Dua tahun sudah Pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan dunia yang juga berdampak pada proses pembelajaran peserta didik. Selama dua tahu, proses belajar-mengajar dilaksanakan secara daring atau online dan menggunakan sistem berbasis media teknologi.
Proses pembelajaran tersebut tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan, salah kekurangan yang menjadi perhatian ialah kurang maksimalnya pembelajaran yang berlangsung. Pemahaman materi oleh peserta didik tidak mencapai di nilai maksimal. Selain itu banyak juga kendala lain yang memengaruhi pelaksanaan pembelajaran daring ini.
Melihat pada kasus pelaksanaan pembelajaran daring, melalui uji coba serta penerapan beberapa kebijakan dan juga kewajiban menerima vaksin sejumlah dua dosis. Pemerintah membuka kembali peluang belajar secara tatap muka.
Tahun 2021 lalu, proses ujicoba PTM atau Pertemuan Tatap Muka telah berhasil dilaksanakan oleh beberapa sekolah di sejumlah daerah. Kegiatan PTM berlangsung dengan pengawasan dan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Memasuki semester genap di tahun 2022 ini, pemerintah memutuskan untuk melaksanakan PTM pada kegiatan belajar-mengajar di Sekolah. Hal ini sengaja dilakukan demi memajukan masa depan pendidikan anak Indonesia di masa Pandemi.
Dikutip dari investor.id, pada Sabtu (15/01/22), Laur Navika Yamani, Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) mengatakan bahwa ia sepakat dengan usulan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyarankan agar mekanisme PTM dilaksanakan secara bertahap. Alasannya, selain proses vaksinasi anak usia 6-11 tahun belum mencapai 100%, perkembangan kasus Omicron juga menjadi suatu kekhawatiran yang baru.
Laura juga menuturkan, bahwa sangat sulit bagi sekolah untuk tetap menerapkan PTM dengan kapasitas penuh atau seluruh siswa hadir pada saat bersamaan. Hal ini bukan tanpa alasan, ia khawatir jika kepatuhan penerapan protokol kesehatan akan sangat sulit diterapkan oleh peserta didik.
Menurut Laura, munculnya varian Omicron dengan daya tular yang lebih cepat akan menyebabkan anak sekolah menjadi rentan jadi media penularan virus. Jangan sampai, anak-anak pulang membawa virus dan menularkan ke anggota keluarga lainnya yang merupakan kelompok rentan tertular.
Selain itu, Laura juga berharap pelaksanaan PTM ini tidak menjadi klaster baru dalam penyebaran Covid-19. Ia menyarankan agar sekolah dapat melakukan pengawasan protokol kesehatan serta pengecekan kondisi kesehatan siswa.
Hal ini berguna bagi guru yang berperan sebagai orangtua anak di sekolah, dapat memberikan pengetahuan umum dalam pencegahan penularan Covid-19. Selain itu, proses seperti ini akan membantu siswa untuk mencegah secara dini penyebaran virus melalui komunikasi langsung kepada guru di sekolah.
A Sofyan NA