free page hit counter
Opini

Kekuasaan beserta Kekerasan yang Mengekor

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya berkelompok. Manusia dalam melaksanakan kegiatanya senantiasa menggunakan akal. Memanfaatkan akal dalam mengembangkan kemampuanya agar dapat mengefektifkan segala tindakannya. Karena manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berkelompok maka perilaku yang yang dijalankannya harus diterima oleh seluruh kelompok, membentuklah adat istiadat.

Biasanya adat istiadat terbatas dalam satu kelompok saja dan terkadang kelompok adat lain tidakkan mudah menerima nilai yang ada pada suatu kelompok. Artinya adat istiadat tersebut bersifat khusus. Mengenal adat istiadat dari kelompok tertentu ke kelompok yang lainya memerlukan interaksi yang biasa disebut sosialisasi.

Di era modern seperti sekarang ini, sosialisasi dan interakasi manusia sudah tidak dapat dibendung lagi. Mengakibatkan pertukaran bahkan hingga pergeseran budaya. Untuk menjaga hal tersebut, dibutuhkan wadah untuk membentuk sebuah perilaku yang mampu diterima oleh seluruh kelompok. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola perilaku anak, yang diharapkan dapat memfasilitasi anak-anak untuk mengembangkan potensi diri mereka.

Di sekolah, anak akan mendapatkan pendidikan dimana proses pembentukan sikap dan perilaku anak agar sesuai dengan yang dianut oleh masyarakat. Seseorang akan diterima dengan baik apabila dia memiliki kepribadian yang sesuai dengan masyarakat tempatnya hidup. Kemudian pendidikan juga bermanfaat untuk meningkatkan taraf kehidupan manusia.

Namun sayangnya, terkadang sekolah yang harusnya menjadi tempat ternyaman dalam memperoleh pendidikan, seringkali berubah menjadi sebuah neraka pada golongan tertentu. Dikarenakan sekelompok orang yang menganggap dirinya lebih berkuasa dibandingkan yang lain. Hanya karena persolan ras, agama, suku, hingga warna kulit.

Kekuasan itulah yang menjadi penyebab mereka senantiasa menindas kaum-kaum, golongan- golongan tertentu hingga individu yang menurutnya lemah. Tindakan ini disebut dengan bullying. Bullying tidak mengenal usia bukan hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun terkadang melakukan hal tersebut. Semakin lama tindakannya bukan hanya mengolok-olok, memalak, bahkan sampai meregang nyawa anak. “Stop Bullying di Sekolah” menjadi sebuah slogan, berharap untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah. Karena maraknya perilaku bullying di sekolah, KPAI (Komisi Perlindunan Anak Indonesia) melakukan penelitian tentang penyebab utama perilaku bullying.

Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa kegiatan bullying dilakukan sebagai arena untuk mempertahankan kekuasaan. Arena ini merujuk pada sebuah ruang sosial yang terstruktur, terorganisir, yang senatiasa menciptakan ketidaksetaraan yang objektif dalam pendistribusian berbagai hal.  Dalam arena ini ada relasi antara actor terhadap lembaga yang terlibat.

Hal ini pula yang membentuk hukum sendiri terhadap kelompok dominan dan yang didominasi. Kekuasaan dan kekerasan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kelompok dominan senantiasa melanggengkan kekuasaanya dengan cara kekerasan, mereka berani melakukan kekerasan karena memiliki kekuasaan.

Bahkan karena adanya kekuasaaan terkadang kekerasaan terlihat tabu pada beberapa orang dan hal inilah yang menjadi PR kita bersama. Bahwa kita harus lebih peduli, lebih respect, bahkan senantiasa bersikap memanusiakan manusia. Jika kita belum mampu membantu mereka yang mendapatkan kekerasan setidaknya kita tidak menjadi bagian daripada pelaku kekerasan. Kita harus senantiasa menjunjung tinggi hak asasi manusia yang telah diberikan Tuhan kepada kita dan diakui oleh negara.

(*Ichwan)

Join The Discussion