Saat ini, Jakarta sedang menjadi sorotan umat Islam, dengan kedatangan Syekh Dr. Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi Hafidzahullah, Imam Masjid Nabawi, dari 7 hingga 11 Oktober 2024. Kunjungan ini bukan hanya simbol hubungan keagamaan, tetapi juga langkah nyata untuk memperkuat persaudaraan antara Indonesia dan Arab Saudi. Momen ini membawa harapan besar untuk mempererat tali ukhuwah Islamiyah di berbagai bidang.
Di tengah agenda padatnya, Syekh Al-Hudzaifi bertemu dengan Menteri Agama, MUI, PBNU, Muhammadiyah, DDII, UIN Syarif Hidayatullah, hingga Pesantren Darunnajah Jakarta. Pertemuan-pertemuan ini bukan cuma seremoni, melainkan menjadi titik penting bagi hubungan kedua negara. Dengan latar belakang Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, kunjungan ini menjadi langkah untuk memperkuat ikatan, baik di ranah keagamaan, sosial, maupun budaya.
Kehadiran Imam Masjid Nabawi di Masjid Istiqlal, simbol kemegahan Islam di Indonesia, memiliki makna besar. Ini seperti dialog langsung antara dua pilar besar umat Islam di dunia. Selain simbol religi, kunjungan ke Masjid Istiqlal menjadi kesempatan untuk menyampaikan pesan perdamaian dan harapan untuk menjaga stabilitas dan keharmonisan antarumat.
Namun, bukan hanya soal diplomasi tingkat tinggi. Pertemuan dengan generasi muda di UIN Syarif Hidayatullah menunjukkan bahwa momen ini juga menargetkan masa depan. Di sinilah generasi milenial dan gen Z menjadi sorotan utama. Pesan-pesan yang disampaikan Syekh Al-Hudzaifi diharapkan menjadi inspirasi untuk mempromosikan nilai-nilai damai dan toleransi di era modern ini. Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin, harus bisa menjadi jembatan bagi generasi muda untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Kunjungan ke Pesantren Darunnajah di Jakarta juga tidak kalah penting. Pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan Islam di Indonesia sangat dihargai. Kunjungan ini bukan hanya sebagai bentuk apresiasi, tetapi juga untuk mendorong kolaborasi yang lebih besar di bidang pendidikan antara Indonesia dan Arab Saudi. Diharapkan, kolaborasi ini bisa mencetak ulama-ulama moderat dan berpikiran global.
Di balik semua itu, ada isu yang tidak bisa diabaikan: tantangan besar yang dihadapi umat Islam saat ini, baik di Indonesia maupun global. Dari radikalisme hingga masalah sosial-ekonomi, momen ini menjadi pengingat bahwa kita harus bersatu dalam menghadapi berbagai permasalahan. Melalui dialog yang terbuka antara tokoh-tokoh seperti PBNU, Muhammadiyah, dan MUI, diharapkan tercipta solusi yang bisa memperkuat pondasi umat Islam untuk menghadapi tantangan zaman.
Kehadiran Syekh Al-Hudzaifi juga memberikan angin segar bagi diplomasi dan hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi. Kita seringkali melihat hubungan ini hanya dalam konteks haji, tetapi sebenarnya lebih luas dari itu. Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa kedua negara ini memiliki peran besar dalam menjaga perdamaian dunia. Arab Saudi sebagai pusat Islam dunia dan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dapat menjadi tandem yang kuat dalam mempromosikan Islam sebagai agama yang membawa pesan damai, bukan konflik.
Buat para santri dan mahasiswa, kunjungan ini adalah kesempatan besar untuk belajar langsung dari tokoh besar Islam. Inspirasi dari pemikiran Syekh Al-Hudzaifi bisa menjadi modal penting bagi generasi muda dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Kita perlu lebih dari sekadar pengetahuan agama, tetapi juga sikap moderat dan terbuka untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Secara keseluruhan, kunjungan Syekh Al-Hudzaifi ini diharapkan bisa menjadi katalisator untuk memperkuat hubungan kedua negara dalam hal sosial, budaya, dan pendidikan. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan untuk mengingatkan umat Islam, khususnya di Indonesia, bahwa Islam adalah agama yang damai dan penuh kasih. Islam harus menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan, bukan menjadi pemecah.
Mari kita jadikan momen ini sebagai langkah penting dalam memperkuat persaudaraan antarbangsa dan meningkatkan peran Islam dalam menciptakan dunia yang lebih damai.