Jika kita mengulik kembali kasus-kasus ekstremisme yang melibatkan anak muda sebagai pelakunya, terutama dalam insiden bom bunuh diri. Di balik tindakan yang tampak sangat jauh dari nilai kemanusiaan ini, ada satu kesamaan mendasar kesehatan jiwa mereka telah rusak. Bukan karena mereka dilahirkan sebagai ekstremis, tetapi karena jiwa mereka sengaja dirusak, disusupi ideologi beracun hingga akhirnya mereka terperosok ke dalam jurang radikalisme.
Kesehatan jiwa adalah landasan yang sangat penting dalam menentukan tindakan dan pilihan hidup seseorang. Ketika mental seseorang terganggu, mereka lebih rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif, termasuk radikalisme. Pelaku bom bunuh diri, yang sering kali berusia muda, bukanlah orang yang sejak lahir memiliki niat untuk menghancurkan diri sendiri dan orang lain.
Mereka adalah individu yang, pada titik tertentu, mengalami kerusakan mentalbaik itu akibat trauma, kesepian, penolakan sosial, atau merasa kehilangan arah hidup. Kelompok-kelompok radikal memanfaatkan celah ini, masuk dan mempengaruhi mereka, menawarkan “solusi” yang sesat untuk masalah emosional mereka.
Lalu, bagaimana bisa kesehatan jiwa yang rusak menjadikan seseorang begitu mudah terseret ke dalam radikalisme? Salah satu jawabannya adalah krisis identitas. Anak muda yang belum menemukan jati diri atau yang merasa terasing dari lingkungannya lebih mudah dipengaruhi oleh gagasan-gagasan radikal.
Mereka merasa diabaikan, tidak diakui, dan ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Kelompok radikal menawarkan hal ini dengan bumbu ideologi yang terlihat mulia di permukaan—perjuangan, pengorbanan, dan jalan menuju “surga”. Sayangnya, ini adalah jalan yang salah, penuh kebohongan yang dirancang untuk memanipulasi jiwa yang rapuh.
Kesehatan mental yang terganggu juga membuat seseorang sulit berpikir secara rasional. Pada saat jiwa sedang lemah, rasa frustrasi, marah, atau kesepian dapat membutakan logika. Akhirnya, mereka yang seharusnya bisa berpikir kritis dan memfilter informasi menjadi korban propaganda, mempercayai janji palsu dari para manipulator. Inilah mengapa menjaga kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menjaga kita dari pengaruh-pengaruh destruktif yang ada di luar sana.
Jadi, bagaimana kita bisa menjaga kesehatan jiwa agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif, termasuk radikalisme? Pertama, kesadaran diri adalah kunci. Mengenali emosi-emosi negatif dan menerima bahwa merasa sedih, marah, atau kesepian adalah bagian dari hidup, tetapi juga mengetahui kapan saatnya meminta bantuan adalah langkah awal.
Jangan biarkan perasaan tersebut berlarut-larut hingga menjadi masalah yang lebih besar. Carilah dukungan dari orang-orang terpercaya, baik itu keluarga, teman, atau tenaga profesional. Berbicara tentang masalah kita bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian.
Kedua, lingkungan yang sehat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental. Lingkungan yang positif, yang memberikan dukungan emosional, mendorong kita untuk berkembang dan tidak mudah menyerah. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menciptakan dan berada di dalam lingkungan yang tidak hanya mendukung secara fisik, tetapi juga mental. Jangan pernah meremehkan dampak dari pergaulan yang baik dalam menjaga ketenangan jiwa dan akal sehat kita.
Terakhir, kita harus belajar berpikir kritis. Di era informasi yang serba cepat dan tidak terbendung ini, kita sering dibanjiri oleh berbagai opini, ideologi, dan propaganda. Tanpa kemampuan berpikir kritis, kita akan mudah percaya pada informasi yang salah, termasuk ideologi radikal yang menawarkan solusi palsu untuk masalah kita. Latih diri untuk selalu mempertanyakan dan menganalisis informasi yang diterima, serta perbanyak belajar dari sumber-sumber yang kredibel.
Kesimpulannya, kesehatan jiwa adalah benteng pertahanan kita dari berbagai ancaman, termasuk radikalisme. Saat mental kita sehat, kita mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, mengambil keputusan yang rasional, dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Mari jaga kesehatan jiwa kita dan lingkungan kita, agar tidak ada lagi generasi muda yang tersesat oleh ideologi berbahaya. Radikalisme bukanlah solusi, dan kesehatan mental yang kuat adalah kuncinya.
Dengan kesadaran yang lebih besar akan pentingnya kesehatan jiwa, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, berdaya, dan jauh dari pengaruh-pengaruh yang merusak. (AZS)