free page hit counter
Opini

Berpuasa (Shyiam) Melahirkan Kebaikan

Siapa saja yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sungguh akan kami beri kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

(QS An-Nahl 16:97)

Jelang Ramadhan 1442 Hijriyah yang jatuh di tahun 2021 beberapa pekan lalu, isu radikalisme menjadi trending topic yang tak lantas berhenti begitu saja. Berbagai simpang siur pemberitaan yang menyebabkan kebingungan tersendiri sesama manusia. Propaganda pun merebak menjamur dimana-mana. Tidak dipungkiri anak muda adalah senteran target utama yang menjadi incaran. Isu ini terus-menerus dikeluarkan dengan harapan menggemparkan masyarakat tidak lain untuk menyudutkan Islam dan kaum muslim. Penyebaran propaganda dengan cara hoax, adu domba dan provokasi seakan terang menebarkan tunduhan bila akidah islam adalah pemicu maraknya tindakan radikalisme dan kerap menjadi korban tunduhan yang terkejam.

Akidah (iman, kepercayaan) islam merupakan pondasi kehidupan kaum muslim. Ia menentukan kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT dan sebab amalnya diterima. Seseorang yang telah memeluk akidah Islam wajib terikat dengan segenap hukum-hukum Islam, baik dalam perkara penghambaan (ibadah), makanan-minuman, pakaian, muamalah, politik dan pemerintahan, dsb.

Akidah Islam jelas mengharuskan kaum muslim untuk menolak dengan lantang keyakinan yang bertentangan dengannya, salah satunya menghalalkan bahkan melegalkan adanya tindakan kekerasan dan terror pada umat lain. Sehingga perlu adanya benteng perlawanan yang menahan (puasa) untuk tidak asal berbuat.

Puasa (Syiam) merupakan salah satu ibadah. Bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga mengajarkan untuk menahan dari segala tindakan-tindakan yang dapat merusak diri dan dan juga orang lain. Misalnya saja menahan diri untuk tidak ikut serta melegalkan berbagai isu hoax, berita yang menghasut, bahkan mengadu domba dan memprovokasi, hingga menjadi bagian pelaku penyebaran tersebut. Puasa adalah perisai yang menjaga secara utuh.

Imam Nawawi dalam buku Riyadh al-shalihin hadist dari Abu Sa’id al Khudri mengatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah menjauhkannya dari sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (Muttafaqqun ‘Alaih).

Puasa melahirkan kebaikan-kebaikan yang akan membentuk ketaatan pada Allah SWT. Melindungi diri secara totalitas dari perbuatan zalim, tindakan manusia yang dapat menjadi boomerang baik skala kecil maupun dalam ruang lingkup yang besar (membahayakan) karena takut akan azab neraka. Sehingga jelas dengan berpuasa berharap kembali melahirkan ahlak yang mulia juga pelindung di dunia dan akhirat. (RYN)

Join The Discussion