasa pada sebuah peradaban di masa lampau. Maka tidaklah heran, jika tak semua suku atau bahasa memiliki aksara-nya sendiri. seperti di Indonesia, kita menemukan ribuan Bahasa yang memiliki Aksara-nya masing-masing. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa, peradaban Bangsa Indonesia di masa lampau sunguuh jaya. maka sebagai generasi muda kita memiliki kewajiban untuk Memelihara keberadaan aksara-akasara darah di Indonesia.
Lalu apa sebenarnya yang di maksud dengan Aksara itu sendiri?
menurut KBBI, Aksara adalah sebagai berikut :
- Sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit
banyaknya mewakili ujaran. - Jenis sistem tanda grafis tertentu, misalnya aksara pallawa, aksara inka
- Huruf
Sulawasi Selatan adalah provinsi yang memiliki aksara. Aksara Sulawesi Selatan, atau dikenal sebagai aksara lontarak. Aksara lontarak merupakan satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Sulawesi. Aksara Lontarak,
ditemukan pada Tahun 1538 oleh Daeng Pamatte yang terdiri atas 18 huruf. Aksara lontarak ditemuikan pada saat Daeng Matanre atau Karaeng Manngutungi berkuasa sebagai raja.Sang Raja menginginkan ada aksara khusus yang dapat digunakan sebagai media komunikasi pada persuratan dan administrasi. Pada saat Daeng mendapatkan tugas dari Raja. Daeng Pamatte pergi ke sawah,dan melihat ke langit. Dia terinspirasi dari bentuk burung saat menulis Aksara Lontarak.Oleh Karen itu, terdapat pula istilah Lontarak jangang-jangang.
Pada zaman dahulu kala belum ditemukan Kertas, sehingga daun menjadi media dalam menulis. Daun talak atau lontarak (Daun Lontarak) dipilih karena memiliki daya ketahanan yang tebal dan kuat. Sehingga, aman digunakan dan tidak mudah rusak. Selain itu, daun talak juga banyak dan tumbuh dengan subur di Sulawesi Selatan. Karena pertimbangan tersebut, maka dalam urusan perniagaan dan administrasi para Raja menggunakan daun ‘lontar’. Sehingga Tulisan-Tulisan yang ada pada daun Lontar disebut, Aksara Lontarak Pada saat agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan membawa banyak perubahan pada tatanan budaya masyarakat. Hampir semua aspek memiliki dampak, dan salah satunya juga pada Aksara lontarak. Agama Islam membuat Aksara Lontarak bertambah 1, menjadi 19 Huruf. Aksara Lontarak berbentuk Sulapa Appa, yang merupakan filosofi masyarakat Makassar yang mengandung empat unsur kehidupan pada keempat sisinya. Apakah kamu tahu apa Empat sisi itu?
Apa itu? Apakah Kamu pernah mendengar Avatar The Legend of Aang? Apa yang
bisa Aang Kendalikan?
Air : Je’ne’
Api : Pepe’
Tanah : Butta
Udara : Anging
Menulis aksara lontarak
Apakah Kamu tahu Jika menulis aksara Lontarak tidak sekedar menarik ujung pena? Menulis Aksara Lontarak memiliki aturan yang berbeda dan tidak sama dengan menulis huruf latin. Tarikan pena tak sekedar ditarik dari ujung, atas kebawah, kiri ke kanan, melainkan memiliki aturan tersendiri. Aturan menulisnyapun memiliki makna
filosofi yang begitu dalam bagi masyarakat Makassar.
Ditulis dari bawah ke atas. Penulisan dari bawah ke atas ini bermakna, jika hidup adalah perjuangan. Hidup membutuhkan usaha, pengorbanan dan doa. Hidup itu bermula dari bawah lalu ke atas. Tak ada manusia yang lahir dan langsung menjadi orang dewasa yang bekerja di sebuah perusahaan dengan previllagebyang sangat nyaman. Semua membutuhkan usaha dan step yang akan senantiasa naik turun. Ditulis tebal tipis. Penulisan Tebal tipis ini bermakna, perjuangan hidup manusia itu silih berganti. Kadang sedih, menangis, kecewa, dan gagal. Kadang pula kita
gembura, tertawa bahagia, puas dan sukses. Pada Aksara Lontarak Kita Belajar bahwa untuk hidup, manusia membutuhkan perjuangan. Manusia harus berdoa dan berusaha dalam meraih impiannya. Dalam berjuang itu, terkadang kita sedih dan kecewa. Tetapi, kita harus tetap semangat!!!
Mari Kita memaknai hidup ini seperti menulis aksara lontarak yang sarat akan pesan perdamaian.
Nah, bagaimana Sobat Damai? Kini kamu tahu kan tentang Aksara Lontarak? Sebagai generasi muda kita harus melestarikan budaya lokal kita. Apalagi aksara lontarak yang memberikan kita banyak filosofi hidup. Sebagai penutup, sobat Damai harus tahu jika melestarikan aksara lontarak itu telah diamanatkan oleh UUD ’45.
Berikut bunyi pasal 32 ayat 2 “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. (ilml)