free page hit counter
Opini

Hablum Minannas, Sisi Lain Berpuasa di Tengah Pandemi

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

(Q.S. Al-Baqarah : 183)

Berpuasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT. Berpuasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menahan diri dan hawa nafsu dari godaan syaitan dalam bentuk apapun. Setiap tahunnya ibadah puasa wajib dilaksanakan selama bulan Ramadhan hal ini didasarkan pada kalender Hijriah. Karena pelaksanaanya hanya pada 1 bulan tertentu, bulan Ramadhan menjadi istimewa dan selalu dinantikan oleh setiap muslim. Bulan Ramadhan selalu hadir bersama kebahagiaan, disambut dengan penuh suka cita, dan berakhir dengan penuh haru biru. Sebulan penuh seluruh umat Islam di dunia berpuasa dan berlomba-lomba memaksimalkan ibadahnya, mengharap ridho dan pengampunan dari Sang Pencipta.

Sebulan bukan waktu yang singkat, tapi siapa sangka khusyuk beribadah selama sebulan itu bisa mendatangkan banyak perubahan baik dalam diri seorang hamba. Sesungguhnya perubahan baik seperti itulah yang selalu diharapkan dari para muslim yang telah berpuasa selama Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan memuat 3 hal utama :

  1. Hablum minallah yakni hubungan dengan Allah SWT. Perintah menjalankan puasa serta menahan hawa nafsu merupakan hal wajib bagi setiap muslim, hal ini juga disertai dengan upaya memaksimalkan ibadah kepada Allah SWT. Saat berpuasa Allah melipatgandakan amal ibadah hambaNya. Berpuasa selama sebulan penuh merupakan momentum mendekatkan diri kepadaNya. Momentum memohon maaf atas dosa dan khilaf selama 11 bulan sebelumnya.
  2. Hablum minannas yakni hubungan antar sesama manusia. Momentum berpuasa mengajarkan kebaikan kepada setiap umat muslim. Berlomba-lomba dalam kebaikan serta memperbaiki silaturrahmi dan hubungan antar sesama merupakan salah satu amalan selama Ramadhan yang paling sering dilakukan. Menahan lapar dan dahaga saat berpuasa juga sebagai sebuah alarm bahwa di luar sana masih banyak saudara lainnya yang tidak bisa menikmati makanan hingga kenyang setiap harinya. Oleh karena itu, berbagi atau bersedekah
    merupakan salah satu bentuk kepedulian dan empati sesama makhluk ciptaanNya. Dengan kata lain, berpuasa selain memanen pahala kebaikan juga menciptakan jalinan yang erat antar sesama manusia.
  3. Refleksi diri. Berpuasa selayaknya menjadi ruang bagi pribadi seseorang untuk merenung dan merefleksikan diri. Hikmah puasa tidak hanya sebatas menyadari salah khilaf dan memohon pengampunan. Lebih dari itu seharusnya menyadarkan kita untuk memperbaiki diri, menjadi semakin baik lagi di 11 bulan akan datang.

Setiap tahunnya setidaknya terjadi pencapaian berupa peningkatan pada kualitas keimanan dan kualitas diri seorang yang berpuasa Ramadhan. Hal ini merupakan harapan setiap muslim tentunya. Jangan sampai semua upaya kita menahan lapar dahaga hingga hawa nafsu menjadi sia-sia jika terlaksana begitu saja tanpa disertai upaya perbaikan diri.

Berpuasa di tengah pandemi Covid-19 seperti hari ini bukanlah hal mudah untuk dilalui. Kondisi serba terbatas ini mengharuskan kita tetap memaknai puasa dengan sebagaimana mestinya. Ruang gerak kita terbatas, tapi keterbatasan ini tak seharusnya melunturkan semangat menjalankan puasa Ramadhan kita. Seperti tahun-tahun sebelumnya, hablum minallah, hablum minannas, serta refleksi diri masih bisa terlaksana dengan baik di kondisi ini.

Ruang gerak yang terbatas tak seharusnya turut mengurung rasa kemanusiaan dan empati kita. Saat ini kepekaan kita akan kondisi sekitar kembali diuji. Di luar sana tidak banyak saudara kita yang mampu bertahan dengan baik. Hal ini tentunya menjadi masalah kita bersama sesama manusia yang hidup di tengah lingkungan sosial yang kompleks. Memperbanyak amalan kebaikan dengan berbagi, selain meningkatkan jiwa sosial kita juga merupakan salah satu upaya memaksimalkan hablum minannas.

Di tengah pandemi ini, kita semua tak harus turun langsung ke jalan untuk berbagi takjil, sembako dsb seperti tahun sebelumnya. Walau pembatasan sosial berskala besar masih diberlakukan, akan tetapi beberapa pihak masih bisa menyaluran bantuan kemanusiaan dengan berbagai cara. Di berbagai lembaga, komunitas, hingga gerakan kelompok masyarakat masih bisa menyalurkan bantuan lansung ke mereka yang membutuhkan. Kita juga bisa meniru program “Gerakan Tengok Tetangga” yang digalakkan oleh seorang anak muda Kabupaten Sinjai guna meningkatkan empati masyarakat sekitarnya. Program ini sederhana, seperti namanya kita bisa mulai peduli pada orang terdekat dari kita yakni tetangga. Selain sebagai bentuk penyaluran bantuan barang, uang atau makanan yang disisihkan, lewat gerakan ini juga terjalin silaturrahhmi yang baik. Dikutip dari akun instagram gerakan_tengoktetangga, mereka yang bergerak juga diminta untuk menanyakan kabar dan kondisi tetangga yang bersangkutan tersebut. Dengan kata lain, berbagi dan bersilaturrahmi bisa berjalan beriringan. Hal ini tentu menjadi contoh baik bagi kita, tak perlu keluar rumah terlalu jauh, tetangga cukup dekat untuk kita jangkau.

Lalu apa lagi yang membatasi rasa kemanusiaan kita? Ruang gerak yang terbatas nyatanya masih bisa kita akali dengan bijak. Kita masih bisa memberi banyak bantuan kepada sesama. Bentuk bantuan ini beragam, tak perlu mewah yang terpenting yakni pada bentuk empati kita, dan niat untuk saling berbagi serta merangkul agar semuanya terlalui dengan baik bersama. Puasa tahun ini bisa dilalui dengan meningkatkan hablum minannas yang lebih dari biasanya. In Shaa Allah (NMH)

Join The Discussion