free page hit counter
Opini

False Belief, Pedoman Hidup Palsu

Sangat cepatnya laju informasi dan komunikasi saat ini, tidak didukung dengan edukasi literasi digital terlebih pada anak dan remaja. Ketik pencarian, maka akan muncul opsi solusi dari pertanyaan atau permasalahan yang dialami. Yang sangat sedikit diketahui oleh remaja pengguna gadget ini, algoritma pencarian tidak berdasarkan solusi yang ada di dunia nyata, melainkan dari jumlah Klik dan SEO website.

Rendahnya literasi digital pada anak dan remaja menjadi faktor awal mereka rentan untuk menjadikan hasil “mesin” pencarian sebagai false belief mereka, ingin terkenal, menjadi kaya, dan sebagainya merupakan tujuan terbanyak untuk rentan umur tersebut dan ditambah kata cepat, instan, dan mudah menjadi kombinasi kata kunci untuk panduan bagi mereka untuk melakukan tindakan.

Kasus terbaru remaja yang diinisiasi hasil dari “mesin” pencari dengan tujuan ingin kaya secara instan dengan nominal besar dapat dipastikan mengarah ke tindak kriminal, pola pikir instan menjadikan apapun peluang disekitar menjadi jalan keluar dari tujuan itu. Contoh diatas merupakan merupakan salah satu kasus dari false belief, dimana jika itu menjadi keyakinan individu yang disebar melalu internet terlebih sosmed akan “ter-upgrade” menjadi societal false belief (keyakinan yang salah dalam satu kelompok atau golongan) dan dapat dipastikan dampak yang besar yang akan terjadi.

False belief atau paham yang keliru yang tersebar di internet di Indonesia dapat berupa berbagai hal, seperti:

  1. Hoax atau berita palsu tentang kesehatan, seperti obat atau cara pengobatan yang tidak benar.
  2. Keyakinan tentang adanya konspirasi atau teori yang tidak didukung oleh fakta.
  3. Informasi yang salah tentang teknologi, seperti bahwa 5G menyebabkan kanker atau bahwa virus komputer dapat menyebar melalui jaringan wifi.

Mengapa paham yang keliru yang tersebar di internet menjadi berbahaya:

  1. Informasi yang salah dapat menyebabkan orang mengambil tindakan yang merugikan kesehatan atau keamanan mereka.
  2. Paham yang keliru dapat mempengaruhi opini atau tindakan seseorang, sehingga dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
  3. Hoax atau berita palsu dapat menyebar dengan cepat melalui internet, sehingga dapat menyebar ke jutaan orang dalam waktu yang singkat.
  4. Informasi yang salah dapat menyebar di internet dapat menyebar di internet dan sangat sulit untuk dikoreksi atau dihapus.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memberikan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti:

  1. Menyebarluaskan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan melalui media yang terpercaya, seperti situs berita resmi atau media sosial yang dioperasikan oleh pemerintah.
  2. Menyediakan sarana untuk melaporkan dan menghapus konten yang tidak sesuai di internet.
  3. Menyelenggarakan kampanye untuk meningkatkan literasi media dan kritis terhadap informasi yang ditemukan di internet.
  4. Memperkuat kerja sama dengan pembuat konten online dan platform media sosial untuk mengurangi penyebaran hoax dan informasi yang salah.

Tak hanya contoh kasus di Makassar, False belief atau paham yang keliru yang sering ditemukan pada remaja dapat berupa berbagai hal, seperti:

  1. Keyakinan bahwa mereka tidak perlu belajar, karena mereka akan sukses dengan mudah
  2. Percaya bahwa tindakan kriminal seperti narkoba atau perjudian dapat memberikan keuntungan finansial yang cepat
  3. Mitos-mitos tentang cinta dan seksualitas, seperti percaya bahwa seks sebelum menikah tidak masalah atau percaya bahwa seks bebas dapat membuat mereka populer

Contoh kasus yang menunjukkan false belief pada remaja adalah kasus remaja yang memutuskan untuk tidak sekolah lagi karena percaya bahwa mereka bisa sukses tanpa pendidikan formal, atau remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal karena percaya bahwa itu akan memberikan mereka uang dengan cepat.

Untuk menanggulangi false belief pada remaja, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

  1. Menyediakan pendidikan tentang manajemen diri dan finansial, serta memberikan pemahaman yang benar tentang karir dan sukses.
  2. Memberikan pendidikan tentang risiko dan dampak dari tindakan kriminal.
  3. Memberikan pendidikan seks yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membantu remaja untuk membuat keputusan yang bijaksana tentang cinta dan seksualitas.
  4. Membuat program-program yang ditujukan untuk remaja yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, sosialisasi, dan pemberdayaan remaja.
  5. Mendekatkan diri dengan remaja dan memberikan dukungan serta dorongan untuk mengejar cita-cita yang sehat dan realistis.

Join The Discussion