free page hit counter
Uncategorized

Islam Bersahabat, Menyemai Kedamaian Tanpa Batas

Rabu, 4 September 2024, Jakarta menjadi tuan rumah peristiwa bersejarah dengan kedatangan Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik dunia, yang hadir dalam rangkaian misa penuh makna. Momen ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa toleransi adalah fondasi yang kokoh untuk membangun masyarakat yang damai dan harmonis, terlepas dari perbedaan keyakinan.

Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, membawa pesan besar melalui ajaran rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam. Islam tidak mengajarkan eksklusivitas, melainkan persahabatan dan kasih sayang yang mencakup seluruh umat manusia. Kedatangan Paus Fransiskus adalah panggilan bagi kita semua untuk menghidupkan kembali semangat toleransi yang sejati. Bahwa Islam begitu bersahabat, tidak hanya kepada sesama Muslim, tetapi kepada setiap insan, tanpa batas agama, suku, maupun bangsa.

Di tengah tantangan dunia yang seringkali dipisahkan oleh perbedaan, kedamaian hanya bisa terwujud jika kita mengedepankan dialog yang tulus dan sikap saling memahami. Paus Fransiskus membawa pesan penting ini: bahwa damai itu indah, dan harus dijaga bersama. Islam yang sejati juga menegaskan hal serupa, bahwa perdamaian adalah inti dari ajarannya, dan hidup berdampingan dalam harmoni adalah tujuannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kafirun ayat 6: “Lakum diinukum waliya diin”—“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” Ayat ini menegaskan prinsip kebebasan beragama, di mana setiap orang memiliki hak untuk memeluk kepercayaannya masing-masing tanpa paksaan, dan di sinilah letak keindahan toleransi.

Namun, toleransi bukan hanya soal hidup berdampingan. Toleransi adalah tentang memahami bahwa setiap perbedaan membawa warna dalam kehidupan, dan dari sana, kita bisa belajar lebih banyak tentang kemanusiaan. Toleransi adalah tentang saling menghormati, mendengarkan, dan merangkul mereka yang berbeda keyakinan. Islam mengajarkan bahwa kedamaian adalah tugas kita bersama, bahwa kita harus menjadi jembatan di antara mereka yang berbeda, bukan menjadi tembok pemisah.

Kedatangan Paus Fransiskus di Jakarta menjadi simbol kuat bahwa keberagaman tidak seharusnya memecah belah, tetapi menjadi kekuatan yang mempererat persatuan. Inilah saatnya kita memperkokoh semangat damai dan toleransi. Kita bukan hanya warga dari agama yang berbeda, tetapi juga saudara dalam kemanusiaan. Ketika kita menyemai kedamaian tanpa batas, kita tidak hanya menjaga kebersamaan antarumat beragama, tetapi juga menjaga masa depan yang lebih baik dan harmonis bagi generasi mendatang.

Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk terus memperkuat tali persaudaraan di antara kita. Toleransi bukanlah sekadar sikap, melainkan jalan untuk menuju harmoni yang hakiki. Islam mengajarkan kita untuk hidup dalam kedamaian, dan kedamaian itu hanya bisa tumbuh jika kita bersedia untuk terbuka, bersahabat, dan menghormati satu sama lain. Dengan demikian, kita semua bisa menyemai kedamaian tanpa batas, menciptakan dunia yang penuh harmoni dan kasih sayang.

Penulis : Nur Ikrimah

Join The Discussion