free page hit counter
Opini

Bersatu-padu, Menyempurnakan Khidmatnya Puasa Ramadhan

Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”

(Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Petuah yang disampaikan Jabir bin ‘Abdillah di atas merupakan salah satu anjuran bagi umat Islam yang berpuasa. Kita semua tahu bahwa berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu dan amarah. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa serendah-rendahnya tingkatan berpuasa adalah hanya menahan lapar dan dahaga. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu juga mengontrol diri dari berbagai godaan.

Atha’ bin Saib (w: 136H) berkata: “Kawan-kawan kami (para tabi’ie muda) mengatakan: “Puasa paling rendah adalah meninggalkan makan dan minum.” (Lihat kitab Al Mathalib Al ‘Aliyah karya Ibnu Hajar, 6/54.)

Puasa merupakan manifestasi ketenangan, kedamaian, dan keamanan. Dengan berpuasa, kita menjaga diri untuk tidak terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang mengurangi nilai puasa. Sebagai orang yang beriman dan memahami makna puasa dan hakikatnya tentu kita akan tahu dan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan nilai-nilai puasa kita. Orang-orang beriman diwajibkan berpuasa, inilah bentuk nyata bahwa orang beriman diminta untuk berpuasa, puasa yang sebenar-benarnya. Seorang yang berpuasa sepatutnya mampu mengontrol diri dari perkara-perkara yang tidak baik. Jika kita telaah secara lebih mendalam sesungguhnya puasa selain menahan diri menahan amarah hawa nafsu juga sebagai bentuk penjagaan bagi diri kita sendiri.

Hal ini juga berlaku bagi yang berpuasa di Bulan Ramadhan ini. Kontrol diri tentunya juga perlu kita terapkan di bulan suci Ramadan ini. Kita tahu bersama bahwa bulan suci Ramadan merupakan bulan dimana seluruh umat muslim di dunia diwajibkan untuk berpuasa. Saat semua muslim, tetangga, saudara, teman-teman kita berpuasa, kita semua sama-sama menahan amarah, hawa nafsu, lapar dan dahaga. Saat itu pula ketenangan akan tercipta. Semuanya melaksanakan ibadah puasa dengar sebenar-benarnya, lalu melakukan kontrol diri. Sehingga seharusnya tidak ada perpecahan, konflik, pertikaian, atas dasar apapun itu.

Salah satu keistimewaan bulan suci Ramadan adalah saat semua umat muslim berpuasa dan menjalankan ibadah dengan khidmat dari pagi sampai pagi lagi, terus menerus. Ibadah yang dijalankan dengan khidmat akan menimbulkan ketenangan dan kedamaian di dalam diri kita sendiri maupun di lingkungan kita. Jika semua orang bersatu padu melaksanakan hal yang sama maka tentunya akan tercipta keamanan, tidak  ada kekhawatiran bahkan ketakutan.

Bersatu padu dalam menciptakan suasana Ramadhan yang khidmat, merupakan tanggung jawab kita sebagai pemeluk agama Islam sekaligus sebagai warga dari negara yang sarat akan perbedaan ini. Tidak hanya bagi umat muslim, semua pemeluk agama memiliki tanggung jawab yang sama. Negara menjamin keamanan bagi umat beragama sementara kita sebagai warga negara juga diwajibkan meciptakan kenyamanan bagi satu sama lainnya dalam beribadah.  Semua agama mengajarkan hal yang sama, tidak terkecuali Islam.

“Bukanlah puasa itu (menahan diri) dari makan dan minum saja, melainkan juga menahan diri dari perbuatan jahat dan keji. Bila ada orang mencaci maki atau hendak berlaku jahat kepadamu, maka katakanlah kepadanya: ”Sesungguhna aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa. .”

(H.R. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim)

Hal ini tentunya memperlihatkan kepada kita bahwa orang-orang yang berpuasa itu juga memiliki keistimewaan. Sebagai mana saat melaksanakan ibadah lainnya, maka orang lain tidak boleh mengusik seorang yang tengah beribadah. Kita patut menghormati pemeluk agama yang sedang beribadah. Sebagai sesama umat muslim, kita patut menghormati dan menjaga saudara kita yang berpuasa. Semakin sempurnalah penjagaan kita satu sama lain, jika beberapa dari kita berpuasa. Hal yang sama berlaku bagi pemeluk agama lainnya, walau tidak berpuasa, namun kita sepatutnya menghormati saudara kita yang berpuasa.

Dari sinilah dikatakan bahwa berpuasa itu adalah manifestasi ketenangan, kedamaian dan keamanan. Segala hal yang kita lakukan karena Allah, kita kembalikan pula kepadaNYA. Segala upaya yang kita lakukan dalam beribadah kepadanya sesungguhnya harus kita maksimalkan, dengan cara menghindarkan diri dari hal-hal yang kurang tepat. Berkaitan dengan nilai ibadah, kita kembalikan kepada Sang Maha Penentu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Join The Discussion