Langit Palestina yang penuh asap dan dentuman bom menjadi saksi bisu perjuangan tanpa pamrih para sukarelawan dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Mereka hadir membawa harapan di tengah kehancuran, menolong yang terluka, dan merawat yang kehilangan. Bagi mereka, ini bukan sekadar tugas, melainkan panggilan jiwa. Di antara mereka, ada yang telah berpulang, meninggalkan jejak tak terlupakan, dan ada pula yang masih setia membesamai perjuangan rakyat Palestina.
Salah satu nama yang akan selalu dikenang adalah dr. Joserizal Jurnalis, pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Dengan keberanian luar biasa, ia memimpin pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, sebuah fasilitas yang kini menjadi bukti nyata persaudaraan Indonesia-Palestina. Meski Joserizal telah berpulang pada 2020, semangatnya terus hidup dalam setiap sudut rumah sakit itu, yang setiap hari merawat korban konflik.
Tak hanya Joserizal, nama Muhammad Zainal Muttaqin juga tercatat sebagai salah satu sukarelawan Indonesia yang gugur saat menjalankan misi di Palestina. Anggota tim medis ini meninggal dunia pada 2010 saat memberikan pertolongan di tengah serangan udara. Kepergiannya menyisakan duka mendalam, tetapi juga kebanggaan atas dedikasi yang ia berikan untuk kemanusiaan.
Namun, perjuangan tidak berhenti di sana. Hingga kini, banyak sukarelawan Indonesia yang terus mengabdikan diri untuk Palestina. Salah satunya adalah Fitriani, seorang pendidik yang mengajar anak-anak di kamp pengungsian.
Dengan segala keterbatasan, ia memberikan pendidikan dasar bagi anak-anak yang hidup di tengah perang. “Mereka berhak bermimpi, bahkan ketika dunia seolah melupakan mereka” katanya suatu hari. Fitriani adalah simbol harapan di tengah kegelapan.
Ada juga Ahmad Faizal, relawan logistik yang telah berulang kali menyusuri jalur berbahaya untuk mendistribusikan makanan dan obat-obatan ke keluarga Palestina. “Kehadiran kita di sini adalah pesan bahwa mereka tidak sendiri” ujar Faizal. Baginya, setiap perjalanan yang penuh risiko adalah bentuk komitmen untuk membuktikan bahwa solidaritas manusia tidak mengenal batas.
Para sukarelawan ini bukan hanya pejuang di lapangan, tetapi juga penghubung hati antara kita yang hidup dalam damai dan mereka yang berjuang di tengah konflik. Kisah mereka menyentuh, karena di balik setiap aksi yang mereka lakukan, ada keberanian untuk menghadapi ancaman, ada ketulusan untuk menolong tanpa pamrih, dan ada cinta yang melampaui batas-batas geografis.
Melalui tulisan ini, ada harapan untuk kita semua. Dukungan moril sangat berarti bagi mereka yang masih bertahan di Palestina. Setiap doa, dukungan, atau bahkan sekadar cerita yang mengapresiasi perjuangan mereka, adalah energi yang akan terus menguatkan. Mereka mungkin tidak meminta penghargaan, tetapi kita tahu, mereka layak mendapatkannya.
Kita sering kali lupa bahwa mereka yang berangkat ke Palestina tidak sekadar membawa tenaga atau keahlian, tetapi juga seluruh keberanian dan keikhlasan.
Keberangkatan mereka adalah janji bahwa kemanusiaan masih hidup, dan pengorbanan mereka adalah pengingat bahwa di tengah dunia yang penuh konflik, masih ada orang-orang yang memilih untuk peduli.
Kepada mereka yang telah gugur, kita berutang untuk melanjutkan semangat mereka. Kepada mereka yang masih berjuang, mari kita sampaikan bahwa mereka tidak sendiri.
Dunia mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami apa yang mereka hadapi, tetapi cinta dan solidaritas kita akan selalu menemani. Untuk Palestina, untuk kemanusiaan, dan untuk semua mimpi tentang dunia yang lebih baik.
Referensi:
- Dr. Joserizal Jurnalis, Pendiri MER-C, Meninggal Dunia, Kompas.com, 20 Januari 2020.
- Sukarelawan Indonesia Gugur di Palestina, Republika.co.id, 15 Juni 2010.
- Kisah Fitriani, Guru Relawan di Kamp Pengungsian Palestina, Liputan6.com, 12 Desember 2022.
- Ahmad Faizal: Relawan Logistik Indonesia di Palestina, Detik.com, 5 Maret 2023.