Lambang garuda merupakan simbol tertinggi sebagai payung ideologi Indonesia yaitu disebut sebagai Pancasila. Namun seiring waktu masih banyak diantara kita belum memahami secara jelas harkat dan hakikat sejarah Garuda (Pancasila). Semboyannya adalah Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Lambang negara Indonesia ini berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap kanan, dan memiliki perisai berbentuk jantung dan menggantung rantai pada leher Garuda.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tertulis di atas pita yang dicengkeram burung Garuda. Sultan Hamid II lah yang menciptakan Lambang ini, dan disempurnakan oleh Bung Karno. Lalu diresmikan sebagai lambang negara pertama pada tanggal 11-Februari-1950 saat Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958.
Siapa sosok Sultan Hamid II yang menciptakan Lambang Garuda?
Sosok Sultan hamid II kerap eksistensinya dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia nyaris tak terasa. Padahal dialah yang mendesain/menggambar lambang garuda pancasila. Sultan Hamid II, yang juga sultan kedelapan dari Kesultanan Kadriyah Pontianak, memiliki nama lengkap Abdurrahman Hamid Alkadrie. Putra Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, Sultan VII Kesultanan Pontianak, ini lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913. Ayahnya adalah pendiri kota Pontianak. Sultan Hamid II dikenal cerdas. Ia adalah orang Indonesia pertama yang menempuh pendidikan di Akademi Militer Belanda (KMA) di Breda Belanda, semacam Akabri, dengan pangkat letnan dua infanteri pada 1936. Ia juga menjadi ajudan Ratu Juliana dengan pangkat terakhir mayor jenderal.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Setelah ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 ia diangkat menjadi sultan Pontianak, menggantikan ayahnya, dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC, dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.
Bagamana Proses Koordinasi Perancangan dengan Seokarno?
Soekarno yang menjadi ketua dalam proses kemerdekaan, menjadi tempat koordinasi Sultan Hamid II dalam melaporkan hasil desainnya. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara disebutkan, “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Ia teringat ucapan Presiden Soekarno bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, yang mana sila-sila dasar negara, yaitu Pancasila, divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M.A. Pellaupessy, Moh. Natsir, dan R.M. Ng. Purbatjaraka sebagai anggota.
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab, untuk melaksanakan keputusan sidang kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak, karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno, dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II, diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis. Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh. Hatta sebagai perdana menteri.
A.G. Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI, menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II, menteri negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Bagaimana Proses Penyempurnaan Lambang Garuda?
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul”. Bentuk cakar kaki yang mencengkeram pita, dari yang semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II, yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara, yang lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta, pada 18 Juli 1974.
Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No. 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No. 66 Tahun 1951. Sedangkan lambang negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Keraton Kadriyah Pontianak. Salah satu keistimewaan Garuda Pancasila terletak pada warna keemasannya, yang melambangkan cita-cita para perintis kemerdekaan untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Di negara lain, yang memakai sejenis lambang garuda atau elang, biasanya berwarna hitam putih, sesuai warna burung tersebut di alam bebas. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Jasa Sultan Hamid II lainnya yang terlupakan adalah peranannya dalam forum KMB, yang tidaklah semata-mata memperjuangkan BFO dan federalisme. Kesediaan Belanda menyetujui penyerahan kedaulatan seluruh wilayah bekas jajahannya di Hindia Belanda kepada Republik Indonesia Serikat tidak terlepas dari keberhasilannya membujuk Ratu Yuliana, selaku ratu Belanda. Ini bukti kelihaian diplomasi dan kedekatan Sultan Hamid II, yang pernah menjadi ajudan atau pengawal Ratu Yuliana.
Berikut Makna Lambang Garuda Pancasila
1. GARUDA
Garuda Pancasila adalah burung terkenal lewat metologi kuno dalam sejarah nusantara (Indonesia), yakni tunggangan Dewa Wishnu berbentuk burung elang rajawali. Garuda dipakai untuk Simbol Negara yang menggambarkan Negara Indonesia adalah bangsa yang kuat dan besar. Warna keemasan burung Garuda mengambarkan keagungan dan kejayaan. Garuda mempunyai sayap, paruh, cakar dan juga ekor yang melambangkan tenaga serta kekuatan pembangunan. Jumlah bulu Garuda Pancasila telah mengambarkan hari/ Tanggal proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, yakni tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu masing-masing sayap 17, Jumlah bulu ekor 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor 19, Jumlah bulu di leher 45.
2. PERISAI
Perisai adalah tameng yang telah dikenal lama dan menjadi senjata lambang perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri dalam mencapai tujuan. Di tengah perisai ada garis tebal hitam menggambarkan garis khatulistiwa yakni mencerminkan lokasi/ Letak Indonesia sebagai negara tropis dengan perlintasan garis khatulistiwa. Perisainya ada lima buah ruang sebagai wujud dasar negara Pancasila. Warna dasar perisai adalah warna bendera Indonesia. dan tengahnya hitam.
Berikut Arti lambang ruang perisai
1. Bintang Tunggal
Maknanya pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan pada Perisai hitam dengan bintang emas berkepala lima, bintang emas artinya cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
2. Rantai Emas
Maknanya pada sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. yakni menandakan hubungan manusia dengan sesamanya saling membantu, gelang persegi menggambarkan pria sementara gelang lingkaran menggambarkan wanita.
3. Pohon Beringin
Makna pada sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin ini merupakan sebuah pohon Indonesia berakar tunjang. Hal ini mencerminkan kesatuan serta persatuan Indonesia. Akrnya yang menggelantung dari ranting-rantingnya mencerminkan Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang budaya berbeda-beda.
4. Kepala Banteng
Makna pada sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat, Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan. Lembu liar/ Banteng ini merupakan binatang sosial yang senang berkumpul, dalam arti manusia mengambil keputusan berdasarkan musyawarah, yaitu berkumpul.
5. Padi Kapas
Makna pada Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia yaitu mencerminkan pangan dan sandang tanpa melihat status maupun kedudukannya. Artinya adalah persamaan sosial yag tidak memandang kesenjangan social.
Maksud Pita Bertuliskan Semboyan “ Bhinneka Tunggal ika”
Sehelai pita putih yang ada tulisan “Bhinneka Tunggal Ika” berwarna hitam pada cengkeram Kedua cakar Garuda Pancasila. Semboyan tulisan Bhinneka Tunggal Ika ialah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata “bhinneka” mempunyai arti beraneka ragam atau berbeda-beda, mentara kata “tunggal” artinya satu, dan kata “ika” bermakna itu. Secara harfiahnya Bhinneka Tunggal Ika artinya “Beraneka Satu Itu”, yang maknanya meskipun berbeda beda namun pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini telah digunakan sebagai perlambangan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam ras, bahasa daerah, agama, budaya, suku bangsa serta kepercayaan.
Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila
Warna yang dipakai dalam lambang Garuda Pancasila tak boleh diletakkan asal-asalan, sebab warna warna itu sudah ditentukan untuk diletakkan di bagian-bagian yang terdapat pada lambang Garuda Pancasila. Warna hitam menjadi sebuah warna kepala banteng yang ada di lambang Garuda Pancasila. Warna hitam ini digunakan juga sebagai warna perisai tengah latar belakang bintang, dan juga untuk mewarnai garis daerah datar tengah perisai. Serta Warna hitam juga dipakai untuk warna tulisan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Warna merah dipakai untuk warna perisai kiri atas dan juga kanan bawah yang terdapat dalam lambang Garuda Pancasila. Warna hijau dipakai sebagai warna pohon beringin. Warna putih digunakan untuk warna perisai kiri bawah dan juga kanan atas. Serta warna putih diberi pada Pita yang telah dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila. Sementara Warna kuning diletakkan untuk warna Garuda Pancasila, sebagai warna bintang, rantai, kapas, dan juga padi.
Makna Warna Pada Garuda Pancasila
Warna putih mempunyai arti kesucian, kebenaran, dan juga kemurnian. Warna hitam mempunyai makna keabadian. Warna merah mempunyai artian keberanian. Warna hijau artinya ialah kesuburan dan kemakmuran. Warna kuning artinya kebesaran, kemegahan, dan juga keluhuran.
Demikian sejarah historis lambang garuda yang tidak boleh dilupakan, dan terus mengakar dalam jiwa agar kecintaan terhadap bangsa tidak mengikis seiring berjalannya waktu. (RYN)
(Dikutip oleh Tim Sarkub dari Majalah Alkisah dan www.weschool.id)