Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan Muslim. Istilah itu sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa serangan 11 September 2001.
Islamofobia – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Bisa dikatakan, Islamofobia adalah ketakutan terhadap segala sesuatu yang berbau tentang Islam. Berita-berita di media berdasarkan survei dan peristiwa menunjukkan Islamophobia meningkat di negara-negara Barat (Eropa dan Amerika Serikat).
Islamofobia yang terjadi di dunia barat mempunyai akar sejarah yang kuat di masa lampau populer pada akhir 90-an dari aktivis politik untuk Islam dam muslim di negara-negara demokrasi liberal barat Islamofobia sudah ada sejak abad ke-5 hingga ke-15 masehi. Menurut profesor dan sejarawan, Edward Ecortis 4, Eropa membenci Islam yang kerap menyerang untuk menguasai wilayah kelompok kristen di abad pertengahan.
Puncaknya dua agama bentrok seusai kekaisaran Bizantium dan gereja roma menggunakan propaganda sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem pada perang salib pada tahun 1096 hingga 1291 masehi. Setelah, perebutan tanah suci kedua kubu mengalami trauma yang menimbulkan rasa antipati dan curiga.
Pada era pemerintahan dinasti Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, gesekan dua pihak kembali memanas hingga Reconquista atau penaklukan kembali semenanjung Iberia oleh kristen Eropa. Hasilnya muslim tersisa harus memilih pergi ke Afrika Utara atau memeluk agama kristen.
Sejarah friksi muslim kontra kristen sama banyaknya dengan kerjasama muslim kristen, muslim pernah berjuang bersama militer nasrani untuk membabat habis musuh. Kemudian, bersama berjuang disemenanjung Iberia pada abad ke-11 hingga ke-13, hanya saja sejarah melupakan keharmonisan muslim kristen atas nama nasrani imperial tentang supremasi barat yang mendambakan kehidupan homogen, penghapusan sejarah terjaga sedemikian rupa hingga sekarang dan terwujud dalam kebencian bernama Islamophobia.
Islamofobia di eropa cepat berkembang seiring terjadinya serangan-serangan terorisme yang terjadi di eropa yang dilakukan oleh para ekstremis yang mengatasnamakan Islam dan telah menimbulkan gelombang rasa permusuhan, ketakutan, dan kebencian terhadap semua atau sebagian besar umat Islam. Gejala Islamofobia ini telah menjadi hal normal dalam budaya populer di Amerika dan Eropa.
Dalam sebuah film dokumenter berjudul The Putin Interviews, yang disutradarai oleh Oliver Stone mewawancarai presiden rusia, Vladimir Putin mengenai bagaimana cara dia mengatur penduduk muslim yang berada di Rusia yang jumlahnya terus meningkat. Kemudian Oliver bertanya di Rusia banyak muslim bagaimana pemerintah mengawasi muslim di Rusia. Putin lantas menjawab mengapa muslim harus diawasi? Rakyat rusia banyak yang muslim kok. Di Moscow saja ada 15% muslim tidak pernah ada atau menimbulkan masalah tegas putin.
Putin menambahkan bahwa kaum muslim bukan sebagai masalah yang harus diawasi, akan tetapi mereka hanya korban dari politik Amerika dan sekutunya. Kami tidak pernah menganggap muslim sebagai masalah itu hanya politik amerika dan sekutunya, terorisme misalnya Islam mulai diidentikkan dengan terorisme setelah perang dingin berakhir.
Amerika butuh musuh baru agar industrinya berputar kata Putin. Pasca perang dingin lanjut putin Uni Soviet dibubarkan blok timur, dihapuskan Amerika Serikat dan Rusia pun berdamai. Kita lucuti hampir 90% kekuatan nuklir Rusia total keluar dari situasi perang dingin tapi amerika serikat sampai hari ini masih mempertahankan NATO bahkan terus memperluasnya.
Saya bertanya pada anda untuk apa NATO tetap dipertahankan bahkan diperluas? Bahkan Rusia tidak lagi bermusuhan dengan Amerika Serikat, lalu siapa musuh NATO? Amerika selalu tidak konsisten dengan ucapannya, berbuat sesuka hati itulah bahaya adikuasa tunggal di dunia tegas Putin. Rusia dan dunia sudah biasa menyaksikan inkonsistensi Amerika Serikat.
Islam hari ini bernasib sama dengan Uni Soviet di masa perang dingin jadi korban propaganda Amerika Serikat, setelah meninggalkan Irak yang hancur lebur dan porak poranda, Amerika Serikat menciptakan ISIS untuk memastikan konflik di Iran dan Timur Tengah terus bergejolak, hingga sampai saat ini. Siapa yang bisa bantah fakta ini? Oliver Stone pun terdiam, dari jawaban Putin ini seolah menjawab siapa dalang selama ini yang membuat gejolak politik di dunia Islam, khususnya di Timur Tengah hingga munculnya istilah Islamfobia.
Begitupun dengan sejarah penemuan ladang minyak terbesar sejak era 1900-an berturut-turut berada di Iran, Iraq dan Saudi. Amerika selalu berusaha mendirikan ‘Puppet Show’, sehingga pada akhirnya lahirlah istilah petro-dollar. Kenapa negara-negara tersebut yang notabene memiliki kilang minyak mau ‘mengukur’ harga minyaknya dalam skala dollar, alih-alih mata uangnya sendiri atau emas? semuanya berhubungan dengan konflik timur tengah yg terus bergejolak hingga sekarang yang tak berujung.
Tentunya ada tujuannya daerah tersebut dibuat konflik, hingga akhirnya maramaikan tagged islamophobia. Tak lupa pula, Indonesia memiliki freeport yang sudah lama dikelola mereka, maka issue islamophobia juga digulirkan dengan resep yang sama untuk mendapat simpati rakyat.
Perihal Islamophobia di Indonesia, Penganutnya ialah Muslim
Gimana ceritanya sih? Muslim tapi benci muslim. Islamophobia di indonesia lebih merusak hati manusianya terutama kaum muslimin yang meragukan ajaran agamanya. Contoh diantaranya ketika melihat beberapa muslimah dijalan memakai cadar dan berpikir mereka ekstremis.
Melihat seorang muslim memakai celana terkatung lantaran mengira mereka adalah fundamentalis, laki-laki pake jenggot dan berdahi hitam mengira mereka sok alim, melihat orang memakai pakaian tegak muslim sunnah lantas mengiranya militan isis, ketika berpikir teman memulai untuk mendalami agama tapi malah mengatainya munafik loh!
Islamophobia adalah efek dari media yang kerap memberitakan isu terorisme dan juga kebejatan orang-orang yang mengaku sebagai muslim. Media begitu masif memberitakan hal-hal seperti ini sehingga kesalahan dari segelintir pihak terlihat sebagai kesalahan umat islam secara keseluruhan dan pada akhirnya tercipta standar bahwa agama islam, agama yang tidak beres. Dan akhirnya orang-orang yang menikmati berita-berita seperti ini pun menjadi sinis, skeptis dan mempunyai pendapat negatif dalam ajaran agama islam.
Di Indonesia non-muslim yang islamofobia mungkin bisa dikatakan tidak ada,ini karena faktor sejarah dan budaya dimana non-muslim sudah mengenal lebih dalam tentang Islam sehingga tidak merasa terganggu dengan Islam.
Caca