Papua adalah tanah yang kaya akan alam dan budaya, tetapi ancaman terhadap kelestariannya kini semakin terasa, terutama dengan adanya proyek Food Estate di Merauke. Digadang sebagai solusi ketahanan pangan, proyek ini melibatkan pembukaan lahan skala besar yang berisiko merusak ekosistem Papua yang masih asri. Banyak pihak khawatir bahwa fokus proyek ini lebih condong ke eksploitasi sumber daya alam ketimbang pelestarian, menjadikan situasi Papua semakin dilematis.
Keterlibatan militer dalam proyek ini menimbulkan banyak pertanyaan, misalnya apakah pendekatan ini justru akan merugikan Papua dan mengabaikan hak masyarakat adat? Kehadiran militer dalam proyek besar seperti ini dinilai menekan masyarakat lokal yang telah lama menjaga tanah mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan identitas mereka. Mereka khawatir bahwa tanah adat, yang merupakan sumber kehidupan dan budaya, bisa hilang di balik ambisi pembangunan nasional.
Pengalaman dari proyek serupa di Kalimantan Tengah, saat lahan gambut dibuka untuk pangan namun berujung pada kerusakan lingkungan yang parah, seharusnya menjadi pengingat bahwa tanpa perencanaan matang, proyek besar seperti ini bisa mendatangkan malapetaka. Papua yang kaya akan biodiversitas dan budaya tidak seharusnya menjadi korban dari ambisi serupa tanpa belajar dari kesalahan sebelumnya.
Transparansi pemanfaatan kayu yang ditebang juga menjadi isu besar. Tanpa kejelasan tentang ke mana dan untuk apa kayu dari hutan Merauke akan digunakan, proyek ini berpotensi membuka celah untuk eksploitasi terselubung. Meski pemerintah berjanji memperhatikan aspek lingkungan, kenyataan di lapangan sering kali berlawanan, dan ini yang membuat aktivis lingkungan terus mempertanyakan keseriusan komitmen pemerintah dalam menjaga ekosistem Papua.
Suara masyarakat Merauke, terutama komunitas adat yang hidup selaras dengan alam, semakin kuat menyuarakan kekhawatiran mereka. Bagi mereka, ancaman terhadap tanah adat bukan hanya berarti hilangnya tempat tinggal, tetapi juga hilangnya masa depan mereka. Mereka menilai bahwa solusi berkelanjutan berbasis komunitas, yang menghormati hak mereka, jauh lebih bijak daripada pendekatan koersif yang berpotensi memperburuk masalah sosial.
Greenpeace Indonesia turut memperingatkan risiko besar terhadap kesehatan iklim jika proyek ini berjalan tanpa kontrol yang ketat. Analisis dampak lingkungan yang melibatkan ahli, masyarakat adat, dan LSM dianggap penting untuk memastikan keberlanjutan Papua yang sebenarnya. Papua yang kaya akan biodiversitas dan budaya tidak seharusnya menjadi korban dari ambisi serupa tanpa belajar dari kesalahan sebelumnya.
Belajar dari pengalaman global, proyek serupa di luar negeri kerap gagal karena kurangnya keterlibatan masyarakat lokal dan minimnya perhatian pada dampak lingkungan. Masyarakat adat Papua, yang berhak atas tanah mereka, seharusnya menjadi prioritas dalam perencanaan proyek ini. Mengabaikan hak mereka hanya akan memperburuk konflik dan ketidakadilan.
Untuk mengatasi dilema ini, pendekatan yang lebih bijak dan berkelanjutan perlu diterapkan. Pemerintah harus lebih inklusif dengan melibatkan masyarakat adat sejak awal perencanaan. Dengan melibatkan komunitas, keputusan yang diambil dapat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi mereka yang hidup di dalamnya, sekaligus menghindari potensi konflik dan ketidakterbukaan.
Di samping itu, kajian dampak lingkungan yang menyeluruh wajib dilakukan, melibatkan lembaga independen dan pakar lingkungan untuk menilai risiko jangka panjang terhadap ekosistem dan keberlanjutan air serta keanekaragaman hayati.
Solusi alternatif seperti teknologi pertanian berkelanjutan dan pengelolaan hutan berbasis komunitas juga bisa menjadi strategi yang lebih ramah lingkungan dan berpotensi membuka lapangan kerja lokal. Dengan transparansi penuh dan evaluasi berkala, pemerintah bisa lebih bertanggung jawab atas dampak sosial dan ekologis proyek ini.
Papua bukan sekadar tanah kosong, tetapi rumah bagi ekosistem dan warisan budaya yang bernilai tinggi. Jika ambisi ini dilanjutkan tanpa pertimbangan matang, Indonesia berisiko kehilangan salah satu warisan ekologis terpentingnya, dan Papua mungkin tidak akan pernah sama lagi.
Referensi by Greenpeace Indonesia