Hampir setiap hari kita menemukan banyaknya pemberitaan yang beredar baik di media sosial maupun layanan Pemberitaan lainnya. Namun kesadaraan akan membaca dan mengetahui secara jelas masih sangat minim. Kurangnya semangat masyarakat kita dalam hal membaca ditemukan dalam Fakta UNESCO 2012 hanya 0.001 diantara 1000 orang yang membaca dengan serius.
Riset tersebut menemukan bahwa masyarakat Indonesia hanya membaca 27 halaman buku dalam setahun, jelas ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia lebih menggemari keadaan yang instan. Bisa dikatakan hanya melirik sampul depan kemudian membaca perlahan tanpa pemaknaan yang jelas, sama halnya ketika membaca Pesan Whatsaap, berbagai postingan di portal media online juga sosial media facebook, instagram, tiktok dll.
Kurangnya penalaran dalam membaca menyebabkan resiko yang berbahaya pada diri kita juga berimbas kepada orang lain. Ketidakmampuan menalar dapat membuat seseorang muda terdisorientasi karena pijakan logikanya yang tak kokoh.
Pengetahuan yang di miliki tak mampu untuk menyaring informasi yang diterima. Semua terjadi karena kegiatan membaca yang seharusnya menjadi latihan berfikir dengan baik malah kurang membudaya.
Akibat buruk dari kurangnya membaca menjadi jebakan tragis, kita bisa menjadi seorang yang menyukai teori konspirasi. Munculnya teori konspirasi yang menjadi reaksi atas ketidakberdayaan menghadapi ketidakpastian dan ketidakmampuan mengontrol situasi dan memahami berbagai informasi yang masuk sehingga dapat memunculkan keinginan untuk menyebarkan sesuatu yang belum pasti, keinginan untuk menyalahkan orang atau pihak lain yang jelas tidak untuk mencari kebenaran melainkan pembenaran dan pengakuan.
Kepercayaan diri untuk memberi arti pada dunia rendah sehingga sangat sulit untuk menghargai pandangan yang berbeda, menjunjung etika, menyintesis informasi hingga berfikir kreatif, semua berawal dari budaya membaca yang kurang.
Sebaiknya dan sudah seyogyanya kita menyadari semua itu, olehnya tulisan ini hadir agar menjadi pengingat kita dalam perihal budayakan membaca hingga tuntas, agar pengetahuan dan pemahaman yang kita dapatkan tidak menyudutkan kita menjadi seorang yang lemah sekaligus seorang yang mudah terbawa arus perpecahan dan perselisihan.
Rynmanist