Perlu sebuah kesadaran yang utuh dalam memaknai sebuah keberagaman di negeri yang kita hidupi sekarang ini. Hal ini juga haruslah pertama-tama dipandang sebagai anugerah sekaligus tantangan untuk tetap menghidupi keberagaman itu dengan seluruh kemanusiaan kita. Namun, di dalam keberagaman ini, seringkali kita menghadapi berbagai persoalan hidup bersama. Aksi kekerasan terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Diskriminasi sosial, politik, ekonomi, budaya dan religi adalah lagu lama di negeri ini yang terus berdendang menyesakkan dada.
Semakin sulit rasanya menghidupi kebersamaan dalam keanekaragaman. Solidaritas yang mestinya bisa dikembangkan untuk hidup bersama dalam keanekaragaman, kini pun cenderung menjadi solidaritas yang terkotak-kotak. Karena itu, kita perlu memaknai terus menerus hidup bersama yang dibangun atas dasar penghargaan terhadap setiap manusia dan solidaritas yang kuat.
Perlu ada sebuah redefinisi dari kata solidaritas, karena ada banyak kelompok-kelompok yang selalu menyetir makna solidaritas yang sesungguhnya ke arah yang menyesatkan. Seperti dalam melakukan aksi kekeran dan aksi terorisme yang ada di Indonesia, bahkan di panggung Internasional. Solidaritas pada dasarnya haruslah bernafaskan atas nilai-nilai kemanusiaan dengan suatu ekspresi kepedulian untuk semua tindakan ketidakadilan dan penindasan serta nilai-nilai keadaban dan kesantunan.
Salah satu ancaman besar bagi perdamaian adalah eskploitasi negara-negara kuat terhadap negara-negara yang sedang berkembang. Ancaman berikutnya berupa kekerasan, dengan berkembangnya kelompok-kelompok ekstremis yang menggunakan kekerasan serta senjata untuk menghancurkan kelompok lain. Kekerasan menjadi cara untuk memecahkan masalah hidup dan tidak percaya pada jalan perundingan yang didasarkan pada hukum, keadilan dan kesetaraan. Kekerasan apapun alasannya sangat bertentangan dengan penghargaan terhadap martabat pribadi manusia.
Dunia kita saat ini memang dihadapkan pada berbagai tantangan yang cukup memprihatinkan termasuk keberlanjutan konflik bersenjata yang seakan tiada hentinya dan kesengsaraan dari peningkatan pesat jumlah pengungsi. Selain itu, Persoalan tentang pelanggaran hak-hak asasi manusia yang disertai kekerasan, fenomena maraknya gerakan radikal yang mengatasnamakan gerakan solidaritas keagamaan, korupsi yang sangat masif, dan dendam antar kelompok yang diikuti upaya-upaya saling menyerang dan menjatuhkan merupakan tanda lemahnya solidaritas yang mengancam perdamaian. Kekerasan dalam segala bentuknya bertentangan dengan nilai-nilai penghargaan terhadap martabat manusia dan kerinduan setiap manusia untuk mengalami hidup bersama yang damai.
Akan tetapi, kita tidak boleh bersikap pesimis terhadap masa depan umat manusia. Alasannya terdapat pada keyakinan kita terhadap orang-orang muda, yang masing-masing memendam harapan dan kemungkinan akan masa depan yang lebih baik yaitu bagaimana membangun solidaritas terhadap kehidupan bersama di sebuah planet yang sama-sama kita huni untuk menjaring perdamaian dunia, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dalam hal ini, maka peran kaum muda sangatlah penting terutama perannya di era teknologi dan informasi yang cukup besar.
Sehingga, solidaritas dan damai merupakan kata kunci dalam mengawal dan mengevaluasi proses pembangunan di negeri kita. Tantangan nyata bagi solidaritas antar manusia demi mewujudkan budaya damai, rekonsiliasi dan persahabatan adalah dengan menentang adanya penindasan, ketidakadilan dan kemiskinan. Hidup damai tidak hanya menyangkut persoalan tiadanya perang tapi juga tentang terselenggaranya tata kehidupan manusia dalam kesatuan dengan Tuhan, sesame manusia dan lingkungan yang harmonis. (AWS)