Sahabat damai kali ini kita akan membahas terkait komunikasi verbal dengan pengaruh terhadap mentalitas diri. Sejauh apa sebenarnya pengaruh komunikasi dakwah dalam kesehatan mental pikiran kita? Sudah terbiasakah kita Berkomunikasi yang sehat?
Sahabat damai kali ini kita akan membahas terkait komunikasi verbal dengan pengaruh terhadap mentalitas diri. Sejauh apa sebenarnya pengaruh komunikasi dakwah dalam kesehatan mental pikiran kita?
Berlimpahnya komunikasi dan kian maraknya jenis media bermunculan setiap waktu mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju telah menjelma menjadi “kanal krisis” dalam kehidupan.
Kita tidak hanya hidup dalam era ”revolusi komunikasi” yang dituangkan Frederick Williams dalam bukunya The Communications Revolution (1982), tetapi kita benar-benar tengah mengarungi era “keberlimpahan komunikasi” (communicative abundance) yang ditandai dengan komunikasi melampau ambang batas sehingga menjadi overload, sehingga muatan informasi yang masuk mencapai titik jenuh yang melelahkan tidak hanya dalam masyarakat, tetapi juga dalam pikiran atau benak kita, akibatnya dapat menciptakan perilaku atau kebiasaan berkomunikasi secara tidak empatik.
Padahal seharusnya dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan membentuk jaringan interaksi sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi sepakat dengan para psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individu maupun sosial.
Secara individual, kegagalan komunikasi menimbulkan permasalahan dalam kesehatan mental kita secara personal misalnya sangat rentan mengalami frustrasi, demoralisasi, alienasi, defensif dan penyakit-penyakit jiwa lainnya. Secara sosial, mampu menciptakan kegagalan komunikasi yang menghilangkan rasa saling pengertian, kerja sama, toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial.
Tidak dipungkiri, kurangnya penggalian informasi dengan adanya komunikasi yang overload seringkali kita tidak dapat mencerna pesan komunikasi dengan tepat, terutama di media sosial, bahkan kita tidak dapat lagi merespons dengan nalar yang normal terhadap informasi yang masuk, sehingga yang terjadi adalah feedback yang buruk bahkan terkadang jatuh pada pesan pemberitaan yang merugikan orang lain, berita bohong (hoax), fitnah lain-lain, sehingga dampak yang ditimbulkan sangat berpotensi akan kesehatan mental orang yang dirugikan.
Sahabat damai, tentu kita menghindari feedback buruk yang demikian. Mari melakukan komunikasi yang sehat agar tercipta mental yang sehat, merasakan kedamaian dengan terbentuknya penyesuaian diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana kita hidup, serta mampu menciptakan rasa pedulikasih yang kuat dengan sesama.
Rynmaniest