free page hit counter
Opini

Puasa: Dipersenjatai dengan Keimanan, Dibentengi oleh Ketaqwaan

Sudah kesekian kalinya kita berjumpa dan berpuasa di bulan suci Ramadhan. Secara harafiah, seseorang yang usianya lebih tua, tentu saja telah berpuasa dan bertemu dengan bulan suci Ramadhan lebih banyak dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Oleh karena itu, dapat dikatakan persentasi jumlah manusia yang beriman dan bertaqwa di dominasi oleh orang yang lebih tua.

Namun dalam kenyataannya, banyaknya jumlah puasa dan perjumpaan seseorang dengan bulan suci Ramadhan baik itu orang yang lebih tua maupun orang muda, tidak menjadikan bahwa orang tua lebih beriman dan bertaqwa. Semua bergantung lagi pada individu masing-masing, bagaimana ia memanfaatkan waktunya selama berada di bulan suci Ramadhan di sepanjang hidupnya.

Puasa sebagai Benteng dan Senjata

Puasa Ramadhan diibaratkan sebagai benteng super canggih yang dilengkapi dengan berbagai senjata dan dikendalikan oleh teknologi-teknologi canggih yang pernah ada. Seorang muslim yang taat berpuasa di bulan Ramadhan akan dengan mudah mengalahkan semua musuh-musuhnya, menahan segala godaan dan menjaga diri dari setiap pengganggu yang berusaha merusak dinding keimanan seorang muslim. Dengan mudahnya juga seseorang yang baik imannya saat berpuasa, akan dapat menghancurkan setan-setan yang dilaknat.

Seseorang dengan tingkat ketaatan yang tinggi pada bulan suci Ramadhan dan setiap amalan-amalan yang wajib maupun sunnah dilaksanakannya selama Ramadhan, akan mampu meningkatkan ketaqwaan pribadi sendiri. Hal ini berarti, puasa yang sudah dianggap sebagai benteng dan senjata tentu saja akan menjamin seseorang untuk mencapai tingkat ketaqwaan yang lebih baik.

Namun, hal demikian pun tidaklah cukup. Meski seseorang memiliki kesempatan untuk memiliki benteng dan senjata super canggih tersebut, tetap saja ia harus memenuhi syarat kualifikasi untuk dapat menggunakannya. Dan inilah yang menjadi bagian paling penting untuk dapat menguasai manfaat berpuasa bagi diri sendiri dan orang lain.

Operasi Benteng dan Senjata selama Puasa

Pada bagian ini, kita akan membahas salah satu syarat khusus kualifikasi yang dapat menjamin keamanan dan ketahanan suatu benteng. Dalam konteks mempertahankan diri dan orang lain dari kesalahan informasi yang tentu saja dapat menyebabkan bentrok antar benteng yang ada, menjaga lisan dan perkataan merupakan kunci utama menjaga ketahanan diri serta penduduk benteng lain.

Tujuan dari berpuasa adalah untuk mencapai tingkat ketaqwaan terbaik seorang manusia, suatu keadaan yang nantinya akan membantu kita menjaga diri dari berbuat keburukan, termasuk keburukan dari lisan dan perkataan.

Di era modern sekarang ini, salah satu hal yang sulit untuk ditinggalkan oleh masyarakat adalah penggunaan media sosial. Lisan dan perkataan dapat diekstraksi dan dijadikan bahan utama media sosial, tentu saja dengan bentuk yang berbeda yaitu tulisan, gambar, video dan juga rekaman suara. Beberapa bentuk konten itu merupakan bagian dari lisan dan perkataan seseorang yang terenkripsi baik dan dimasukkan ke dalam teknologi canggih bernama media sosial.

Sederhananya berpuasa dapat dimaknai dengan arti kata “menahan”. Menahan lapar dan dahaga, menahan emosi serta perasaan-perasaan yang buruk dalam diri. Jika dikaitkan antara media sosial dan berpuasa, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berpuasa seharusnya mampu menahan atau menjaga diri dari menyebar media apapun yang berbau hal negatif di media sosial.

Pada tulisan ini, berpuasa diumpamakan sebagai benteng dan juga senjata canggih. Selain berperan sebagai benteng yang fungsi utamanya untuk menahan dan menjaga, puasa juga dapat berperan sebagai penyerang. Perlu diingat kembali, kedudukan suatu konten yang ada di media sosial sama halnya dengan sebuah ucapan yang keluar dari lisan kita. Sebuah perkataan yang tertulis dan tersebar di media sosial dapat menjadi senjata tajam, menyerang siapapun bahkan diri sendiri. Disinilah fungsi berpuasa sebagai senjata, menjadi penyerang langsung yang melawan konten-konten negatif di media sosial. Atau dapat dikatakan juga sebagai pereduksi konten-konten negatif di media sosial.

Sejatinya puasa mengajarkan umat muslim untuk berjuang di jalan kebajikan, melawan nafsu dan emosi diri yang terlampau batas hingga menyentuh dasar-dasar keburukan. Tidak sedikit, orang berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan amalannya kepada Tuhan selama bulan ramadhan ini. Shalat, berpuasa, sedekah dan menekan egoisme diri merupakan amalan sederhana yang setiap individu ingin selalu melaksanakannya.

Momentum bulan Ramadhan ini merupakan saat yang tepat bagi seluruh umat muslim untuk mendirikan benteng yang kokoh dan melengkapi diri dengan senjata canggih. Selain membantu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, jika kita pandai dalam menjaga lisan, dalam hal ini berbentuk kontek media sosial, maka berlimpah ruah lah pahala dari puasa kita. (asn)

Join The Discussion