Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap tanggal 9 Februari, menjadi sebuah penanda pentingnya sebuah media dalam membangun serta mencerdaskan bangsa. HPN ini merupakan peringatan yang dilaksanakan sebagai bentuk dari semangat literasi penulis-penulis negeri yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang dari dulu setia dengan media cetak mainstream, selain memberikan ranah menulis bagi menulis, media cetak mainstream pada awal kemunculannya turut menumbuhkan kegemaran membaca dalam masyarakat.
Pada masa itu hingga saat ini, media massa mempunyai peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Perannya sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat untuk mengetahui informasi, sangatlah diperlukan. Utamanya adalah penghubung atau informan antar masyarakat dan pemerintahan, dalam maupun luar negeri.
Sejalan dengan meningkatnya perkembangan teknologi komunikasi, maka metode atau dalam hal ini media massa pun mengalami perkembangan. Semua media tetap memiliki penekanan dalam perannya sebagai informan yang menyampaikan pesan, ide, dan gagasan. Hanya saja format atau media yang digunakan telah berubah mengikuti era digital. Selain itu, perbedaan antar media massa juga menjadi suatu ciri khas masing-masing media dalam hal penulisan dan tentunya tidak memiliki kesamaan antara satu media dengan media lainnya.
Hal inilah yang menjadi poin utama peran media dalam membangun serta mencerdaskan bangsa, khususnya dalam hal kepenulisan. Mengingat melalui media tersebutlah berbagai aspek disampaikan secara tersirat dan diterima oleh para pembaca.
Petang Hari Media Cetak
Memasuki awal 1990-2000an, di tengah pesatnya media cetak serta peran pers menjalankan tugasnya dalam dunia literasi di negeri ini, malah tak sebanding dengan kenyataan di lapangan. Tak dapat dipungkiri lagi, besarnya biaya cetak mengakibatkan satu persatu media cetak mulai menggulung tikar. Pada masa ini dipatok sebagai tahun-tahun kelahiran Generasi Z dan awal mulai perkembangan internet di berbagai dunia termasuk Indonesia. Kemudian memasuki awal tahun 2000, penggunaan telepon genggam mulai menjamur dan kehadiran warnet (warung internet) sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat akan internet pada jaman itu.
Meskipun media cetak mainstream masih menjadi media utama dalam dunia literasi, namun tak dapat dicegah lagi bahwa internet memberikan dampak yang sangat besar bagi ranah media cetak dan juga dunia pers. Akses yang mudah dengan menggunakan kata kunci, telah membuka semua pintu informasi yang ada di seluruh dunia. Pada masa ini, selain media cetak, media online juga mulai bermunculan dan menjadi hidangan tambahan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi. Lambat laun, media mainstream mulai menghilang atau bahkan ada yang membanting stir mengikuti perubahan jaman.
Sekitar tahun 2011 hingga sekarang, telepon pintar mulai bermunculan. Sebuah alat telekmunikasi yang digadang-gadang sebagai teknologi muthakir portable atau dapat dibawa kemana saja dan kapanpun. Telepon pintar atau dalam bahasa Indonesia baku disebut gawai, merupakan perangkat yang dilengkapi dengan jaringan seluler dan telah terhubung dengan internet. Kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi kini sudah dalam genggaman tangan. Media cetak yang dulunya menjadi primadona literasi, mulai tergantikan. Namun kembali lagi ke peran media massa yang tak lepas dari perannya menyampaikan pesan. Media online yang hadir dalam gawai masyarakat era digital, tetap memiliki peran yang sama, hanya saja ciri khasnya telah berubah. Bukan berupa tulisan cetak, melainkan enkripsi digital yang dapat dibaca kapanpun selama terhubung dengan internet.
Kembali Berperang
Memasuki tahun 2015, kemudahan akses internet benar-benar menjadikan masyarakat full of memory. Hampir semua informasi dan berita-berita yang ada di segala penjuru negeri maupun luar dapat dengan mudah dibaca. Dunia literasi seakan-akan berkembang dengan pesat, namun di balik kemudahan akses informasi tersebut. Isu-isu penyebaran berita bohong atau Hoax mulai beredar.
Era digital yang memungkinkan berita Hoax ini menyebar dengan cepat dalam hitungan detik, mengancam pengguna media maupun ranah pers. Karena besarnya pengaruh media online, termasuk media sosial sebagai penyumbang terbesar dalam penyebaran berita, mengakibatkan berita Hoax dan berita faktual bercampur aduk. Masyarakat sulit membedakan berita bohong dan mana berita yan didukung fakta.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melawan berita Hoax. Namun, satu hal yang pasti ialah pentingnya kehadiran berita faktual, inilah fungsi utama dari pers. Jika ada berita yang dinilai sebagai berita Hoax, maka diperlukan berita dengan fakta sebagai rujukan masyarakat. Jadi, meskipun medianya berubah dan tetap memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Peran pers tetaplah sama dalam menyampaikan pesan dengan narasi berupa fakta atupun opini yang tidak menimbulkan kesalahan penyampaian informasi.
Tanpa adanya berita yang benar sebagai rujukan, masyarakat akan terjebak dalam informasi yang salah. Berita Hoax akan menjadi perangkat utama oknum-oknum yang sengaja berkeinginan untuk merusak perdamaian dan diperlukan perlawanan yang tepat untuk mengatasi hal ini.
Disinilah pentingnya kehadiran pers yang memiliki fungsi dan perannya tersendiri. Selain itu, dengan tetap menjalankan peran sebagai informan dunia literasi bagaimanapun medianya, baik cetak maupun online, pers juga turut membantu membangun masa depan bangsa dengan terus menjaga kehadiran-kehadiran berita fakta. *asn