Merindu Cahaya de Amstel, Judul film drama religi terbaru yang diangkat dari novel Arumi E saat ini hanyut menjadi perbincangan terhangat ditengah – tengah penikmat film bioskop tanah air. Jumlah penonton film ini sejak hari pertama sebanyak 46.981 orang, bisa dipastikan dapat menjadi salah satu pesaing film ‘Dear Nathan: Thank You Salma’ yang juga diperankan oleh Amanda Rawles, yang kini masih tayang di bioskop.
Sejak tayang kamis (20/01/2022) lalu, film religi yang diangkat dari kisah nyata ini meninggalkan kesan yang amat berarti bagi banyak orang, baik yang terlibat dalam proses syutingnya maupun deretan uztad tanah air.
“Film ini banyak memberikan value (nilai), memberikan gambaran Islam yang rahmatan lil alamin,” kata Gus Miftah dikutip BeritaSoloRaya.com dari Instagram @okisetianadewi pada Kamis, 20 Januari 2022, senada yang disampaikan “Sebuah film yang akan mengajarkan kita tentang pentingnya kita menghargai pertemanan, menghargai cinta orang tua, dan yang paling penting adalah menghargai cinta Allah,” kata Ustadz Bendri.
Kisah cinta beda agama yang begitu elegan merupakan premis utama dari film ini menceritakan perjuangan cinta dan hidup yang harus diperjuangkan. Arumi E selaku penulis novel tersebut ternyata juga terinspirasi dari kisah nyata yang mengikuti perjalanan spiritual gadis Belanda bernama Marien Veenhoven saat ia melakukan perjalanan travelling di negara eropa (Belanda).
Film yang disutradarai Hadrah Daeng Ratu ini, sarat akan makna kehidupan, alur demi alur melibatkan emosional yang kental dikemas dengan akting pemain utama yang begitu mendalami karakternya. Bukan hanya itu, film ini menceritakan tentang setiap orang yang punya kerinduan akan menemukan cahaya di dalam dirinya, artinya akan banyak kesempatan-kesempatan untuk seseorang berubah menjadi lebih baik dan itu berlaku bagi semua orang, jika cahaya itu datang maka hidayah akan membersamainya.
Film yang diperankan aktris berdarah Australia – Indonesia (Amanda Rawles) sebagai Marien Veenhoven yang mengganti namanya menjadi Khadija Veenhoven setelah masuk agama islam (muallaf) yang merupakan wanita asal Belanda, dengan karakter dewasa, cerdas namun seorang yang hidup bebas, Ia hampir saja meninggal dalam proses pencarian jati dirinya. Pengalaman kelam nan pahit yang dirasakan mengantarnya menemukan seberkas cahaya hidup yakni Islam dan memulai lembaran baru kehidupannya. Khadijah juga memutuskan berhijab.
Dalam perjalanan hidupnya, ia bertemu dengan seorang jurnalis nonmuslim bernama Nicholas Van Djick (Bryan Domani) yang mengagumi sosok Khadija. Nicolaas van Dijk seorang mahasiswa arsitektur yang berprofesi sebagai jurnalis fotografer di sela-sela kesibukan kuliahnya.
Suatu hari saat dia memotret suasana dan pengunjung Museumplein, kameranya tanpa sengaja mengabadikan sosok seorang gadis berhijab rapat. Keesokan harinya ia memperlihatkan hasil foto kepada kepala redaksinya, dan tak sengaja menemukan foto sang gadis yang uniknya, dalam foto tersebut gadis itu tampak memancarkan cahaya yang sangat indah.Hal tersebut membuat Nico penasaran, ditambah lagi kepala redaksinya meminta Nicho untuk mencari tahu sosok gadis tersebut.
Esok sorenya, Nico kembali ke Museumplein untuk mencari gadis itu. Nico semakin terkejut karena gadis itu ternyata seorang Belanda yang jadi mualaf dan bernama Khadija Veenhoven (Amanda Rawles). Bagi Nicholas, Khadija memancarkan cahaya yang mengingatkannya akan sang ibu.
Pertemuan antara Khadija dan Nicholas akan menambah bumbu romansa beda agama diantara mereka. Selain Nico, Khadija juga bertemu mahasiswi asal Yogyakarta yang kuliah di Belanda bernama Kamala (Rachel Amanda) yang juga memiliki rasa terhadap Nico. Dari sini ujian demi ujian mulai dihadapi oleh Khadija. Takdir membawa mereka menjadi sahabat yang memendam rasa satu sama lain. Cinta segitiga membuat mereka akhirnya justru terpecah belah.
Film ini cukup imbang dalam menghadirkan kedua konflik, mulai dari konflik agama hingga kisah percintaan. Salah satu konflik agama adalah terjadinya stereotip terhadap agama islam. Hal ini merupakan konsekuensi dari pemikiran semacam perlakuan terhadap seseorang atau kelompok tertentu dngan berbeda dan cenderung negatif.
Beberapa stereotip terjadi kepada Khadija yang mengenakan kerudung dalam keseharian nya, beberapa kali ia dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang tak sengaja ia temui dalam perjalanan kesehariannya. Namun Khadija tetap memperlakukan orang-orang tersebut dengan baik dan sopan dan menerima lapang dada berbagai macam hinaan orang-orang.
Perjalanan tersebut menambah banyak pembelajaran bagi seorang Khadija, terlebih lagi dia adalah seorang gadis asli Belanda yang tadinya berpenampilan bebas namun berubah menjadi tertutup.Banyak sekali pembelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini, salah satunya adalah dengan tetap memperlakukan baik orang yang memandang kita rendah. Dengan begitu orang tersebut akan sadar, bahwa kita tak seburuk yang dia pikirkan.
“Allah membuat rencana, untuk setiap pertemuan kita dengan seseorang. Karena Allah selalu tahu yang terbaik untuk hidup kita.” – Khadija
Rynmanist