free page hit counter
Puisi

Seperti Sedia Kala

Aku hanya akan mengingat serta mengenang rasanya aman dan nyaman berada di tengah keramaian, meskipun tak ada yang menyadariku. Setidaknya aku dapat memperhatikan tawa dan juga senyum dari orang yang lalu lalang di hadapanku. Setidaknya aku tak merasakan kesepian, meskipun memang tak ada yang menyadari atau bahkan menegurku dalam lamun. Aku hanya dapat mengenang.

Aku hanya duduk, berdiri, kemudian kembali berbaring lalu duduk lagi karena lelah dengan posisi tidurku, kemudian berdiri dan berjalan mengitari kamar kecilku. Sesekali aku keluar kamar, ke dapur untuk melihat makanan apa yang sudah aku buat atau memeriksa apa yang aku miliki untuk esok hari. Sesekali aku membayangkan, aku berada diluar rumah. Padahal aku sedang berbaring.

Aku hanya merindukan hal-hal yang membuatku lebih lelah dari yang aku lakukan selama beberapa waktu ini. Mengelilingi kota, membeli cemilan kesukaan atau ke toko buku untuk melihat etalase toko yang penuh warna. Aku merindukan hal yang sudah lama tak aku lakukan. Sesuatu hal yang dulunya dapat dikatakan sebuah aktivitasku, namun sekarang aku hanya dapat merindu.

Aku hanya ingin merasakan sejuknya angin pantai sambil menatap ramainya para nelayan mengangkut ikan hasil tangkapannya, sambil menghirup bau asin angin laut yang bercampur amis ikan. Merasakan teriknya mentari di tengah kesibukan suatu kaum pinggir laut, pesisir pantai, di atas dermaga, dekat dengan samudera, jauh dari dataran tinggi. Aku ingin sekali merasakannya lagi.

Aku hanya berharap dapat kembali memandangi langit biru luas tanpa ada rasa takut untuk berada diluar. Tanpa rasa ragu untuk tetap berada di bawah naungan awan putih bersih. Tanpa pernah berfikir untuk menepi dan bernaung dari teriknya mentari. Tanpa adanya seseorang di sampingku, namun aku tetap mampu berdiri di atas bumi yang semakin menghangat. Aku harap ia semakin sehat.

Aku hanya tak tahu harus melakukan apalagi untuk membunuh rasa bosanku. Tak tahu harus berbaring dengan gaya apalagi agar tak menyisakan penat. Tak adalagi yang terpikir olehku, hanya rindu yang meluap untuk menatap dunia luar. Dunia yang dapat kusentuh tanpa ada rasa was-was. Dunia yang di dalamnya ada aku dan juga dirimu serta mereka yang sedang bercengkerama.

Aku hanya dapat berdoa, semoga semuanya kembali seperti sedia kala. (*asn)

Join The Discussion