Indonesia merupakan negara yang tumbuh dalam keberagaman. Keberagaman ini meliputi berbagai suku, agama, ras, budaya hingga bahasa. Tak bisa dipungkiri jika kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulaunya ini juga menjadi alasan keberagaman yang ada. Tapi tentu saja hal ini bukan alasan untun tidak bersatu dalam tatanan masyarakat berbangsa dan bernegara. Terlahir dari kesatuan tekad untuk merdeka, keberagaman-keberagaman ini melebur bersama cita-cita rakyat Indonesia 75 tahun silam.
Hingga hari ini, tantangan utama dari keberagaman dalam suatu kesatuan adalah konflik horizontal. Semangat persatuan kesatuan yang sejak dahulu ada, nyatanya tidak bisa lepas dari hadirnya konflik horizontal. Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang sakral sekalipun tetap saja tidak menutup kenyataan bahwa konflik keberagaman seperti sekterian masih menghantui. Sekterian nyatanya menjadi mimpi buruk bagi sebuah bangsa.
Permasalahan sekterian berakhir pada kemunduran persatuan dan kesatuan. Berkaca dari berbagai konflik sektarian di masa lalu hingga hari ini, tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak utama yang jelas terlihat adalah ketidakharmonisan dan perpecahan dalam satu wilayah atau bangsa. Sektarian dalam skala besar bahkan bisa mengakibatkan munculnya kejahatan kemanusiaan (genosida). Kejahatan genosida merupakan salah satu kejahatan Internasional yang jelas akan mendatangkan dampak negatif bagi bangsa dalam berbagai aspek.
Sektarian lahir dari buah pikiran subjektif terhadap keberagaman dan perbedaan yang ada. Perbedaan kepentingan dari satu kelompok atau lebih juga bisa menjadi faktor yang turut memperpanjang konflik ini. Selain itu, ada pula faktor kepentingan individu yang memungkinkan lahirnya sektarian ini. Kepentingan individu bisa jadi merupakan faktor utama hadirnya sektarian dalam masyarakat. Dalam beberapa kasus, kepentingan individu menjadi salah satu bentuk provokasi yang memanfaatkan konflik sektarian untuk tujuan tertentu. Salah satu contohnya adalah kepentingan politik yang akan berakhir pada menurunnya kerukunan bangsa dan ketidakpercayaan pada tokoh politik tertentu.
Permasalahan sektarian perlu perhatian lebih khususnya di Indonesia yang kaya akan keberagaman. Toleransi dan saling menghargai antar sesama masyarakat akan melahirkan persatuan yang kokoh sehingga tidak mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Edukasi juga diperlukan untuk menghindarkan masyarakat kita dari informasi-informasi yang sifatnya tidak benar dan adu domba. Khususnya di era serba digital ini dimana akses informasi sangatlah mudah. Berbagai bentuk informasi yang dibutuhkan bisa kita temukan dalam sekali klik. Tanpa adanya literasi digital, segala bentuk informasi akan diterima begitu saja tanpa memperhatikan valid tidaknya informasi tersebut. Dengan kata lain, permasalahan sektarian bisa ditanggulangi sejak dini oleh kita dan lingkungan kita sendiri.
Masyarakat kita sepenuhnya sadar akan keberagaman dan bangga akan perbedaan yang ada. Bhineka Tunggal Ika adalah salah satu bukti betapa perbedaan yang ada tak perlu menjadi masalah. Sejak awal, kita diajarkan untuk menghargai keberagaman, kepercayaan masing-masing, serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Sebagai bagian dari keberagaman ini, kita memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan sekitar kita tetap damai dan terhindar dari perpecahan. (NMH)