Di Indonesia, terdapat berbagai macam upacara adat yang masih dilestarikan hingga saati ini. Salah satunya di Toraja, Sulawesi Selatan. Ada beberapa upacara adat yang telah banyak diketahui masyarakat luar yaitu Upacara adat pemakaman Rambu Solo
Bagi masyarakat Tana Toraja, kematian merupakan perpindahan seseorang dari dunia ke tempat alam roh peristirahatan (Puya). Untuk itu, keluarga yang ditinggalkan harus memperlakukan jenazah dengan baik.
Menurut mereka, orang yang telah meninggal akan dikatakan meninggal jika sudah memenuhi prosesi upacara Rambu Solo. Jika tidak, mereka yang meninggal masih diperlakukan layaknya orang yang “sedang sakit”/to Makula’ sehingga masih disediakan makanan, minuman hingga dibaringkan di tempat tidur.
Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat yang mengharuskan keluarga almarhum mengadakan pesta sebagai tanda penghormatan yang terakhir kepada mendiang yang telah meninggal. Diyakini upacara adat ini telah dilaksanakan pada abad ke-9 turun temurun hingga sekarang.
Rambu sendiri memiliki arti asap atau sinar sedangkan Solo berarti turun. Jadi, rambu solo’ diartikan sebagai upacara yang dilaksanakan pada waktu sinar matahari mulai turun atau terbenam.
Ketika upacara adat ini dilakukan, terdapat beberapa prosesi lainnya yang menjadi syarat terpenuhinya upacara adat rambu solo ini. Pemakaman ini dilaksanakan di tengah kompleks Rumah adat Tongkonan dan dilaksanakan secara berurutan.
Hal ini yang menjadi alasan mengapa upacara adat rambu solo termasuk upacara pemakaman yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk keluarga menggelar upacara adat ini.
Prosesi Upacara Pemakaman
Sebelum upacara adat dilaksanakan, keluarga mendiang akan melaksanakan pertemuan lebih dahulu. Selanjutnya warga membuat pondok-pondok upacara, menyediakan peralatan upacara dan persediaan kurban dalam upacara.
Setelah itu dilakukan pemotongan kerbau atau babi, jumlah kerbau atau babi yang dipotong akan disesuaikan dengan strata masyarakat suku Toraja.
Prosesi pemakaman juga dibagi menjadi dua, yaitu prosesi pemakaman atau Rante dan yang kedua pertunjukan kesenian. Prosesi ini dilakukan ditengah lapangan kompleks rumah adat dan berlangsung secara berurutan.
Pertama, Ma’Tudan Mebalun merupakan upacara pembungkusan jenazah oleh petugas khusus yang disebut sebagai To Mebalun/To Ma’Kayo. Kedua Ma’Roto, yaitu proses menghias peti jenazah menggunakan benang emas ataut perak.
Ketiga Ma’Roto, yaitu proses penurunan jenazah ke lumbung sebagai tempat pemakaman. Yang terakhir, prosesi Ma’Palao/Ma’Pasonglo yang menjadi proses terakhir untuk mengantarkan jenazah dari rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian berupa gua di tebing batu.
Berbeda dengan jenazah pada umumnya yang dimakamkan kedalam makam dan ditimbun dengan tanah, jenazah di Toraja diletakkan kedalam peti, lalu dimasukkan kedalam gua atau rumah kecil di tebing yang tinggi.
Dalam kepercayaan masyarakat Toraja, semakin tinggi (gua tebing) tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat pula arwah untuk sampai ke nirwana/puya yang merupakan tempat peristirahatan, tempat para arwah leluhur berkumpul.
Upacara adat rambu solo’ dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kedudukan seseorang di masyarakat dan kemampuan seseorang dalam membiayai upacara tersebut. yang pertama, disili yaitu upacara yang paling sederhana.
Dahulu, upacara yang dilaksanakan dari golongan menengah kebawah biasanya hanya membekali orang yang meninggal dengan telur ayam. Namun sekarang, upacara disili rata-rata menguburkan orang yang meninggal dengan memotong seekor babi.
Tingkatan selanjutnya yaitu dipasangbongi, yaitu upacara pemakaman yang hanya dilaksanakan semalaman dengan menggunakan seekor kerbau dan babi. Ada pula dipatallungbongi, yaitu upacara pemakaman yang berlangsung tiga malam dengan mengorbankan empat kerbau dan sepuluh babi.
Serta dipalimangbongi yaitu pemakaman selama lima hari lima malam. Ada juga upacara yang berlangsung secara mewah disebut dipapitungbongi yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, upacara yang berlangsung setiap malam ada kerbau dan babi yang dikurbankan.
Jumlah kerbau yang dikurbankan antara 9 hingga 20 ekor, adapun kepala kerbau yang dipajang dirumah adat tongkonan. Selain itu, ada juga upacara yang paling mahal di Toraja yang sebelum dikubur, upacara pemakamannya digelar selama dua kali.
Upacara pertama berlangsung di rumah tongkonan. Kemudian, jenazah diistirahatkan setahun sebelum upacara kedua diadakan. Saat upacara kedua dilaksanakan, jenazah diarak oleh ribuan orang dari rumah tongkonan ke pemakaman.
Jenazah yang telah terbungkus kain merah berlapis emas tersebut serta dibuatkan tau-tau ataupun boneka yang menyerupai orang yang telah meninggal. Arak-arakan juga diikuti puluhan kerbau jantan yang siap diadu.
Nilai budaya Upacara adat Rambu Solo’
Terdapat beberapa budaya yang dipertontonkan, seperti Ma’Pasilaga Tedong yaitu kegiatan adu kerbau dan Ma’tiggoro Tedong atau penyembelihan kerbau. Kerbau menjadi hewan yang sangat penting pada saat upacara adat.
Dalam kepercayaan masyarakat Toraja, kerbau menjadi salah satu hewan yang menjadi kendaraan untuk mengantar roh orang yang telah meninggal ke “Puya”. Semakin banyak kerbau yang dipersembahkan, maka rohnya akan semakin cepat untuk sampai di Puya.
Selain itu, berbagai musik dan tarian seperti tarian Mabadong yaitu melantunkan syair-syair penghiburan dengan menggunakan bahasa Toraja. Tarian ini membentuk sebuah lingkaran besar dengan gerakan kaki dan tangan yang serentak.
Upacara adat sebagai ritual yang memiliki peran dalam menjaga keberagaman budaya masyarakat Tana Toraja. Kekayaan budaya untuk menjunjung tinggi kebersamaan, gotong-royong, empati, dan toleran dalam keragaman menjadi nilai yang dapat diambil dari Upacara Adat Rambu Solo.
Abdi
Sumber Referensi :
Kemendikbud. 2015. Upacara Adat Rambu Solo’-Toraja. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpkt/wp-content/uploads/sites/6/2015/09/Upacara-Adat-Rambu-Solo-Toraja.pdf diakses pada 8 November 2021
Gotravelaindonesia. https://www.gotravelaindonesia.com/upacara-adat-rambu-solo/ diakses pada 8 November 2021
Itsnaini M, Faqihah. 2021. Upacara Adat Rambu Solo: Makna di Balik Ritual Pemakaman Unik dari Toraja. Detikedu. https://www.gotravelaindonesia.com/upacara-adat-rambu-solo/ diakses pada 8 November 2021
https://travel.wego.com/berita/rambu-solo-dan-ritual-kematian-toraja/ diakses pada 8 November 2021