Guys, kepikiran nggak kalau PPKM udah mulai turun ke level bawah. Terus kita udah boleh berwisata dan tempat wisata tuh udah pada dibuka semua. Saat itu terjadi, yuk bersama teriakan, mari kita berwisata!!.
Eits, tunggu dulu! Bingung nanti mau kemana? Gak cukup uangnya buat wisata ke luar kota macam Jakarta atau Surabaya? Atau bosen ke tempat yang itu-itu aja? Gak usah jauh-jauh, di Sulawesi Selatan menyediakan banyak tempat wisata mulai dari alam, kuliner, sejarah, dan lain sebagainya.
Kali ini mimin bakal bahas tempat wisata sejarah nih, kita berwisata sambil belajar. Wisatanya dapet, ilmunya juga dapet. Mau tau apa aja? Yuk baca ulasan di bawah ini
Fort Rotterdam
Secara harfiah, Fort Rotterdam memiliki arti Benteng Rotterdam dalam Bahasa Belanda. Fort Rotterdam dibangun pada masa Kerajaan Gowa-Tallo. Bangunan ini juga disebut Benteng Pannyua yang berarti Benteng Penyu. Pada masa kerajaan, benteng itu dijadikan sebagai markas perlindungan dari serangan Belanda. Benteng ini dijadikan pusat pemerintahan dan ekonomi pada masa VOC.
Bangunan ini dibuat menyerupai penyu dengan makna bahwa penyu dapat berjaya di darat maupun laut dan konsep ini dianut oleh kerajaan Gowa-Tallo. Secara arsitektur, tempat ini mengadopsi gaya Portugis dengan ciri berbentuk segi empat dan berbahan dasar campuran batu dan bata.
Pada Benteng Rotterdam terdapat pula taman hijau dan indah. Benteng ini memiliki beberapa galeri, di antaranya sel tempat Pangeran Diponegoro ditahan. Juga terdapat Museum La Galigo yang akan dibahas selanjutnya dalam artikel ini.
Terletak di Jalan Ujung Pandang No. 1, Kelurahan Bulogading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi benteng mudah dijangkau karena terletak di dalam kota Makassar. Jaraknya sekitar satu kilometer dari Pantai Losari. Biaya masuknya gratis, namun ada sumbangan sukarela, biasanya sekitar Rp 5000 ribu.
Monumen Korban 40.000 Jiwa
Inget Raymond Westerling kan? Iya, dia adalah pelaku kejahatan perang dengan membunuh sebanyak kurang 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan pada Desember 1946. Dengan dasar itu, monumen korban 40.000 jiwa didirikan sebagai tempat mengenang arwah para korban juga memberikan pelajaran bersejarah bagi generasi selanjutnya.
Di dalam monumen ini terdapat relief yang menggambarkan kekejaman Westerling dan KNIL saat membunuh rakyat tak berdosa, kemudian menguburkannya ke dalam satu liang lahat yang sangat besar. Juga terdapat patung korban selamat dengan keadaan pincang. Pemerintah Kota Makassar dan Pemprov Sulawesi Selatan mengenang peristiwa itu setiap tahun pada tanggal 11 Desember.
Terletak di Jalan Korban 40000 Jiwa, Wala-Walaya, La’latang, Kec. Tallo, Kota Makassar. Tempat wisata ini buka setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam setengah 6 sore dan tidak ada biaya masuk alias gratis. Yeay! Lumayan kan hemat uang 😊
Makam Pangeran Diponegoro
Siapa yang gak kenal sih dengan nama Diponegoro? Nama pahlawan asal Tanah Jawa yang diabadikan menjadi nama jalan di Kota Bandung juga sebuah universitas negeri terkemuka di Kota Semarang ini dimakamkan di Makassar lho bukan di Yogyakarta ataupun Solo ya hehe.
Makam Pangeran Diponegoro ini terletak di Jalan Diponegoro dan dekat dengan Pasar Sentral Makassar. Tidak dipungut biaya apapun alias gratis buat masuk ke tempat ini. Di dalam makam itu terdapat makam Pangeran Diponegoro, makam RA Ratu Ratna Ningsih (istri Pangeran Diponegoro) serta beberapa makam lainnya. Jangan lupa bawa bunga dan air kalo buat niat ziarah ya. Oiya makam ini tutup pada 17.30 sore ya guys!
Makam Raja Tallo
Terletak di Kabupaten Gowa tepatnya di Kecamatan Somba Opu yang tidak jauh dari Kota Makassar. Makam Raja Tallo merupakan tempat peristirahatan bagi makam raja-raja Gowa,raja-raja Tallo dan tokoh kerajaan Gowa Tallo lainnya. Di dalam wilayah seluas kurang lebih 1,3 hektare terdapat pula makam Sultan Alauddin yang dipercaya sebagai penyebar ajaran Agama Islam di bumi Celebes ini.
Secara fisik, makam yang serupa dengan bentuk bangunan candi itu terbuat dari batu cadas dan batu bata dari tanah liat yang direkatkan satu sama lain. Umumnya, dari 78 makam para Raja Tallo dapat dibagi menjadi tiga tipe yang dilengkapi beragam ornamen, yakni tipe kubah, tipe papan batu dan tipe susun timbun. Tipe terakhir juga disebut dengan istilah jiret semu yang lazim dijumpai di daerah Sulawesi Selatan. Biasanya makam jenis ini teruntuk raja, pejabat, atau pembesar istana.
Oiya makam ini buka selama 24 jam dan tidak ada biaya masuknya alias gratis. Kalo mau ziarah disarankan bawa bunga dan air ya 😊.
Museum La Galigo
Sebagaimana dijelaskan dalam poin Fort Rotterdam di atas, galeri dan sekaligus Museum La Galigo terletak di dalam Benteng Rotterdam. Penamaan La Galigo berasal dari sebuah nama kitab sejarah yaitu La Galigo yang berisi tatanan hidup bermasyarakat, kosmologi, dan dan peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan tempo dulu.
Terdapat banyak galeri yang bisa dilihat di antaranya alat untuk bertani, melaut pada zaman dulu. Juga terdapat koleksi pada masa kerajaan Gowa Tallo, Kerajaan Bone, juga kerajaan Wajo dan Mandar. Di dalam museum terdapat pula peninggalan pada masa prasejarah yang terjadi di Sulawesi Selatan juga peninggalan pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terjadi di Bumi Celebes ini.
Museum La Galigo ini biaya masuknya terpisah dari sumbangan sukarela Benteng Rotterdam. Tiket masuknya itu Rp 2000 untuk anak-anak dan Rp 3000 untuk dewasa. Murah banget kan? Seharga 1-2 buah jalangkote, hehe.
Dah gak bingung lagi buat liburan kemana? Mimin udah ngasih rekomendasi tempat liburan hemat sekaligus bermanfaat nih. Karena saat ini sedang dalam masa pandemi, liburannya di dalam provinsi aja dulu biar mengurangi persebaran virus corona. Jangan lupa 5M nya, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan juga membatasi mobilitas. Dan juga yuk vaksin. Sekian dulu ya dari mimin, nantikan informasi mengenai tempat liburan di Sulawesi Selatan lainnya. Sampai jumpa! *rl